3.3.4 Pengolahan Data
3.3.4.1 Model Pendugaan Biomassa Lapangan.
Model alometrik pendugaan biomassa yang digunakan pada penelitian ini adalah model alometrik biomassa Hendri 2001 yang diformulasikan kembali
oleh Tiryana 2011, dimana parameter penduga biomasa B yang diukur adalah diameter setinggi dada D. Model tersebut secara matematis ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
Biomassa yang diukur dalam penelitian ini merupakan biomassa di atas permukaan tanah above-ground biomass dari tegakan jati pada tingkat usia
tertentu KU. Selain menggunakan persamaan alometrik pada daerah penelitian, nilai biomassa dihitung dengan menggunakan BEF Biomass Expansion Factor,
dimana BEF didefinisikan sebagai rasio total bobot biomassa kering tanur diatas permukaan tanah pada diameter diameter setinggi dadaD minimum 10 cm atau
lebih dengan bobot biomassa kering tanur pada volume yang dapat dimanfaatkanBEF pada biomassa kering tanur pada volume batang. BEF
merupakan faktor koreksi bagi nilai biomassa yang diduga melalui volume BV
akt
, tonha. Perhitungan biomassa di atas permukaan dengan menggunakan BEF
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Volume V, m
3
dihitung dengan menggunakan formulasi :
B
bef
= Biomassa diduga menggunakan BEF tonha V
b
= Volume untuk Bagian Hutan Balo m
3
V
t
= Volume untuk Bagian Hutan Tuder m
3
ρ = Berat jenis rata-rata pohon jati sebesar 0.67 tonm
3
BEF = Biomass Expansion Factor dengan nilai koefisien 1,53186 untuk Jati pada hutan tropis Kraenzel et al. 2003.
3.3.4.2 Ekstraksi Nilai Dijital pada Citra ALOS PALSAR
Dengan menggunakan ekstensi square buffer pada ArcView 3.3 dibuat buffer pada titik pengamatan dilapangan dengan ukuran buffer 5 piksel × 5 piksel
atau setara dengan 250 m × 250 m yang ditentukan berdasarkan pertimbangan error GPS dan pergeseran citra. Square buffer yang dihasilkan kemudian
digunakan sebagai AOI Area of Interest sehingga didapat nilai dijital rata-rata pada buffer titik pengamatan. Nilai dijital yang dihasilkan kemudian di konversi
menjadi nilai hamburan balik backscatter dengan menggunakan formulasi sebagai berikut Shimada et al. 2009 :
Dimana : BS = Backscatter dB
dN = Nilai dijital degree CF = Calibration factor dari Citra ALOS PALSAR peliputan tahun 2009 sebesar
-83 JAXA Publication
3.3.4.3 Penyusunan dan Pemilihan Model
Penyusunan model hubungan antara biomassa di atas permukaan tanah dengan nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR menggunakan beberapa
model matematika sebagai berikut : Tabel 5 Model yang digunakan untuk pendugaan biomassa
Jenis Model Bentuk Model
Model linier Y = a + bX
Y = a+1bX Model eksponensial
Y = Expa + bX Y = ab
X
Inverse polynomial Y = Xa+bX
Schumacher Y = aExpbX
Keterangan : Y = Biomassa; X = Backscatter ALOS PALSAR
Pemilihan model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi terkoreksi R
2 adj
dan Root Mean Square Error RMSE yang dihasilkan oleh masing-masing persamaan. Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien
determinasi yang telah terkoreksi dari derajat bebas sisa dan derajat bebas totalnya. Dimana koefisien determinasi terkoreksi dihitung menggunakan
formulasi sebagai berikut:
Dimana : JKS = Jumlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total n - p = Derajat bebas sisa
n - 1 = Derajat bebas total Sedangkan akar kuadrat eror dihitung berdasarkan formula :
MSE = RMSE =
Dimana : MSE = Kuadrat tengah sisa
RMSE = Akar kuadrat tengah sisa yi = Biomassa ke-i
= Rata-rata biomassa ke-i n = Jumlah plot sampel
p = Jumlah parameter yang digunakan
3.3.4.4 Verifikasi Model
Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan antara hasil kandungan biomassa di atas permukaan tanah dengan menggunakan model terpilih dan hasil
pengukuran di lapangan menggunakan persamaan alometrik yang diasumsikan sebagai biomassa aktual. Verifikasi model dilakukan dengan cara mengambil
piksel secara purposive pada cira sebanyak 26 plot kemudian dilakukan pengukuran di lapangan sesuai dengan prosedur yang dilakukan pada penyusunan
model. Untuk membandingkan hasil pendugaan biomassa pada model terbaik yang
dihasilkan dalam penelitian ini dengan hasil pengukuran biomassa di lapangan menggunakan alometrik digunakan uji t-student berpasangan Mattjik
Sumertajaya 2000.