perekamanpeliputan  2009  daerah  Kebonharjo,  Kabupaten  Rembang, Jawa Tengah.
2. Data hasil pengukuran dimensi tegakan Diameter setinggi dadaD dan
Tinggi  totalTt  keadaan  tapak,  jarak  antar  pohon  dan  azimut  per  plot pengamatan.
3. Data informasi petak dan anak petak KPH Kebonharjo.
3.3 Tahapan Pelaksanaan
Tahapan  dalam  kegiatan  penelitian  ini  secara  umum  terdiri  dari  persiapan dan pengambilan data lapangan, pengolahan data lapangan, pengolahan data citra,
pembuatan model penduga biomassa, dan pemetaan biomassa Gambar 10.
3.3.1 Persiapan dan Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan  data  lapangan  direncanakan  di  atas  peta  kerja  dan  peta administrasi KPH Kebonharjo, Perhutani Unit II Jawa Tengah. Pemilihan titik plot
pengukuran  lapangan  dilakukan  berdasarkan  sebaran  kelas  umur  di  lokasi penelitian  dan  kenampakan  Citra  ALOS  PALSAR.  Penentuan  titik  dilakukan
secara  purposive  sampling.  Titik  pengambilan  sampel  di  tentukan  sebanyak  64 titik yang menyebar di seluruh lokasi penelitian, berada di dua bagian hutan yaitu
Bagian Hutan Balo dan Bagian Hutan Tuder.
3.3.2 Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
Pengambilan  data  lapangan  dilakukan  di  hutan  tanaman  jati,  KPH Kebonharjo  Perhutani  Unit  II  Jawa  Tengah.  Plot  contoh  yang  digunakan
berbentuk  lingkaran dengan luasan  plot disesuaikan pada titik dengan KU kelas umur tertentu yang akan dikunjungi di lapangan.
Persiapan dan
pengumpulan data
Mulai
Selesai Peta Petak KPH
Kebonharjo
Penghitungan Akurasi Kelas Biomassa
Verifikasi Model Pemilihan Model
Peta Sebaran Biomassa
Citra Backscatter
Pembuatan Peta Sebaran Biomassa
Model Analisis Statistik
Penyusunan Model
Biomassa BEF Biomassa
Alometrik Nilai Backscatter
Hasil Inventarisasi Tegakan
Dimensi Tegakan
Ekstraksi Nilai Dijital Setiap plot
Konversi Nilai Dijital ke Backscatter
Perhitungan Biomassa Citra ALOS
PALSAR 2009
Gambar 9 Diagram Alir Penelitian
Pada  KU  I –  II dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.02
ha, pada KU III – IV dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.04 ha,
sedangkan untuk KU ≥ V dilakukan pengukuran dengan plot lingkaran seluas 0.1 ha.  Unit  contoh  yang  digunakan  merupakan  hasil  klasifikasi  visual  pada  citra
ALOS PALSAR resolusi spasial 50 m dan 12,5 m berada dalam areal kerja KPH Kebonharjo, Bagian Hutan Tuder dan Bagian Hutan Balo, Perhutani Unit  I Jawa
Tengah.
Gambar 10 Sketsa plot pengukuran.
3.3.3 Pengambilan Data Lapangan
3.3.3.1 Pemilihan Titik Pengukuran Lapangan
Pemilihan titik pengukuran lapangan dilakukan berdasarkan peta petak dan anak  petak  KPH  Kebonharjo  Perhutani  Unit  I  Jawa  Tengah.  Pemilihan  titik
dilakukan  dengan  metode  purposive  sampling,  dimana  kriteria  pengambilan  titik didasarkan  pada  sebaran  kelas  umur  pada  peta  kerja  KPH  Kebonharjo  Perhutani
Unit I Jawa Tengah. Pengukuran koordinat titik pengamatan dapat diukur dengan GPS  atau  menggunakan  koordinat  peta  yang  ada.  Kemudian,  dilakukan
perekaman posisi area contoh menggunakan GPS.
3.3.3.2 Pengukuran Parameter Tegakan
Parameter  tegakan  yang  diukur  berupa  diameter  pohon  setinggi  dada  D, tinggi total Tt, tinggi bebas cabang Tbc dan jenis pohon. Tingkat vegetasi yang
diukur berdasarkan kelas umur KU.
3.3.4 Pengolahan Data
3.3.4.1 Model Pendugaan Biomassa Lapangan.
Model  alometrik  pendugaan  biomassa  yang  digunakan  pada  penelitian  ini adalah  model  alometrik  biomassa  Hendri  2001  yang  diformulasikan  kembali
oleh Tiryana 2011, dimana parameter penduga biomasa B  yang diukur adalah diameter  setinggi  dada  D.  Model  tersebut  secara  matematis  ditentukan  dengan
persamaan sebagai berikut :
Biomassa  yang  diukur  dalam  penelitian  ini  merupakan  biomassa  di  atas permukaan  tanah  above-ground  biomass  dari  tegakan  jati  pada  tingkat  usia
tertentu KU. Selain menggunakan persamaan alometrik  pada daerah penelitian, nilai biomassa dihitung dengan menggunakan BEF Biomass Expansion Factor,
dimana BEF didefinisikan sebagai  rasio  total  bobot biomassa kering tanur diatas permukaan tanah pada diameter diameter setinggi dadaD minimum 10 cm atau
lebih  dengan  bobot  biomassa  kering  tanur  pada  volume  yang  dapat dimanfaatkanBEF  pada  biomassa  kering  tanur  pada  volume  batang.  BEF
merupakan faktor koreksi bagi nilai biomassa yang diduga melalui volume BV
akt
, tonha.  Perhitungan  biomassa  di  atas  permukaan  dengan  menggunakan  BEF
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Volume V,  m
3
dihitung dengan menggunakan formulasi :
B
bef
= Biomassa diduga menggunakan BEF tonha V
b
= Volume untuk Bagian Hutan Balo m
3
V
t
= Volume untuk Bagian Hutan Tuder m
3
ρ = Berat jenis rata-rata pohon jati sebesar 0.67 tonm
3
BEF = Biomass Expansion Factor dengan nilai koefisien 1,53186 untuk Jati pada hutan tropis Kraenzel et al. 2003.
3.3.4.2 Ekstraksi Nilai Dijital pada Citra ALOS PALSAR
Dengan  menggunakan  ekstensi  square  buffer  pada  ArcView  3.3  dibuat buffer pada titik pengamatan dilapangan dengan ukuran buffer 5 piksel × 5 piksel
atau  setara  dengan  250  m  ×  250  m  yang  ditentukan  berdasarkan  pertimbangan error  GPS  dan  pergeseran  citra.  Square  buffer  yang  dihasilkan  kemudian
digunakan  sebagai AOI  Area  of  Interest  sehingga  didapat  nilai  dijital  rata-rata pada  buffer  titik  pengamatan.  Nilai  dijital  yang  dihasilkan  kemudian  di  konversi
menjadi  nilai  hamburan  balik  backscatter  dengan  menggunakan  formulasi sebagai berikut Shimada et al. 2009 :
Dimana : BS = Backscatter dB
dN = Nilai dijital degree CF = Calibration factor dari Citra ALOS PALSAR peliputan tahun 2009 sebesar
-83 JAXA Publication
3.3.4.3 Penyusunan dan Pemilihan Model
Penyusunan  model  hubungan  antara  biomassa  di  atas  permukaan  tanah dengan  nilai  backscatter  pada  citra  ALOS  PALSAR  menggunakan  beberapa
model matematika sebagai berikut : Tabel 5 Model yang digunakan untuk pendugaan biomassa
Jenis Model Bentuk Model
Model linier Y = a + bX
Y = a+1bX Model eksponensial
Y = Expa + bX Y = ab
X
Inverse polynomial Y = Xa+bX
Schumacher Y = aExpbX
Keterangan : Y = Biomassa; X = Backscatter ALOS PALSAR
Pemilihan  model  dilakukan  dengan  memperhatikan  koefisien  determinasi terkoreksi  R
2 adj
dan  Root  Mean  Square  Error  RMSE  yang  dihasilkan  oleh masing-masing  persamaan.  Koefisien  determinasi  terkoreksi  adalah  koefisien
determinasi  yang  telah  terkoreksi  dari  derajat  bebas  sisa  dan  derajat  bebas totalnya.  Dimana  koefisien  determinasi  terkoreksi  dihitung  menggunakan
formulasi sebagai berikut:
Dimana : JKS = Jumlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total n - p = Derajat bebas sisa
n - 1 =  Derajat bebas total Sedangkan akar kuadrat eror dihitung berdasarkan formula :
MSE = RMSE =
Dimana : MSE = Kuadrat tengah sisa
RMSE = Akar kuadrat tengah sisa yi = Biomassa ke-i
= Rata-rata biomassa ke-i n = Jumlah plot sampel
p = Jumlah parameter yang digunakan
3.3.4.4 Verifikasi Model
Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan antara hasil kandungan biomassa di atas permukaan tanah dengan menggunakan model terpilih dan hasil
pengukuran  di  lapangan  menggunakan  persamaan  alometrik  yang  diasumsikan sebagai  biomassa  aktual.  Verifikasi  model  dilakukan  dengan  cara  mengambil
piksel  secara  purposive  pada  cira  sebanyak  26  plot  kemudian  dilakukan pengukuran di lapangan sesuai dengan prosedur yang dilakukan pada penyusunan
model. Untuk membandingkan hasil pendugaan biomassa pada model terbaik  yang
dihasilkan  dalam  penelitian  ini  dengan  hasil  pengukuran  biomassa  di  lapangan menggunakan  alometrik  digunakan  uji  t-student  berpasangan  Mattjik
Sumertajaya 2000.
Dengan menggunakan hipotesis uji sebagai berikut : H
: µ
1
- µ
2
= 0 Biomassa aktual = biomassa model H
1
: µ
1
- µ
2
≠ 0 Biomassa aktual ≠ biomassa model Model  yang  dianggap  mewakili  data  dan  layak  digunakan  didasarkan  pada
t
hitung
dengan kriteria apabila t
hitung
t
α2
pada taraf nyata 5 atau nilai signifikansi 0,05  taraf  nyata  5,  maka  model  pendugaannya  layak  digunakan  dan
sebaliknya  jika  t
hitung
t
α2
atau  nilai  signifikansi  0,05  taraf  nyata  5,  maka model penduganya kurang layak digunakan.
3.3.5 Pembuatan Citra Pendugaan Biomassa dan Peta Kelas Biomassa
Citra  pendugaan  biomassa  diturunkan  dari  citra  backscatter  yang  diproses dengan menggunakan Modeler
pada perangkat lunak ERDAS Imagine 9.1 dengan menggunakan model pendugaan terpilih yang telah terverifikasi.
Dari  citra  pendugaan  biomassa  dibuat  peta  sebaran  kelas  biomassa  dengan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3, kemudian untuk mengetahui tingkat
keterwakilan dan akurasi pembuatan peta sebaran dilakukan penghitungan  kappa accuracy K dan overall accuracy OA pada peta sebaran kelas biomassa yang
telah dibuat.
Dimana : X
ii
= nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X
i+
= jumlah piksel dalam kolom ke-i X
+i
= jumlah piksel dalam baris ke-i N
= banyaknya titik contoh
Dalam  matrik  kontingensi  dapat  pula  dihitung  besarnya  akurasi  pembuat Producer  AccuracyPA  dan  akurasi  pengguna  User  AccuracyUA  dari  setiap
kelas.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Risalah Umum KPH Kebonharjo
4.1.1 Letak
Secara geografis terletak pada 111°20′ - 111°30′ BT dan 6°30′ - 6°60′ LS. KPH  Kebonharjo  memiliki  luas  wilayah  ±17.801,30  ha.  Berdasarkan  pembagian
wilayah  administratif    KPH  Kebonharjo  berada  pada  wilayah  Propinsi  Jawa Tengah  dan  Jawa  Timur.  Meliputi  wilayah  Kabupaten  Rembang  Jawa  Tengah
dengan luas ± 11.946,7 ha yang terdiri dari 9 kecamatan yaitu Kecamatan Gunem, Sale,  Sarang,  Sedan,  Pamotan,  Pancur,  Kragan,  Sluke,  dan  Kecamatan  Lasem
terdapat sekitar 42 desa sekitar hutan. Wilayah  Kabupaten  Blora  Jawa  Tengah,  seluas  ±  2.140,4  ha  yang  terdiri
dari  2  kecamatan  yaitu  Kecamatan  Bogorejo  dan  Kecamatan  Jiken  terdapat sekitar  7  desa  sekitar  hutan.  Wilayah  pemerintahan  Kabupaten  Tuban  Jawa
Timur,  seluas  ±  3.714,2  ha  yang  terdiri  dari  2  kecamatan  yaitu  Kecamatan Kenduruan  dan  Kecamatan  Jatirogo  terdapat  sekitar  11  desa  sekitar  hutan.
Dalam  pembagian  wilayah  kerja  Perum  Perhutani,  KPH  Kebonharjo  terletak  di wilayah  Perum  Perhutani  Unit  I  Jawa  Tengah  wilayah  Seksi  Perencanaan  Hutan
IV Rembang.
4.1.2 Batas Wilayah
Batas wilayah KPH Kebonharjo meliputi : 1
Sebelah Utara : KPH  Kebonharjo  berbatasan  langsung  dengan  Laut  Jawa  bermula  di  Kali
Lasem, menyusuri pantai ke arah Timur sampai di Desa Bulu berpotongan tegak lurus dengan perpanjangan jalan Jatirogo
– Bulu. 2
Sebelah Timur : Berbatasan dengan batas KPH Jatirogo bagian Barat, mulai dari pantai Laut
Jawa di desa Bulu ke Selatan mengikuti jalan besar Bulu – Jatirogo melalui desa
Ngepon   Ketangi  sampai  Pal  DK No. 1 TPK Jatirogo ke Timur mengikuti jalan raya  sampai  dipertigaan  jalan  besar  dari  Blora.  Dari  sini  terus  ke  Selatan
mengikuti  jalan  besar  jurusan  Blora  sampai  dukuh  Bogel,  terus  menyusuri  kali Kedung Gede sampai desa Sidomukti melintang dengan jalan DK lanjutan Alur D
terus  ke  Selatan  berpapasan  dengan  kali  Gunung  Wangon  Kendik  hingga  dukuh Gunung Wangon Alur HV.
3 Sebelah Selatan :
Berbatasan  dengan  wilayah  KPH  Cepu  bagian  Utara  mulai  dukuh  Gunung Wangon  dari  Pal  Batas  Hutan  B  509  petak  163  Bagian  Hutan  Merah  ke  Barat
mengikuti  Alur  HV  hingga  Pal  Batas  Hutan  B  150  petak  162  Bagian  Hutan Merah  terus  mengikuti  jalan  DK  sampai  Pal  Batas  Hutan  B  526DK  A1  petak
169  mengikuti  batas  hutan  sampai  Pal  Batas  Hutan  B  577  petak  156  Bagian Hutan Merah terus mengikuti Alur HK sampai pertemuan dengan Alur GL, terus
membelok  ke  Barat  mengikuti  Alur  GL  sampai  Pal  Batas  Hutan  B  578  petak 132  Bagian  Hutan  Merah    B  86  Bagian  Hutan  Nanas  ke  Barat  melalui  desa
Gempol  Ketringan,  hingga  persimpangan  jalan  Ketringan  dengan  Ngaglik  terus mengikuti  Alur  FO  sampai  Pal  Batas  Hutan  B  1199    petak  122  Bagian  Hutan
Merah terus mengikuti jalan desa Gempol, mengikuti jalan desa sampai Bogorejo, selanjutnya mengikuti jalan besar Jatirogo
– Blora sampai di pertigaan pasar desa Karang.
4 Sebelah Barat :
Berbatasan dengan batas KPH Mantingan bagian Timur mulai dari pertigaan pasar desa Karang ke Utara melewati desa Poncosari, desa Juwet, desa Jurangjero
sampai  Batas  Hutan  B  1566  petak  18  Bagian  Hutan  Merah,  mengikuti  Batas Hutan  sampai  di  Pal  B  10  petak  16  Bagian  Hutan  Merah,  belok  ke  Utara
mengikuti  Kecamatan  Pamotan  sampai  Pal  B  1008  petak  47  Bagian  Hutan Tuder, langsung mengikuti  Batas Hutan sampai  dengan Pal  B 1050 dan  terus ke
Utara  menyusuri  batas  Kecamatan  Pamotan  sampai  desa  Ukir  terus  mengikuti jalan jurusan desa Bamban.
Dari  belokan  jalan  desa  Bamban  menyeberang  ke  Utara  sampai  bertemu jalan  jurusan  dari  desa  Bamban  ke  desa  Bedog  Bangunrejo  terus  ke  Utara
sampai bertemu pada pertigaan jalan besar jurusan Kebonharjo – Lasem.