2. Kuantitas Kerja
Konsep siklus produktivitas menunjukkan peningkatan atau penurunan, hal ini dapat dianalisa dengan melakukan pengukuran-
pengukuran. Mengingat sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan faktor penggerak dari faktor-faktor lainnya, maka suatu
organisasi atau perusahaan sangat penting untuk melakukan pengukuran-pengukuran
produktivitas kerja
karyawannya. Pencerminan tercapainya kuantitas kerja pada perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penilaian Rataan Skor Indikator Kuantitas Kerja INDIKATOR
STS TS
S SS
Rataan Skor
Kategori 1
2 3
4
Tepat waktu dalam
penyelesaian proses
produksi 2
53 11
3.14 Baik
Memenuhi jumlah target
produk yang dihasilkan
7 49
10 3.05
Baik Keterlambatan
kedatangan ayam tidak
menghambat target produksi
23 43
1.65 Sangat
Tidak Baik
Mementingkan target jumlah
produksi yang disesuaikan
dengan standar kualitas pada
perusahaan 3
48 15
3.18 Baik
Indikator kuantitas
kerja
23 55
150 36
2.75 Baik
Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik
Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel Produktivitas Kerja Karyawan dalam indikator kuantitas kerja, total dari rata-rata
nilai jawaban sebesar 2,75. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik dan dapat diinterpretasikan bahwa kuantitas kerja karyawan
terutama dalam menghasilkan jumlah hasil produk ayam sudah dilakukan dengan baik. Kuantitas merupakan unit yang diperlukan
untuk mengukur produktivitas tenaga kerja Sinungan, 2008. Penyelesaian proses produksi dengan tepat waktu dan memenuhi
jumlah target produksi yang ditetapkan. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan dengan rata-rata nilai sebesar 3,14 dan
3,05. Selaras dengan pernyataan Heidrahman dan Suad Husnan 1990:126 menyatakan kuantitas kerja adalah banyaknya hasil
kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada. Selain itu hal yang dapat mempengaruhi kuantitas kerja yang
dihasilkan oleh karyawan yaitu adanya masalah yang dapat menghambat kerja karyawan dalam menghasilkan produk, seperti
adanya keterlambatan kedatangan bahan baku atau ayam sebagai bahan utama. Dari hasil uji persepsi diketahui bahwa keterlambatan
kedatangan ayam menyebabkan karyawan tidak dapat memenuhi target hasil produksi sesuai yang ditetapkan. Maka dari itu
perusahaan perlu mengadakan evaluasi bagaimana untuk meminimalisasi hal tersebut sehingga proses produksi yang telah
ditetapkan tidak mengalami masalah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 1,65 dan dapat dikategorikan sangat tidak
baik. Kuantitas yang diterapkan pada perusahaan yaitu jumlah
produk yang dapat dihasilkan. Terdapat target jumlah produk ayam yang harus dihasilkan pada bagian-bagian di Departemen Produksi.
Jika memenuhi target jumlah yang ditentukan maka dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja karyawan sudah baik. Namun
hal ini juga harus disesuaikan dengan standar kualitas produk yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika karyawan hanya mementingkan
jumlah hasil kerja namun produk yang dihasilkan ternyata tidak layak, maka hanya akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya
produksi. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan dengan rata-rata nilai sebesar 3,18.
3. Efektivitas Kerja
Efektivitas berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit
keluaran output. Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan Richard M. Steers, 1980. Hal-hal yang mencerminkan efektivitas kerja pada perusahaan dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17. Penilaian Rataan Skor Indikator Efektivitas Kerja INDIKATOR
STS TS
S SS
Rataan Skor
Kategori 1
2 3
4
Menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan rencana yang
ditetapkan 49
17 3.26
Sangat Baik
Hasil kerja sesuai dengan
yang dikehendaki
7 45
14 3.11
Baik Hasil kerja
mencapai tujuan unit
kerja 4
52 10
3.09 Baik
Output pekerjaan
dapat mewujudkan
tujuan perusahaan
4 49
13 3.14
Baik
Indikator efektivitas
kerja
15 195
54 3.15
Baik
Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik
Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel Produktivitas Kerja Karyawan dalam indikator efektivitas kerja, total dari rata-
rata nilai jawaban sebesar 3,15. Nilai tersebut dapat dikategorikan
baik dan dapat diinterpretasikan bahwa karyawan sudah dapat melakukan pekerjaan dengan efektif. Konsep utama efektivitas
yaitu menganggap efektivitas sebagai perbandingan atau
tingkatannya dimana sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai Sinungan, 2008. Hasibuan 2007 menyatakan bahwa
peningkatan produktivitas hanya dapat ditingkatkan dengan cara partisipasi positif, kedisiplinan, dan efektivitas kerja karyawan.
Dalam melakukan pekerjaan disamping terdapat target kerja yang ditetapkan pastinya terdapat hasil kerja yang ingin dicapai
karyawan yang sesuai dengan standar hasil yang ditetapkan perusahaan. Maka jika karyawan sudah melakukan pekerjaan
sesuai yang dikehendaki dan sesuai dengan tujuan unit kerjanya maka dapat dikatakan karyawan telah bekerja dengan efektif.
Karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini dilakukan dengan sangat baik oleh
karyawan dengan nilai rata-rata persepsi sebesar 3,26. Hasil kerja yang dicapai sesuai pula dengan hasil kerja yang
diharapkan oleh karyawan. hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 3,11. Selaras dengan pendapat Sutarto 1978:95
Efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil
akibat sesuai yang dikehendaki. Tujuan dari karyawan bekerja adalah untuk memenuhi tujuan
unit kerja dan tujuan perusahaan. Nilai rata-rata persepsi karyawan menunjukkan bahwa karyawan sudah baik dalam bekerja karena
hasil kerja sesuai dengan tujuan unit kerja dengan rata-rata nilai 3,09 dan output pekerjaan yang dilakukan dapat mewujudkan
tujuan perusahaan dengan nilai rata-rata 3,14.
4. Efisiensi Kerja
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum untuk pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap
bahwa tujuan-tujuan telah ditentukan dan berusaha untuk mencari
cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Produktivitas dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang-barang
atau jasa-jasa.
Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-
sumber dalam memproduksi barang-barang Sinungan, 2008. Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel Produktivitas
Kerja Karyawan dalam indikator efisiensi kerja, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 3,16. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik
dan dapat diinterpretasikan bahwa karyawan melakukan pekerjaan sudah dengan efisien. Hal-hal yang mencerminkan keedisienan
kerja karyawan pada perusahaan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penilaian Rataan Skor Indikator Efisiensi Kerja INDIKATOR
STS TS
S SS
Rataan Skor
Kategori 1
2 3
4
Dapat menghemat
biaya produksi
dalam bekerja 4
44 18
3.21 Baik
Menggunakan sumber daya
secara optimal dalam bekerja
3 52
11 3.12
Baik Dapat
melakukan penghematan
waktu dalam bekerja
11 47
8 2.95
Baik Mencari cara
yang terbaik dalam bekerja
1 41
24 3.35
Sangat Baik
Indikator efisiensi
kerja 19
184 61
3.16 Baik
Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik
Pengukuran tingkat efisiensi dapat dilihat melalui ciri-ciri, antara lain termudah cara mengerjakan, tersingkat waktu
mengerjakan, termurah biaya mengerjakannya, teringan beban mengerjakan, terpendek langkah atau jarak mengerjakan Triguno,
1996. Maka beberapa hal yang mengukur efisiensi kerja karyawan pada PT Sierad Produce, Tbk yaitu karyawan dapat menghemat
biaya produksi dalam bekerja. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan dengan nilai rata-rata 3,21.
Karyawan dapat menggunakan sumber daya yang ada secara optimal dalam bekerja dan dengan penggunaan sumber daya yang
optimal ini karyawan dapat melakukan penghematan waktu dalam bekerja. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan
dengan nilai rata-rata sebesar 3,12 dan 2,95. Penggunaan sumber daya secara optimal juga disesuaikan dengan cara-cara yang paling
baik dalam bekerja. Hal ini dilakukan untuk mendukung penghematan biaya produksi dan penghematan waktu pula.
Karyawan sudah melakukan hal ini dengan sangat baik dan dibuktikan dengan nilai rata-rata persepsi sebesar 3,35.
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa
untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Hasibuan 2008 menyatakan bahwa
produktivitas naik hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi yang mencakup waktu, bahan, dan tenaga. Efisiensi kerja
dilakukan agar dalam melakukan pekerjaan dalam hal ini adalah hasil produksi mendapatkan hasil yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rekapitulasi persepsi responden mengenai Produktivitas Kerja Karyawan Tabel
19. Tabel 19 menunjukkan bahwa karyawan sudah produktif dalam melakukan pekerjaan mereka sehingga produktivitas kerja
yang dicapai sudah baik. Hal ini dinyatakan dengan nilai bobot sebesar 3,02. Karyawan dapat dikatakan produktif jika pekerjaan
yang dilakukan memberikan hasil bagi perusahaan sesuai dengan ketetapan perusahaan.
Tabel 19. Rekapitulasi Persepsi
Responden Mengenai
Produktivitas Kerja Karyawan No
Indikator Rataan
Penilaian
1 Efisiensi Kerja
3,16 Baik
2 Efektivitas Kerja
3,15 Baik
3 Kualitas Kerja
3,03 Baik
4 Kuantitas Kerja
2,75 Baik
Kesimpulan 3,02
Baik
Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik
Penilaian produktivitas pada departemen produksi terutama dapat dilihat dengan kualitas kerja, kuantitas kerja, efektivitas kerja
dan efisiensi kerja. Berdasarkan nilai bobot dapat dilihat bahwa efisiensi kerja memiliki nilai bobot tertinggi. Hal ini menyatakan
bahwa karyawan selalu ingin melakukan pekerjaan dengan cara- cara yang paling baik yang mereka pahami dalam menangani
pekerjaan sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat efisien baik dari segi jumlah ataupun waktu. Sedangkan nilai bobot yang
terendah menurut persepsi karyawan adalah kuantitas kerja. hal ini mengindikasikan bahwa kuantitas kerja yang dilakukan karyawan
sudah baik, namun terdapat beberapa faktor yang menghambat tercapainya jumlah hasil produksi sesuai dengan target. Beberapa
faktor penghambat salah satunya adalah keterlambatan kedatangan ayam atau bahan baku.
4.5.Analisis Korelasi Penerapan GKM dengan Budaya Kerja
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara penerapan GKM dengan Budaya Kerja pada PT Sierad Produce, Tbk -
Bogor. Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi Pearson yang merupakan analisis korelasi parametrik Nugroho, 2005. Penerapan GKM
akan dikorelasikan dengan budaya kerja, kemudian dari hasil tersebut dapat diketahui seberapa kuat dan bagaimana arah hubungan antara kedua variabel
tersebut. Berikut hasil korelasi penerapan GKM dengan Budaya Kerja pada Departemen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad Produce, Tbk - Bogor
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Analisis Korelasi Pearson
No Variabel
Nilai Korelasi
r Nilai
Peluang P
Αlpha α
Hubungan dengan
Budaya Kerja
1. GKM
0,593 0,000
0,05 Hubungan
positif, kuat GKM merupakan program pada PT Sierad Produce, Tbk yang ingin
dibudayakan. Hal ini sedang dalam proses dibudayakan, namun belum membudaya pada PT Sierad Produce, Tbk. Hal ini dikarenakan kegiatan
GKM belum diterapkan pada semua grup Sierad. Dalam budaya organisasi pastinya terdapat budaya kerja di dalamnya. Seperti yang dikemukakan
Mangkuprawira 2007 bahwa budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi. Pada perusahaan dikenal sebagai budaya korporat dimana di
dalamnya terdapat budaya kerja. GKM merupakan kegiatan yang akan dijadikan budaya perusahaan. Sikap-sikap yang diperlukan dalam melakukan
GKM nantinya akan dijadikan norma pada perusahaan sehingga akan membentuk budaya kerja baru guna menciptakan budaya perusahaan. Maka
dari itu ingin diketahui seberapa kuat hubungan antara penerapan GKM dengan Budaya Kerja yang diterapkan pada PT Sierad Produce, Tbk.
Berdasarkan Tabel 20, menunjukkan bahwa secara keseluruhan korelasi penerapan GKM dengan Budaya Kerja memiliki nilai koefisien korelasi
0,593, artinya kedua variabel memiliki keeratan kuat dan bersifat positif Nugroho, 2005. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik
penerapan GKM, maka Budaya Kerja yang dilakukan semakin baik pula.
4.6. Uji Normalitas