3.4.4. Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas Heteroskesdastisitas

arah korelasi. Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :  0,00 ≤ r ≤ 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.  0,21 ≤ r ≤ 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.  0,41 ≤ r ≤ 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.  0,71 ≤ r ≤ 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.  0,91 ≤ r ≤ 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.  1 berarti sempurna.

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Untuk melakukan uji normalitas dapat dilakukan dengan cara uji One Sample Kolmogorov- Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Nilai Kolmogorov-Smirnov yang baik harus lebih besar dari 0,05 Priyatno, 2008. Cara lain yang dapat dilakukan untuk uji normalitas yaitu dengan uji nilai Skewness. Nilai Skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel yang menilai kemiringan kurva. Nilai Skewness yang baik adalah mendekati angka 0 dan nilai Skewness bersifat mutlak Nugroho,

2005. 3.4.4. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas dan bebas dari asumsi klasik statistik Nugroho, 2005. Proses pengujian asumsi klasik statistik dilakukan bersama-sama dengan proses uji regresi, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik statistik menggunakan media kotak kerja yang sama dengan uji regresi SPSS.

1. Multikolinearitas

Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas Priyatno, 2008. Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya peubah independen yang memiliki kemiripan dengan peubah independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar peubah independen akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu peubah independen dengan peubah independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing peubah independen terhadap peubah dependen Nugroho, 2005. Deteksi terhadap multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 pada kotak kerja hasil pengolahan data SPSS.

2. Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas juga merupakan prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi, dimana daya yang akan diregresikan tidak terdapat gejala heteroskesdastisitas. Uji heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskesdastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi Priyatno, 2008. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, melihat pola grafik regresi dan uji koefisien korelasi Spearman.

3.4.5. Analisis Regresi Linear Berganda