Pada  KU  I –  II dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.02
ha, pada KU III – IV dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.04 ha,
sedangkan untuk KU ≥ V dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.1 ha.  Unit  contoh  yang  digunakan  merupakan  hasil  klasifikasi  visual  pada  citra
ALOS PALSAR resolusi spasial 50 m dan 12,5 m berada dalam areal kerja KPH Kebonharjo, Bagian Hutan Tuder dan Bagian Hutan Balo, Perhutani Unit  I Jawa
Tengah.
Gambar 10 Sketsa plot pengukuran.
3.3.3 Pengambilan Data Lapangan
3.3.3.1 Pemilihan Titik Pengukuran Lapangan
Pemilihan titik pengukuran lapangan dilakukan berdasarkan peta petak dan anak  petak  KPH  Kebonharjo  Perhutani  Unit  I  Jawa  Tengah.  Pemilihan  titik
dilakukan  dengan  metode  purposive  sampling,  dimana  kriteria  pengambilan  titik didasarkan  pada  sebaran  kelas  umur  pada  peta  kerja  KPH  Kebonharjo  Perhutani
Unit I Jawa Tengah. Pengukuran koordinat titik pengamatan dapat diukur dengan GPS  atau  menggunakan  koordinat  peta  yang  ada.  Kemudian,  dilakukan
perekaman posisi area contoh menggunakan GPS.
3.3.3.2 Pengukuran Parameter Tegakan
Parameter  tegakan  yang  diukur  berupa  diameter  pohon  setinggi  dada  D, tinggi total Tt, tinggi bebas cabang Tbc dan jenis pohon. Tingkat vegetasi yang
diukur berdasarkan kelas umur KU.
3.3.4 Pengolahan Data
3.3.4.1 Model Pendugaan Biomassa Lapangan.
Model  alometrik  pendugaan  biomassa  yang  digunakan  pada  penelitian  ini adalah  model  alometrik  biomassa  Hendri  2001  yang  diformulasikan  kembali
oleh Tiryana 2011, dimana parameter penduga biomasa B  yang diukur adalah diameter  setinggi  dada  D.  Model  tersebut  secara  matematis  ditentukan  dengan
persamaan sebagai berikut :
Biomassa  yang  diukur  dalam  penelitian  ini  merupakan  biomassa  di  atas permukaan  tanah  above-ground  biomass  dari  tegakan  jati  pada  tingkat  usia
tertentu KU. Selain menggunakan persamaan alometrik  pada daerah penelitian, nilai biomassa dihitung dengan menggunakan BEF Biomass Expansion Factor,
dimana BEF didefinisikan sebagai  rasio  total  bobot biomassa kering tanur diatas permukaan tanah pada diameter diameter setinggi dadaD minimum 10 cm atau
lebih  dengan  bobot  biomassa  kering  tanur  pada  volume  yang  dapat dimanfaatkanBEF  pada  biomassa  kering  tanur  pada  volume  batang.  BEF
merupakan faktor koreksi bagi nilai biomassa yang diduga melalui volume BV
akt
, tonha.  Perhitungan  biomassa  di  atas  permukaan  dengan  menggunakan  BEF
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Volume V,  m
3
dihitung dengan menggunakan formulasi :
B
bef
= Biomassa diduga menggunakan BEF tonha V
b
= Volume untuk Bagian Hutan Balo m
3
V
t
= Volume untuk Bagian Hutan Tuder m
3
ρ = Berat jenis rata-rata pohon jati sebesar 0.67 tonm
3
BEF = Biomass Expansion Factor dengan nilai koefisien 1,53186 untuk Jati pada hutan tropis Kraenzel et al. 2003.