kelembagaan lokal dan sistem kemitraan menjadi prasyarat utama yang harus ditempuh terlebih dahulu dalam pengembangan kawasan agropolitan.
Kemampuan sendiri pada dasarnya merupakan kemampuan masyarakat untuk membiayai dirinya sendiri. Oleh karena itu kemampuan masyarakat untuk
melakukan saving menjadi penting dalam rangka meningkatkan akumulasi kapital yang nantinya akan berguna bagi peningkatan investasi dan pembangunan.
Mengingat rendahnya tingkat saving masyarakat perdesaan, diperlukan adanya kemitraan antara petani perdesaan, pelaku usaha bermodal dan
pemerintah. Pola kemitraan seperti kemitraan permodalan, produksi, pengolahan dan pemasaran akan menjamin terhindarnya eksploitasi pelaku usaha tani di
tingkat perdesaan oleh pelaku usaha yang lain dan memungkinkan terjadinya nilai tambah yang dapat dinikmati oleh pelaku usaha tani. Ini akan menjamin
peningkatan pendapatan, sehingga memungkinkan kawasan perdesaan melakukan investasi baik yang berupa pendidikan maupun penciptaan lapangan usaha baru
multiplier effect. Secara ekonomi, kemandirian dapat dibangun dengan penguatan lembaga keuangan dan organisasi petanipelaku ekonomi lokal
Rustiadi dan Hadi, 2006. Oleh karena pelaksanaan pembangunan tidak bisa dijalankan oleh
masyarakat perdesaan itu sendiri, diperlukan pola kemitraan dalam seluruh tahap pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaannya.
Kemitraan dimaksud melibatkan para pemangku kepentingan stakehoders yang terdiri dari masyarakat, sektor swasta dan pemerintah. Kemitraan menuntut
dukungan semua stakeholder terkait sebagai refleksi dari kebersamaan public- private- community partnership.
2.5. Peran Infrastruktur dalam Pembangunan Perdesaan
Sebagian literatur menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara infrastrukur dengan tingkat perkembangan ekonomi. Beberapa berargumen bahwa
jenis infrastruktur tertentu seperti transportasi merupakan hal terpenting dalam pembangunan ekonomi, disamping itu pendapat lain menyatakan bahwa faktor
lain seperti sumberdaya manusia dan lokasi merupakan faktor terpentingnya. Pada dasarnya dapat dinyatakan bahwa tanpa infrastruktur pembangunan ekonomi tidak
dapat dilaksanakan. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa infrastruktur yang canggih akan senantiasa berdampak pada pembangunan ekonomi dengan
pertumbuhan yang tinggi DeRyk, et.al dalam Rustiadi,2007. Secara umum dapat dikatakan bahwa infrastruktur merupakan syarat perlu
dalam pembangunan, tidak terkecuali pembangunan pertanian dan perdesaan. Menurut GTZ 2003 dalam Rustiadi 2007, salah satu faktor untuk menjamin
keberhasilan dan proses pembangunan ekonomi perdesaan yang mandiri adalah berfungsinya infrastruktur secara efektif baik perangkat keras maupun lunaknya.
Infrastruktur memungkinkan bisnis perdesaan mudah mengakses input dan pasar outputnya. Infrastruktur yang dibangun haruslah mampu meminimumkan biaya
pelaksanaan bisnis dan mampu untuk memfasilitasi proses produksinya. Investasi dalam infrastruktur mendorong pertumbuhan yang berpihak pada penduduk
miskin pro-poor melalui peningkatan akses pada infrastruktur tersebut serta mengurangi resiko dan biaya transaksi yang terkait dengan produksi dan distribusi
produknya, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas usaha. Menurut GTZ 2003 dalam dokumen Guide to REED pelaku utama
dalam menjamin berfungsinya infrastruktur efektif antara lain: pemerintah pusat dan daerah, swasta dan komunitas perdesaan beserta organisasi dan asosiasi atau
lembaga lembaga yang ada di wilayah perdesaan tersebut. Namun demikian, fenomena yang terjadi di lapangan dalam
pengembangan kawasan agropolitan di lokasi-lokasi rintisan seperti pada agropolitan Cianjur adalah tidak munculnya common ownership atas sarana dan
prasarana serta fasilitas yang dibangun. Hal ini disebabkan karena masih dominannya pendekatan top down dan dominannya peran pemerintah sedangkan
partisipasi masyarakat masih sangat terbatas. Masalah lemahnya akses masyarakat lokal atas sumberdaya-sumberdaya utama khususnya lahan serta lemahnya
kapasitas kelembagaan lokal menyebabkan keadaan dimana infrastruktur dan fasilitas-fasilitas yang dibangun di perdesaan lebih dinikmati oleh orang perkotaan
dibanding masyarakat setempat Rustiadi, 2007.
2.6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan