dikatakan bahwa pengembangan usaha tani bagi petani non anggota lebih baik dibanding petani anggota.
Pengkategorian tingkat pengembangan usahatani rendah, sedang dan tinggi dilakukan dengan pengakumulasian pada empat indikator yaitu penerapan
diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas pertanian Rpluas lahan, peningkatan modal usahatani serta peningkatan
keuntungan usahatani anggota. Keempat indikator tersebut akan dibahas pada bab sub-bab selanjutnya.
6.1.1 Peningkatan Modal Usahatani
Dalam melihat pengembangan usahatani anggota, perlu juga untuk melihat seberapa besar upaya kelembagaan kelompok tani untuk mendorong anggotanya
memiliki usaha lain diluar usaha pertanian yang dominan sampai saat ini sebagai produsen primer.
Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Peningkatan usaha yang dikerjakannya, Desa Iwul, 2010 dalam persen
Hasil yang didapatkan pada Gambar 13 menunjukkan bahwa, anggota
kelembagaan kelompok tani dominan tidak memiliki usaha lain di luar sektor pertanian. Terlihat bahwa kelembagaan kelompok tani belum optimal dalam
meningkatkan usaha petani anggotanya untuk berinovasi dalam peningkatan usahanya. Peningkatan jiwa kewirausahaan dalam diri petani belum terlihat nyata.
Beberapa petani anggota mengakui bahwa waktu dan energi mereka terlalu banyak tercurah untuk penggarapan lahan, sehingga tidak memungkinkan lagi
untuk mengerjakan usaha lain. Berbeda dengan 40 persen petani anggota yang
60 40
60 40
10 20
30 40
50 60
70
1 Tidak terjadi penambahan usaha yang dikerjakan
2 Terjadi penambahan usaha yang dikerjakan
anggota non anggota
telah mencoba untuk berinovasi menggubah komoditi pertanian mereka dari mentah menjadi setengah mentah atau yang sudah siap konsumsi. Mereka
mengakui bahwa dengan menjual dalam bentuk setengah mentah atau yang sudah siap konsumsi, nilai jualnya lebih tinggi.
Kurangnya jiwa kewirausahaan dalam diri petani juga disebabkan karena mereka kurang memiliki akses kepada sumberdaya finansial berupa modal usaha.
Hal ini dapat terlihat pada Gambar 14, dimana sebagian besar petani anggota
atau sebesar 55 persen peningkatan modal usahanya rendah, sedangkan berbanding terbalik dengan non anggota kelembagaan kelompok tani,
peningkatan modal usahanya tinggi sebesar 40 persen. Peran kelembagaan kelompok tani sebagai unit usaha diharapkan mampu untuk mempermudah akses
anggotanya dalam mendapatkan sumberdaya finansial berupa modal, namun pada kenyataanya hal tersebut belum dapat dijalankan dengan optimal oleh
kelembagaan kelompok Tani Sauyunan. Akses anggota terhadap sumberdaya finansial berupa modal segar masih sangat terbatas. Dari seluruh anggota
Kelembagaan Kelompok tani Sauyunann yang terdaftar, hanya 35,5 persen saja yang sudah pernah akses terhadap modal. Besarnya modal yang dipinjamkan oleh
mitra kelembagaan Kelompok Tani pun terbatas, antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per anggota.
Gambar 14. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Modal Usahataninya, Desa Iwul, 2010 dalam persen
55
27,50 17,50
20 40
40
10 20
30 40
50 60
1 Peningkatan modal usaha rendah
2 Peningkatan modal usaha sedang
3 Peningkatan modal usaha tinggi
anggota non anggota
6.1.2 Peningkatan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani