Sensor ini merupakan sensor gelombang mikro aktif yang dapat melakukan observasi  siang  dan  malam  tanpa  terpengaruh  pada  kondisi  cuaca.  Melalui  salah
satu  observasinya,  yaitu  ScanSAR  sensor  ini  memungkinkan  untuk  melakukan pengamatan  permukaan  bumi  dengan  cakupan  area  yang  cukup  luas  yaitu  250
hingga 350 km. ScanSAR mempunyai kemudi berkas cahaya yang dapat diatur pada  elevasi  ketinggian  dan  didesain  untuk  memperoleh  cakupan  yang  lebih
lebar  daripada  SAR  konvensional.  Bentuk  dari  instrument  PALSAR  dan  prinsip pengambilan objeknya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik PALSAR Mode
Fine ScanSAR
Polarimetric Experiment
Mode
Frekuensi 1.270 MHz L-Band
Lebar Kanal 28114 MHz
Polarisasi HHVVHH+HV
atau VV+VH
HH atau VV HH+HV+VH+VV
Resolusi Spasial 10 m 2 look20 m 4 look
100 m multi look 30 m
Lebar cakupan 70 km
250-350 km 30 km
Incidence Angle 8-60 derajat
18-43 derajat 8-30 derajat
NE Sigma 0 -23 dB 70 km
-25 dB 60 km -25 dB
-29 dB Panjang Bit
3 bit atau 5 bit 5 bit
3 bit atau 5 bit Ukuran
AZ:8.9 m x EL :2.9 m
Sumber : Jaxa 2010
2.3 Sistem Informasi Geografi
Johnson  1992  mendefinisikan  SIG  sebagai  sebuah  sistem  yang  berguna untuk  menangani  dan  menganalisis  data  geografi  untuk  banyak  pemakai  dan
aplikasi.  Data  yang digunakan dalam SIG adalah data geografis  yang terdiri dari data  geometrik  dan  data  deskriptif.  Data  geometrik  berhubungan  dengan  lokasi,
bentuk  dan  hubungan  antar  kenampakan,  misal  peta-peta  atau  data  dari penginderaan  jauh.  Sementara  itu,  data  deskriptif  berhubungan  dengan  sifat-sifat
dari  kenampakan,  misal  tabel,  grafis  dan  keterangan  lainnya.  Data-data  tersebut dipakai sebagai visualisasi dan menerangkan keadaan dunia yang sesungguhnya.
SIG  adalah  informasi  yang  dibuat  untuk  berbagai  data  yang  dikumpulkan dengan keruangan atau  koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG adalah sebuah
sistem  database  dengan  kemampuan  spesifik  untuk  data  keruangan  dan  juga sebuah perangkat operasi untuk bekerja dengan data.
Menurut Paryono 1994 SIG memerlukan data masukan agar berfungsi dan memberikan  informasi  hasil  analisisnya.  Data  masukan  tersebut  dapat  diperoleh
dari  tiga  sumber,  yaitu  :  a    Data  lapangan,  data  ini  diperoleh  langsung  dari pengukuran  lapangan  secara  langsung,  seperti  misalnya  pH  tanah,  salinitas  air,
curah  hujan,  jenis  tanah,  dan  sebagainya  b  Data  peta,  informasi  yang  lebih terekam  pada  peta  kertas  atau  film,  dikonversikan  ke  dalam  bentuk  digital.
Misalnya,  peta  geologi,  peta  tanah  dan  sebagainya. Apabila  data  sudah  terekam dalam  bentuk  peta,  tidak  lagi  diperlukan  data  lapangan,  kecuali  untuk  mengecek
kebenarannya.  c  Data  citra  pengideraan  jauh,  citra  penginderaan  jauh  yang berupa  foto  udara  atau  radar  dapat  diinterpretasi  terlebih  dahulu  sebelum
dikonversi ke dalam bentuk digital. Sementara itu, citra yang diperoleh dari satelit yang  sudah  dalam  bentuk  digital  dapat  langsung  digunakan  setelah      diadakan
koreksi seperlunya. Lebih lanjut dikatakan bahwa ketiga sumber tersebut saling mendukung satu
terhadap  yang  lain.  Data  lapangan  dapat  digunakan  untuk  membuat  peta  fisis, sedangkan  data  penginderaan  jauh  juga  memerlukan  data  lapangan  untuk  lebih
memastikan  kebenaran  data  tersebut.  Jadi  ketiga  sumber  data  saling  berkaitan, melengkapi dan mendukung, sehingga tidak boleh ada yang diabaikan.
Menurut  Jaya  2002  pada  bidang  kehutanan,  SIG  sangat  diperlukan  guna mendukung  pengambilan  keputusan  untuk  memecahkan  masalah  keruangan
spasial mulai  dari tahap perencanaan, pengelolaan sampai  dengan pengawasan. SIG  sangat  membantu  memecahkan  permasalahan  yang  menyangkut  luasan
polygon, batas line atau Arc dan lokasi point. Data spasial peta yang umum digunakan di bidang kehutanan antara lain adalah:
1. Peta Rencana Tata Ruang,
2. Peta Rencana Tata Guna Hutan,
3. Peta Rupa Bumi Kontur,
4. Peta Jaringan Jalan,
5. Peta Jaringan Sungai,
6. Peta Tata Batas,
7. Peta Batas Unit Pengelolaan Hutan,
8. Peta Batas Administrasi Kehutanan,
9. Peta Tanah,
10. Peta Iklim,
11. Peta Geologi,
12. Peta Vegetasi,
13. Peta Potensi Sumberdaya Hutan.
2.4 Jati Tectona grandis Linn F.