38.25 27.7 Penyusunan model pendugaan dan pemetaan biomassa permukaan pada tegakan jati (Tectona grandis Linn F) menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M dan 12,5 M (Studi kasus: KPH Kebonharjo perhutani unit 1 Jawa Tengah)
                                                                                Pada  Tabel  11  dapat  dilihat  bahwa  model  1  sampai  dengan  model  4 memiliki nilai T hitung berturut-turut sebesar 0.182, dan 0.444, nilai ini lebih kecil
dari  T  tabel  2.056  dan  nilai  signifikansi  lebih  besar  dari  0,05  sehingga  dapat diartikan  bahwa  nilai  pendugaan  biomassa  tidak  berbeda  nyata  dengan  nilai
biomassa  aktual  di  lapangan.  Lampiran  5  menyajikan  hasil  perhitungan  dengan menggunakan model hubungan terpilih pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m.
Tabel 11  Hasil verifikasi model pendugaan biomassa pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m
No. Model Terpilih
R
2 adj
RMSE T hit
T tabel sig.
Alometrik Hendri – Backscatter
1 Y = 318,289 + 10.030×BS_HH
60,7 38,25
0,182 2,056
0,857 2
Y = Exp 9,291 + 0.38×BS_HV 79,4
27.70 0,444
2,056 0,661
Y = Biomassa, BS = Backscatter citra ALOS PALSAR
Model  pendugaan  biomassa  di  atas  permukaan  dengan  menggunakan polarisasi HH Lampiran 5 pada citra ALOS PALSAR 50 m menunjukkan hasil
yang tidak berbeda jauh dengan hasil pendugaan biomassa dengan polarisasi HV. Sehingga  baik  pada  model  pendugaan  biomassa  yang  dihasilkan  dari  hubungan
biomassa  alometrik  Hendri  dengan  backscatter  HH  citra  ALOS  PALSAR  50  m maupun  model  pendugaan  biomassa  yang  dihasilkan  dari  hubungan  biomassa
alometrik  Hendri  dengan  backscatter  HV  citra  ALOS  PALSAR  50  m  dapat digunakan dalam pendugaan biomassa di atas permukaan.
Hasil  verifikasi  model  hubungan  biomassa  alometrik  Hendri  dan backscatter citra ALOS PALSAR 12,5 m disajikan pada
Tabel  12.  Nilai  T  hitung  pada  model  3  dan  model  4  sebesar  0.647  dan 0.745 menunjukkan bahwa T hitung setiap model bernilai lebih kecil dari T tabel
2.056 dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa nilai  pendugaan  biomassa  tidak  berbeda  nyata  dengan  nilai  biomassa  aktual  di
lapangan  baik  pada  model  hubungan  biomassa  model  alometrik  Hendri  dengan backscatter  HH,  maupun  model  hubungan  biomassa  alometrik  Hendri  dengan
backscatter HV. Tabel 12 Hasil verifikasi model pendugaan biomassa pada citra ALOS PALSAR
resolusi 12,5 m
No. Model Terpilih
R
2 adj
RMSE T hit
T tabel sig.
Alometrik Hendri – Backscatter
1 Y = Exp6.676 + 0.274×BS_HH
125
62.20 37.28
0.647 2,056
0.523 2
Y = Exp8.811 + 0.302×BS_HV
125
71.70 32.43
0.745 2,056
0.463
Y = Biomassa, BS = Backscatter citra ALOS PALSAR
Model  pendugaan  biomassa  di  atas  permukaan  dengan  menggunakan polarisasi HH menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan hasil pendugaan
biomassa  dengan  polarisasi  HV  Lampiran  7.  Sehingga  baik  pada  model pendugaan  biomassa  yang  dihasilkan  dari  hubungan  biomassa  alometrik  hendri
dengan backscatter  HH citra ALOS PALSAR 12,5 m maupun model pendugaan biomassa  yang  dihasilkan  dari  hubungan  biomassa  alometrik  Hendri  dengan
backscatter HV citra ALOS PALSAR 12,5 m dapat digunakan dalam pendugaan biomassa di atas permukaan.
Pendugaan  biomassa  dengan  menggunakan  polarisasi  HV  lebih  baik  dari pendugaan  biomassa  dengan  menggunakan  polarisasi  HH.  Hal  ini  dibuktikan
dengan  nilai  RMSE,  R
2 adj
dan  nilai  signifikansi  yang  lebih  baik  dari  pendugaan biomassa dengan menggunakan polarisasi HH Tabel 11 dan Tabel 12. Bukti ini
didukung  oleh  hasil  penelitian  sebelumnya  dengan  menggunakan  Citra  ALOS PALSAR,  dimana  hubungan  antara  polarisasi  HV  dengan  biomassa  lebih  baik
dibandingkan polarisasi HH dengan biomassa Sarker  Nichol 2010. Selanjutnya  Sarker  dan  Nichol  2010  menjelaskan  bahwa  polarisasi  dua
arah  HV  atau  VH  lebih  sensitif  terhadap  volume  maka  pendugaan  biomassa dengan  menggunakan  polarisasi  dua  arah  menjadi  lebih  baik  dibandingkan
pendugaan  biomassa  dengan  menggunakan  polarisasi  satu  arah  HH  atau  VV. Pada pembuatan model pendugaan biomassa dengan menggunakan polarisasi HV
selalu  memberikan  nilai  statistik  dan  nilai  verifikasi  yang  lebih  baik  bila dibandingkan dengan polarisasi HH.
Hamburan balik backscatter pada radar L-band menembus sebagian daun dan  ranting  dimana  hamburan  terbesar  dihasilkan  oleh  batang  dan  cabang,  pada
kelas  umur  tua  yang  memiliki  jarak  antar  pohon  semakin  jauh  diakibatkan penjarangan, nilai biomassa yang dapat di duga oleh backscatter radar cenderung
kecil. Ditemukan pada beberapa plot  yang diukur di  lapangan, pada daerah  yang memiliki  jarak  tanam  yang  teratur  sehingga  memungkinkan  mekanisme
backscatter dikembalikan dengan langsung tanpa ada gap yang terlalu besar antar pohon, membuat nilai pendugaan biomassa cukup besar.
Polarisasi searah menuju sensor dihasilkan oleh pantulan energi gelombang mikro  dari  kanopi,  batang,  atau  cabang.  Backscatter  yang  dihasilkan  cenderung
                                            
                