107
mutamasilain, idgom mutajanisain, terus qolqolah, mad, pokoknya udah banyak bu.
”
35
e. Implikasi Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
Berdasarkan keterangan yang peneliti kumpulkan terkait strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru al-
Qur’an Hadits terkait pelaksanaan bimbingan baca tulis al-
Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta dan dilaksanakan dengan baik. langkah-
langkah pendekatan tersebut bermula pada pembentukan 3 ranah capaian yaitu ranah afektif sikap, ranah kognitif pengetahuan, dan
psikomotorik keterampilan. Hal ini mengacu pada keberhasilan belajar menurut Benyamin S. Bloom.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga aspek tersebut terintegrasi dalam pemahaman peserta didik, sehingga materi ajar yang diterima
bukan hanya sebatas dalam lingkungan pengetahuan saja, namum lebih dari itu menjelma sebagai sikap dan keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut uraian bimbingan baca tulis al- Qur’an ditinjau dari
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
Dalam ranah kognitif diorentasikan pada pengetahuan dan pemahaman peserta didik terkait materi ajar. Jika dihubungkan
dengan bimbingan baca tulis al- Qur’an yang dilaksanakan oleh guru
al- Qur’an Hadits, ranah yang diperankan pada peserta didik adalah
dengan mengetahui dan memahami materi baca tulis al- Qur’an
meliputi membaca dengan tartil, menulis sesuai kaidah, dan menyebutkan hukum bacaan yang terkandung dalam ayat dan hadits.
Peneliti mengkonfirmasi kepada guru al- Qur’an Hadits terkait
tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam aspek baca tulis al-
Qur’an dalam menunjang pembelajaran al-Qur’an Hadits.
35
Wawancara siswa pada 01 September 2016, terlampir pada h. 151
108
“hasilnya sangat bagus, ini sekarang kelas VIII yang dulunya kelas VII belum bisa apa-apa, sekarang lumayan tulisanya udah rapi.
Mereka lebih hati-hati pada saat nulis dan bacaanya sudah mulai bagus.
”
36
Perihal ini dikarenakan tingkat pemahaman peserta didik yang tinggi dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Peneliti juga melakukan studi dokumentasi untuk membuktikan tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta didik. Dengan melihat
hasil tes dari pelajaran al- Qur’an Hadits, peneliti menemukan hasil
belajar peserta didik menunjukkan nilai yang baik. hasil tes tertulis peserta didik kelas VIII E dapat dilihat pada lampiran.
2. Ranah Afektif
Dalam ranah afektif diorentasikan pada penekanan sikap dan nilai yang dapat dilakukan dan dibiaskan oleh peserta didik dalam
lembaga pendidikan. Jika dihubungkan dengan baca tulis al- Qur’an,
guru al- Qur’an Hadits pada saat menyampaikan materi pelajaran,
guru mampu menyebutkan nilai-nilai mempelajari al- Qur’an dalam
setiap paparanya. Di samping itu, sikap dan keteladanan guru juga menjadi faktor penting dalam mencontohkan kepribadian yang
berlandaskan al- Qur’an sehibgga dapat ditiru oleh peserta didik.
Sikap dan keteladanan itu juga bukan hanya tugas guru al- Qur’an
Hadits saja, tetapi juga seluruh dewan guru dan civitas akademika madrasah.
3. Ranah Psikomotorik
Dalam ranah psikomotorik difokuskan dalam penerapan dari pelajaran yang diterima oleh peserta didik. Psikomotorik berkaitan
erat dengan kreatifitas yang dilakukan peserta didik baik di lingkungan madrasah maupun di luar lingkungan madrasah.
Kreativitas peserta didik dapat terbentuk dari pengalaman dan pengamalan yang telah dilaluinya, porsi pengalaman dapat
36
Wawancara guru Al- Qur’an Hadits pada 33 Agustus 2016, terlampir pada h. 146
109
diperolehnya dari
sumber bimbingan
guru atau
dengan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti mengkonfirmasi kepada guru kepala madrasah, menerangkan bahwa tingkat kreativitas dan keahlian peserta didik
juga sangat baik. madrasah memberikan fasilitas dan kesempatan bagi bagi peserta didik yang ingin memperdalam dan mengasah
kemampuanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Seperti memberikan fasilitas mentor tahfidz, panduan tahfidz bagi
ekstrakulikuler tahfidz, marawis, dan fasilitas ruang untuk pendalaman membaca al-
Qur’an. Dalam hal keorganisasian diberikan ruang dan dibimbing menjadi leader di kalangan peserta
didik dengan mengadakan kegiatan OSIS, kegiatan hari-hari besar, dan sebagainya.
Dalam pengamatan peneliti, peserta didik Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta telah mempraktikkan shalat berjama’ah
pada waktu sholat zuhur, holat ashar, sholat jum’at, serta
melaksanakan sholat sunnat dhuha setiap senin sampai rabu di masing-masing kelas, berdoa secara bergilir, dan membaca al-
Qur’an sebelum belajar. Rutinitas inplementasi seperti ini merupakan sebuah
bentuk praktik nyata sehingga dapat membekas menjadi kebiasaan peserta didik.
f. Sistem Penilaian Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an