Aspek Ekonomi Aspek Sosial

VII. DAMPAK AGROPOLITAN TERHADAP MASYARAKAT

7.1. Karakteristik Masyarakat

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring serta manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dalam setiap program atau kegiatan pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian dari Rompon 2006, ada berbagai penyebab sehingga kurangnya partisipasi dalam kegiatan pembangunan yaitu faktor internal yang berkaitan dengan terbatasnya waktu dan faktor eksternal yang berkaitan dengan kurangnya transparansi penyampaian informasi dalam kegiatan pembangunan. Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terkait dengan keadaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

7.1.1. Aspek Ekonomi

Sebagai kawasan pertanian sebagaian besar masyarakat dikawasan agropolitan memiliki mata pencaharian sebagai petani, sebagian kecil sebagai PNS, pedagang, tukang, nelayan dan lain-lain. Seluruh responden yang terdata dalam penelitian ini 100 memiliki mata pencaharian utama sebagai petani pemilik. Dimana 33,33 petani memiliki luas lahan kurang dari 2 Ha, 55,33 memiliki luas lahan 2 Ha dan 13,33 memiliki lahan lebih dari 2 Ha. Tingkat pendapatan petani bervariasi antara Rp.7.000.000 per ha per tahun sampai Rp.12.000.000,- per ha per tahun, dimana sebanyak 43,33 petani memiliki pendapatan kurang dari Rp.10.000.000,- per ha per tahun dan 56,66 petani memiliki pendapatan diatas Rp.10.000.000,- per ha per tahun. Karena program agropolitan sangat terkait dengan petani sebagai pelaku utama maka keterlibatan petani baik sebagai individu maupun dalam kelompok tani terlihat jelas, misalnya dengan bergabungnya petani dalam kelompok tani dan aktif menghadiri kegiatan penyuluhan. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini petani berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini, dimana petani mendapat banyak informasi tentang usaha tani, teknologi tepat guna dan informasi tentang bantuan yang diberikan oleh pemerintah sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

7.1.2. Aspek Sosial

Dari aspek sosial yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat petani, terlihat bahwa sebagian besar petani dikawasan agropolitan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Responden petani dalam penelitian memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi yaitu 23,33 petani memiliki tingkat pendidikan setara SMA sedangkan sisanya 43,33 setara SMP dan 33,33 SD. Disamping itu, SDM dibidang pertanian yang ada selama ini bekerja belum berdasarkan pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai, tetapi hanya berdasarkan pengalaman yang diperoleh secara inkremental. Keadaan in sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan, termasuk dalam kegiatan agropolitan.

7.1.3. Aspek Budaya