Gambar 5 Mekanisme hamburan balik pada tegakan hutan Dobson et al. 1990. Gelombang  radar  yang  lebih  panjang  menghasilkan  nilai  backscatter  yang
tinggi pada penetrasi batang, percabangan, permukaan tanah dan tajuk. Sedangkan gelombang  yang  lebih  pendek  menghasilkan  nilai  backscatter  yang  tinggi  hanya
pada tajuk saja. Kemampuan gelombang panjang untuk mempenetrasikan kanopi hutan dengan lebih baik menjadi dasar kemampuan dari sistem SAR untuk secara
langsung  menduga  kuantiti  dari  struktur  tegakan  dalam  hal  ini  yang  berkaitan dengan  biomassa  dimana  sebagian  besar  biomassa  berada  pada  batang  dan
percabangan ranting-ranting besar. Hamburan balik yang kuat dari vegetasi akan dihasilkan oleh tipe vegetasi rapat. Sistem radar L-band bekerja pada gelombang
maksimum  untuk  citra  radar  yang  tersedia.  L-band  memiliki  kemampuan  besar untuk menembus daun-daunan hingga ke pokok batang yang paling bawah.
Banyak  studi  yang  telah  dilakukan  dan  menemukan  hubungan  yang  kuat antara  biomassa  dan  hamburan  balik  pada  SAR  Mitchard  et  al.  2009;  Sarker
Nichol 2010. Studi-studi tersebut selain menemukan hubungan  yang kuat antara biomassa  dan  backscatter  juga  menemukan  bahwa  backscatter  SAR  meningkat
seiring peningkatan biomassa sampai mencapai  nilai  saturasi  tertentu  yang mana nilai  pendugaan  tertinggi  akan  berada  pada  frekuensi  yang  rendah  atau  memiliki
nilai backscatter rendah Bergen  Dobson 1999.
2.2.1 Citra Satelit ALOS PALSAR
ALOS  Advanced  land  Observing  Sattelite  merupakan  satelit  yang diluncurkan  oleh  Badan  Luar  Angkasa  Jepang  pada  bulan  Januari  2006.  Satelit
ALOS  ini  membawa  tiga  jenis  sensor  yaitu  PALSAR  Phased  Array  L-band
Synthetic Aperture Radar, PRISM Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping, dan AVNIR-2 Advanced Visible and Near Infrared Radiometer
type-2.  PALSAR  merupakan  sensor  gelombang  mikro  aktif  yang  bekerja  pada frekuensi  band  L.  Sensor  PALSAR  mempunyai  kemampuan  untuk  menembus
awan,  sehingga  informasi  permukaan  bumi  dapat  diperoleh  setiap  saat,  baik malam  ataupun  siang  hari.  Data  PALSAR  ini  dapat  digunakan  untuk  pembuatan
DEM,  Interferometri  untuk  mendapatkan  pergeseran  tanah,  maupun  kandungan biomassa,  monitoring  kehutanan,  pertanian,  tumpahan  minyak  oil  spill,  soil
moisture, mineral, dan lain-lain Rosenqvist et al. 2004. Untuk  dapat  bekerja  dengan  ketiga  instrumen  di  atas,  ALOS  dilengkapi
dengan  dua  teknologi  yang  lebih  maju.  Pertama  teknologi  yang  mampu mengerjakan data dalam kapasitas yang sangat besar dengan kecepatan tinggi, dan
selanjutnya  kapasitas  untuk  menentukan  posisi  satelit  dengan  ketinggian  yang lebih tepat. Keterangan umum tentang ALOS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Keterangan umum ALOS Alat Peluncuran
Roket H-IIA
Tempat Peluncuran Pusat Ruang Angkasa Tanagashima
Berat Satelit 4000 Kg
Power 7000 W
Waktu Operasional 3-5 Tahun
Orbit Sun-Synchronous Sub-Recurr Orbit
Recurrent Period: 46 Hari Sub Cycle 2 hari Tinggi Lintasan: 692 km diatas Ekuator
Inklinasi: 98,2°
Sumber: Jaxa 2010
Secara ringkas terdapat lima misi dari satelit ALOS JAXA 2010, yaitu: 1.
Kartografi :  Untuk  menyediakan  peta  wilayah  Jepang
dan wilayah Asia Pasifik 2.
Pemantauan Regional :  Melakukan  pemantauan  regional  untuk
pengembangan pembangunan
yang berkelanjutan
dan harmonisasi
antara kesediaan
sumber daya
alam pengembangan pembangunan
3. Monitoring Bencana
: Melakukan monitoring bencana alam 4.
Survei Sumberdaya : Untuk survei sumber daya alam
5. Pengembangan Teknologi
:  Mengembangkan  teknologi  penginderaan jauh  yang  tepat  untuk  masa  sekarang  dan
akan datang. PALSAR merupakan salah satu instrumen ALOS dengan sensor aktif untuk
pengamatan  cuaca  dan  permukaan  daratan  pada  siang  dan  malam  hari  dengan sistem  yang  lebih  maju  dari  JERS-1  SAR.  Sensor  PALSAR  mempunyai  sorotan
yang  dapat  disetir  dalam  elevasi,  disamping  mode  ScanSAR.  Bentuk  dari instrumen PALSAR dan prinsip pengambilan obyeknya disajikan pada Gambar 6
dan Gambar 7. Sedangkan karakter teknik sensor PALSAR disajikan pada Tabel 3.
Gambar 6 Instrumen PALSAR JAXA 2010.
Gambar 7 Prinsip geometri dari PALSAR JAXA 2010.
Sensor ini merupakan sensor gelombang mikro aktif yang dapat melakukan observasi  siang  dan  malam  tanpa  terpengaruh  pada  kondisi  cuaca.  Melalui  salah
satu  observasinya,  yaitu  ScanSAR  sensor  ini  memungkinkan  untuk  melakukan pengamatan  permukaan  bumi  dengan  cakupan  area  yang  cukup  luas  yaitu  250
hingga 350 km. ScanSAR mempunyai kemudi berkas cahaya yang dapat diatur pada  elevasi  ketinggian  dan  didesain  untuk  memperoleh  cakupan  yang  lebih
lebar  daripada  SAR  konvensional.  Bentuk  dari  instrument  PALSAR  dan  prinsip pengambilan objeknya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik PALSAR Mode
Fine ScanSAR
Polarimetric Experiment
Mode
Frekuensi 1.270 MHz L-Band
Lebar Kanal 28114 MHz
Polarisasi HHVVHH+HV
atau VV+VH
HH atau VV HH+HV+VH+VV
Resolusi Spasial 10 m 2 look20 m 4 look
100 m multi look 30 m
Lebar cakupan 70 km
250-350 km 30 km
Incidence Angle 8-60 derajat
18-43 derajat 8-30 derajat
NE Sigma 0 -23 dB 70 km
-25 dB 60 km -25 dB
-29 dB Panjang Bit
3 bit atau 5 bit 5 bit
3 bit atau 5 bit Ukuran
AZ:8.9 m x EL :2.9 m
Sumber : Jaxa 2010
2.3 Sistem Informasi Geografi