Pengembangan Usahatani Anggota Definisi Operasional

Kontribusi pendapatan unit usaha = T – A x 100 T dibandingkan dengan pendapatanpenghasilannya dari usaha lain dalam rumah tangga anggota kelompok. Kontribusi sektor pertanian bagi pendapatan anggota dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini: Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: 1 pendapatan anggota dari sektor pertanian rendah apabila pendapatan sektor pertanian kurang dari 50 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga ; 2 pendapatan anggota dari sektor pertanian sedang apabila pendapatan sektor pertanian berkisar antara 50 persen hingga 90 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga; dan 3 pendapatan anggota dari sektor pertanian tinggi apabila pendapatan sektor pertanian lebih besar atau sama dengan 90 persen dari seluruh total pendapatan rumah tangga.

2.4.3 Pengembangan Usahatani Anggota

Pengembangan usatani anggota dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas pertanian Rpluas lahan, peningkatan modal usahatani serta peningkatan keuntungan usahatani. Penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan petani, merupakan keberlanjutan hasil dari kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak luar kepada petani anggota. Usahatani yang umum dilakukan di Desa Iwul ialah pertanian palawija dengan jenis umbi-umbian seperti singkong dan ketela pohon, serta padi. Diluar dari tanaman pangan tersebut, dinilai sebagai penerapan diversifikasi tanaman yang dilakukan oleh petani. Penerapan diversifikasi usahatani dapat diberi skor satu 1 apabila pada garapan usahatani petani tidak terdapat tanaman baru yang diusahakan, diberi skor dua 2 apabila pada garapan usahatani petani Keterangan: A= Total pendapatan dari sumber lain T = Total pendapatan dari seluruh sumber yang didapat responden. Peningkatan hasil produksi = Hasil Saat ini – Hasil Awal x 100 Hasil Awal terdapat tanaman baru yang diusahakan tetapi bukan diketahuinya dari kelompok tani, dan diberi skor tiga 3 apabila pada garapan usahatani petani terdapat tanaman baru yang diusahakan dan diketahuinya dari kelompok tani. Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilihat melalui peningkatan hasil kegiatan usahatani petani anggota. Hasil kegiatan usahatani adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk dari kegiatan usaha yang diusahakan responden, diperoleh dalam satu luasan lahan dalam siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah kilogram per m 2 . Namun berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti, hasil produksi pertanian di Desa Iwul sulit untuk diketahui ukuran pastinya. Petani di desa ini kebanyakan menjual hasil produksi pertaniannya dengan sistem borongan. Berdasarkan hasil survai awal tersebut satuan hasil produksi pertanian pada penelitian ini diubah menjadi rupiah per luas garapan. Peningkatan hasil produksi dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini: Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: 1 peningkatan hasil produksi rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari hasil awal produksi; 2 peningkatan hasil produksi sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari hasil awal produksi; dan 3 peningkatan hasil produksi tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari hasil awal produksi. Peningkatan modal usahatani merupakan hasil dari peran kelembagaan kelompok tani dalam meningkatkan modal usaha pada kegiatan usahatani anggotanya. Peningkatan modal usahatani tersebut dapat berasal dari pengakumulasian modal yang responden dapatkan dari hasil keuntungan usahataninya dan juga berasal dari bantuan modal yang diusahakan kelembagaan kelompok tani bagi anggotanya. Peningkatan modal usahatani dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini: Peningkatan keuntungan = Keuntungan Saat ini – keuntungan Awal x 100 Keuntungan Awal Peningkatan modal = Modal Saat ini – Modal Awal x 100 Modal Awal Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: 1 peningkatan modal usahatani rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari modal awal; 2 peningkatan modal usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari modal awal; dan 3 peningkatan modal usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari modal awal. Peningkatan keuntungan usahatani adalah hasil dari harga jual yang didapatkan responden dari hasil produksi pertaniannya dikurangi biaya operasional seperti biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, sewa alat, sewa lahan serta biaya untuk pestisida. Peningkatan keuntungan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini: Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: 1 peningkatan keuntungan usahatani rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari keuntungan awal; 2 peningkatan keuntungan usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari dari keuntungan awal; dan 3 peningkatan keuntungan usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari dari keuntungan awal. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory atau confirmatory research. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis Singarimbun Effendi, 1989. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka, yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun hasil perubahan dari data kualitatif menjadi kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang; biasanya diperoleh dari survai yang menggunakan kuesioner dan mencakup banyak responden; dan dimungkinkan dilakukan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi dari suatu fakta. Sementara itu, data kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja purposive. Fokus penelitian ini ialah pada peran kelembagaan kelompok tani dalam hal pengembangan usahatani anggota kelompok di desa tersebut. Kelompok tani yang diteliti ialah Kelompok Tani Sauyunan. Penetapan kelompok tani yang akan diteliti ini dilakukan dengan pertimbangan, diantaranya: 1. Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menjadi penggerak kelompok tani-kelompok tani lain yang ada di tingkat kecamatan serta termasuk kedalam kelompok tani tingkat madya yang