11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajara al-Qur’an Hadits di Madarsah Tsanawiyah
1. Pengertian Pembelajaran al-Qur’an Hadits
Dalam dunia pendidikan sering kita dengar dan jumpai istilah-istilah
belajar, mengajar, dan pembelajaran. Berikut akan dijelaskan mengenai istilah-istilah belajar, mengajar, dan pembelajaran.
Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mepersyaratkan perubahan
yang relatif dan permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman.
Belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan berdasarkan perngalaman.
1
Para ahli mengemukakan pengertian belajar secara terminology dengan rumusan bervariasi, Witheringto menyatakan “belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian,yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.” Menurut Gage Berliner “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang muncul karena pengalaman. Senada dengan Gage Berliner menurut Arthur J. Gates sebagaimana dikutip oleh Purwa Atmaja Prawira
bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan learning is the modification of behavior through experience and
training ”.
2
Namun berbeda dengan pandangan dari tokoh aliran psikologi kognitif seperti Jean Peaget, Robert Glaser, John Anderson, dan David
Ausubel mereka berpendapat belajar merupakan suatu proses yang
1
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, Cet.IV, h. 23
2
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Presepektif Baru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 226
12
sifatnya internal,tidak dapat diamati secara langsung, perubahan dalam kemampuan, prilaku individu respons terhadap situasi-
situasi tertentu”.
3
Menurut Hilgard sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya mengungkapkan “learning is the process by which an activity
originates or changed through training procedures wether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from
chan
ges by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungana alamiah.
4
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan prilaku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti
petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri dengan pengalaman dan latihan. Hal ini ditegaskan oleh
Nana Sujana yang berpendapat bahwa belajar adalah “proses yang ditandai dengan adanya perubahan dimana perubahan tersebut dutunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya penerima dan
lain- lain yang terdapat pada individu”.
5
Belajar adalah suatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat adanya pengalaman, sedangkan pengalaman pada dasarnya adalah interaksi antar
individu dengan lingkungan. Berkat proses interaksi antara pengajar guru dan siswa maka terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana yang
diharapkan. Hal tersebut melatar belakangi terdapat ahli yang lebih menegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan prilaku, yang meliputi
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009, h. 162.
4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Cet. X, h. 228-229
5
Nana Sujana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Aglesindo, 1988, h. 28
13
pengetahuan, kecakapan, pengertian, sikap, keterampilan, dan sebagainya.
6
Demikian pula proses belajar-mengajardisusun secara sistematis dan terarah dan dilandasi oleh nilai-nilai etik dan norma-norma tertentu, diatr
secara formal, sistematis, dan etis. Sedangkan pengertian mengajar menurut Wina Sanjaya adalah
kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris Kuno, yaitu taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman Kuno Old Teutenic,
teikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti meperlihatkan. Kata tersebut juga ditemukan dalam bahasa Sansekerta, dic, nyang
dalam bahasa Jerman Kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar teach juga berarti token yang berarti tanda atau simbol. Dalam
bahasa Inggris Kuno taecan berarti to teach mengajar. Dengan demikian, token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To
teach dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang mealui tanda atau simbol, dimaksudkan untuk
membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya.
7
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian
tersebut juga danggap sebagai proses mentransfer ilmu. Mentransfer yang dimaksud adalah proses menyebarluaskan. Selain itu juga mengajar tidak
hanya diartikan sebagai proses penyampaian materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak banyaknya kepada siswa, akan tetapi
mengajar dipandang sebagai proses mengartur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
8
Mengajar merupakan upaya memberikan wawasan kognitif pada peserta didik sebagai bagian dar upaya membangun wawasan tentang sesuatu
dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada siwa.
9
6
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012, Cet. VIII, h. 59
7
Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2006, h. 95-96
8
Oemar Hamalik, Op.Cit., h. 102
9
Abuddin Nata, Persepektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Cet. III, h. 175
14
Mengajar merupakan proses menanamkan pengetahuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Smith bahwa “mengajar adalah menanamkan
pengetahuan atau keterampilan teaching is imparting knowledge or skill
”.
10
Oemar Hamalik mengemukakan lima pengertian mengajar, yaitu pertama Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa
didik atau murid di sekolah. kedua mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
sekolah. ketiga mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Keempat mengajar
atau mendidik adalah memberi bimbingan belajar kepada murid. Kelima mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntunan masyarakat.
11
Nasution berpendapat bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas pengorganisasian
atau mengatur
lingkungan sebaik-bainya
dan menghubungkanya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”.
12
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Tardif mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi
cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar pada prinsipnya adalah any action performed by an individual the teacher
wiyh the intentition of facilitating learning in another individual the learner. Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan
seseorang guru dengan tujian membantu atau memudahkan orang lain siswa melakukan kegiatan belajar.
13
Kegiatan belajar-mengajar merupakan bagian dalam kegiatan teknis pendidikan. Kegiatan ini meruakan kegiatan yang berlangsung dalam suatu
masa dan terikat dalam satu situasi serta terarah dalam satu tujuan. Dalam
10
Ibid.
11
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015, Cet. XVII, h. 44-50
12
Muhinnin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. XI, h. 179
13
Ibid.
15
teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran.
14
kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan keseluruhan. Dalam
prosesnya kegiatan ini melibatkan interaksi individu yang pengajar di suatu pihak dan pilajar di pihak lain. Keduanya berinteraksi dalam suatu
proses yang disebut belajar-mengajar.
15
Pembelajaran terkait dengan tujuan dan rencana kurikulum yang difokuskan pada persoalan
metodologi, seperti teknik mengajar, kegiatan implementasi sumber, dan alat pengukuran yang digunakan dalam situasi mengajar-belajar yang
khusus. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan kepada siswa sebagai bekal dan persiapan siswa di masa depan, agar siswa
mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
16
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.
17
Pengertian pembelajaran menurut bahasa berarti sebuah proses, cara, perbuatan, sehingga orang atau siswa belajar dengan memperoleh
ilmu pengetahuan. sedangkan menurut istilah pembelajaran adalah suatu proses belajar-mengajar PBM yang merupakan keterpaduan
antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebaagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi
instruksional yang bersifat pengajaran. Dengan demikian, pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi dimaksud
merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru, peserta didik dan mata pelajaran.
18
Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata instruction bahasa Inggris. Pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dari dalam diri siwa. Adapun tujuan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.
pengetahuan bersumber dari perangkat mata pelajaran yang disampaikan
14
Yudhi Munandi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru ,Jakarta: Gaung Persada Press ,2012, Cet. IV, h. 3-4
15
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2005,h.76
16
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. III, h. 24-25
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012,Cet.IV, h. 23
18
H. Masyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h. 334
16
di sekolah. Mata pelajaran tersebut meliputi berbagai pengalaman yang berasal dari orang tua di masa lalu, yang berlangsung dalam kehidupan
manusia yang diuraikan, disusun, serta dimuat dalam buku mata pelajaran dari berbagai referensi.
19
Sedangkan al- Qur‟an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam,
dalam arti keduanya merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ahfikih
ibadah, muamalah, sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. al-
Qur‟an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
20
Dengan demikian pembelajaran al- Qur‟an Hadits adalah kegiatan
pendidikan berupa proses belajar-mengajar PBM yang merupakan keterpaduan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa
sebaagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran dengan memahami makna secara
tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-
Qur‟an dan Hadits.
2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah