9. Peta Tanah,
10. Peta Iklim,
11. Peta Geologi,
12. Peta Vegetasi,
13. Peta Potensi Sumberdaya Hutan.
2.4 Jati Tectona grandis Linn F.
Jati Tectona grandis Linn F. hingga saat ini masih menjadi komoditas mewah yang banyak diminati masyarakat. Tanaman jati diklasifikasikan ke dalam
famili verbenaceae, genus tectona, dengan nama species terbanyak di Indonesia adalah Tectona grandis Linn F, dimana jenis ini merupakan jenis terbaik
dibandingkan dengn jenis Jati lainnya. Kayu jati memiliki berat jenis antara 0.62 –
0.75. Saat ini budidaya jati banyak dilakukan di daerah-daerah tropis, di Panama lahan tidur yang lama tidak dimanfaatkan kemudia dilakukan penanaman jati dan
telah dilakukan reforestasi dari 11.000 hingga 34.600 ha. Jati merupakan kayu terkuat ke tiga di dunia, dan budidaya jati telah di lakukan di banyak daerah tropis
untuk menghasilkan kayu kualitas tinggi. Pertumbuhan jati terbaik biasanya pada daerah-daerah rendah dan panas, di
pulau Jawa terutama pada dataran rendah dan berbukit-bukit, kurang air, yang terdiri dari formasi tua kapur dan megalit. Tanaman jati juga tumbuh pada daerah
yang memiliki musim kering 3-5 bulan kering, curah hujan rata-rata 1.250 – 2.500
mmtahun dengan ketinggian kurang dari 700 mdpl dan temperatur rata-rata 22 - 26
o
C Khaerudin 1994. Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat
pencemar polutan dan cahaya berlebihan. Seperti halnya daun lain, daun jati juga melakukan fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan
kemudian melepaskannya kembali sebagai oksigen dan uap air. Hal ini membantu menjaga kestabilan iklim di dalam dan di sekitar hutan.
Sejak abad ke-9 tanaman jati yang merupakan tanaman tropika dan subtropika telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kayu kualitas tinggi dan
bernilai jual tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah dan memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan
sampai 500 tahun.
Secara alamiah tanaman jati banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pada abad ke-19 jati juga mulai dibudidayakan di
Amerika tropik. Keberhasilan permudaan sejak akhir abad 19 telah dapat mengembangkan luas kawasan hutan jati di pulau Jawa. Pada akhir abad 19 luas
hutan jati di pulau jawa seluruhnya diperkirakan berkisar 650.000 ha. Dan hingga tahun 1985 luas hutan jati terus bertambah hingga mencapai 1.069.712 ha. Hutan
jati yang sebagian besar berada di Pulau Jawa dikelola oleh PT. Perhutani. Dimana luas daerah pengelolaannya mencapai 2.6 juta ha, terdiri dari 54 KPH
Kesatuan Pemangkuan Hutan. Produksi hutan jati yang dikelola oleh Perhutani rata-rata 800.000 m3tahun, dimana sebagian besar produksi hutan jati dijual
dalam bentuk log.
2.5 Biomassa