Kerangka Pendekatan Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Kerangka Pendekatan Operasional

Di setiap wilayahdaerah selalu terdapat sektor-sektor yang bersifat strategis akibat besarnya sumbangan yang diberikan dalam perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan aspek spatial-nya. Perkembangan sektor strategis tersebut akan memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang signifikan. Dampak tidak langsung terwujud sebagai akibat perkembangan kegiatan sektor tersebut yang berdampak kepada berkembangnya sektor-sektor lainnya, dan secara spatial berdampak secara luas di seluruh wilayah sasaran. Pada tahap awal akan dilakukan analisis Location Quotient LQ untuk mengetahui karakteristik pemusatan aktivitas di Provinsi Gorontalo dan di daerah AGROPOLITAN Pengembangan Wilayah Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Infra- struktur Agroindustri Konservasi Produksi Pertanian Kelestarian Lingkungan Ekonomi Perdesaan Kelem- bagaan Pendapatan Masyarakat Pembangunan Wilayah Apakah terjadi peningkatan ? Identifikasi Kebijakan Belum Ya 42 contoh yaitu kabupaten Pohuwato sebelum dan sesudah program agropolitan. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui pusat-pusat aktivitas sektor terutama di kabupaten Pohuwoto sebagai kawasan agropolitan sebelum dan sesudah pemekaran. Pergeseran pusat-pusat aktivitas antara sebelum dan sesudah program akan memberikan gambaran sektor mana saja yang kinerjanya mengalami penurunan, sektor yang kinerjanya tetap unggul dan sektor yang muncul sebagai sektor unggulan baru. Analisis ini selanjutnya dilengkapi dengan analisis Shift-share yang dapat menunjukkan seberapa besar dinamika perekonomian wilayah dan sektor-sektor ekonomi Provinsi Gorontalo berpengaruh terhadap sektor ekonomi di kabupaten Pohuwato sebelum dan sesudah program agropolitan. Kedua analisis ini akan memberikan informasi keunggulan komparatif dan kompetitif dari sektor-sektor perekonomian di Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato baik sebelum dan sesudah program agropolitan. Kedua analisis diatas kemudian dilengkapi dengan analisis deskriptif terhadap perkembangan PDRB di kedua wilayah tersebut. Analisis deskriptif ini penting untuk mengetahui pola pola perkembangan ekonomi wilayah sebelum dan sesudah program agropolitan. Dari ketiga analisis pertama ini diharapkan dapat diperoleh gambaran sampai sejauh mana program pengembangan agropolitan berperan terhadap perekonomian wilayah. Sementara itu untuk mengetahui dampak langsung dari pengembangan agropolitan terhadap masyarakat terlebih khusus pendapatan masyarakat petani, maka akan dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.Karena pertimbangan kesulitan dalam menggali informasi tentang pendapatan masyarakat petani sebelum pelaksanaan agropolitan maka perbandingan pendapatan dilakukan dengan kawasan yang belum tersentuh program agropolitan dengan menggunakan analisis uji beda rata-rata t- student. Selain itu analisis terhadap tingkat partisipasi masyarakat juga akan dilakukan terhadap proses pelaksanaan pembangunan kawasan agropolitan. Tingkat partisipasi masyarakat tersebut akan dilihat berdasarkan indikator- indikator tertentu menurut tangga partisipasi yang dikemukakan oleh Arnstein. Analisis tingkat partisipasi ini akan menggambarkan derajat partisipasi masyarakat dalam pengembangan agropolitan. Dalam mengembangkan ekonomi kawasan agropolitan, seringkali pemerintah ingin membenahi semua aspek yang terkait dalam kawasan. Disisi lain pemerintah mempunyai keterbatasan dalam kemampuan dan dana, sehingga diperlukan skala prioritas dalam pengembangan kawasan agropolitan agar dapat lebih terarah dan efisien untuk mengembangkan ekonomi wilayah. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah yang disebut sebagai faktor pengungkit akan dilakukan analisis Heksagonal Pengembangan Ekonomi Lokal PEL. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi kawasan agropolitan, sehingga dapat diketahui aspek mana saja yang menjadi prioritas untuk dibenahi. Heksagonal PEL terdiri dari 6 aspek yaitu : 1 kelompok sasaran, 2 faktor lokasi, 3 kesinergian dan fokus kebijakan, 4 pembangunan berkelanjutan, 5 tata kepemerintahan, dan 6 proses manajemen. Untuk melihat faktor-faktor pengungkit dalam Heksagonal PEL digunakan teknik Rapid Assessment for Local Economic Development RALED. Analisis ini menggunakan data primer berupa persepsi dari semua stakeholder yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan. Secara ringkas tahapan-tahapan studi dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini. 44 Gambar 4 Kerangka Pendekatan Operasional Analisis SSA Data PDRB Prov.Gorontalo Peran dan Pertumbuhan Aktivitas eko Wil. contoh Analisis LQ SETELAH AGROPOLITAN Peran dan Pertumbuhan Aktivitas eko regional SEBELUM AGROPOLITAN Analisis beda pendapatan Analisis Par- tisipasi Masy Analisis Heksagonal PEL Uji t-student Analisis Kualitatif RALED Peran Masyarakat dalam Agropolitan Identifikasi Prioritas Kebijakan Data PDRB Kab.Boalemo Data PDRB Prov.Gorontalo Data PDRB Kab.Pohuwato Analisis LQ Analisis LQ , M S , M L Analisis LQ , M S , M L Analisis SSA Analisis SSA Analisis SSA Peran dan Pertumbuhan Aktivitas eko regional Peran dan Pertumbuhan Aktivitas eko Wil.contoh Data Primer Melalui kuesioner Dampak terhadap Pendapatan Masyarakat Dampak agropolitan Berdasar data sekunder Dampak agropolitan Berdasar data primer Pengembangan ekonomi Kawasan agropolitan

3.3. Hipotesis