Status dan Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan

Leverage of Attributes 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 Kebijakan peningkatan investasi Kebijakan promosi daerah Kebijakan persaingan usaha Kebijakan pemberdayaan UKM Kebijakan peningkatan peran Perusahaan Daerah Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar pelaku ekonomi Kebijakan informasi bursa tenaga kerja Kebijakan Pengembangan keahlian Kebijakan pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dengan dunia usaha Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif Kebijakan pembangunan kawasan industri hinterland industri Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan agropolitan dan perkotaan Kebijakan pengembangan komunitas sep:perbaikan lingkungan, perbaikan kampung Kebijakan kerjasama antar daerahpemda Kebijakan tata ruang PEL Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar sentra usaha Attribute Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Gambar 16 Faktor Pengungkit Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kabupaten Pohuwato

8.1.4. Status dan Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan

Kondisi aspek pembangunan berkelanjutan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Pohuwato menunjukkan status atau kondisi marjinal. Hal ini ini berdasarkan pada hasil analisis untuk indeks atau status aspek pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan analisis RALED yang mencapai 51,91 atau berada sedikit di atas angka 50. Secara skematis status aspek pembanguna berkelanjutan di sajikan pada Gambar 17 berikut : RALED Ordination GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Ot her Di st ingi shi ng F eat ur es Real Fisheries References Anchors Gambar 17 Status Aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Pohuwato Berdasarkan hasil analisis faktor pengungkit diperoleh beberapa faktor utama yang merupakan faktor sensitif dari aspek pembangunan berkelanjutan. Faktor pengungkit ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk melakukan intervensi yang dianggap perlu dan penting dalam rangka peningkatan pengembangan ekonomi lokal di daerah tersebut. Gambar 18 menunjukkan faktor pengungkit untuk aspek pembangunan berkelanjutan. 123 Leverage of Attributes 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sistem industri yang berkelanjutan Pengembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri Jumlah perusahaan yang telah memiliki Business plan Jumlah perusahaan yang melakukan Inovasi pengembangan produk dan pasar Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal PEL mempertimbangkan Keberadaan adat dan kelembagaan lokal Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah Kebijakan konservasi sumber daya alam dalam PEL Attri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Gambar 18 Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Pohuwato Berdasarkan analisis RALED, diperoleh beberapa faktor pengungkit utama untuk aspek pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Pohuwato sesuai dengan prioritasnya yaitu sebagai berikut : 1 Jumlah Perusahaan yang melakukan inovasi pengembangan produk dan pasar, Belum adanya perusahaan yang melakukan inovasi pengembangan produk dan pasar menyebabkan faktor ini menjadi faktor pengungkit utama dalam aspek ini. Pada tahun 2006 Pohuwato terdapat 617 industri hasil pertanian dan kehutanan, 785 industri kerajinan rumah tangga, 31 industri logam mesin dan kimia serta 5 aneka industri. Di Kabupaten Pohuwato jumlah perusahaan yang berinvestasi pada pengolahan komoditas jagung masih belum ada. Pengolahan komoditas jagung masih sebatas pada proses perubahan dari jagung tongkol menjadi jagung pipilan, dimana proses ini pun terjadi di tingkat petani. Kebanyakan perusahaaan yang berinvestasi masuk pada sektor perikanan karena daerah ini juga memiliki potensi yang besar di sektor ini. Potensi di sektor pertanian lainnya terlebih sub sektor tanaman pangan dan perkebunan masih belum mendapat perhatian dari investor. Hal ini terbukti dengan belum berkembangnya baik industri skala kecil, menegah maupun besar untuk berinvestasi dalam sektor pertanian basis jagung. Kebanyakan hasil produksi pertanian masyarakat dalam hal ini komoditi jagung masih di pasarkan dalam bentuk biji jagung jagung pipilan sebagai bahan mentah produksi. Proses pengolahan jagung selanjutnya masih sebatas pada perbaikan kualitas mutu biji jagung yang dilakukan oleh pedagang pengumpul baik dengan cara alami melalui penjemuran dengan sinar matahari maupun melalui teknologi dengan menggunakan mesin pengering. Proses pengolahan jagung belum menyentuh pada proses perubahan bentuk Jika dilihat dari potensi yang ada sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suatu industri yang terintegrasi. Sehingga menjadi tugas pemerintah daerah untuk mempromosikan dan menjual potensi yang ada agar dilirik oleh investor. 2 Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal Pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Pohuwato secara mikro sudah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat petani namun secara absolut masih belum menghasilkan pendapatan yang memadai untuk hidup layak. Hal ini di lihat dari tingkat pendapat masyarakat yang masih rendah, meskipun dari tahun ke tahun mulai ada peningkatan. Tahun 2004 pendapatan per kapita masyarakat adalah sebesar Rp. 3.217.901 meningkat menjadi Rp. 3.570.205 pada tahun 2006. Hal ini berarti bahwa banyak masyarakat Kabupaten Pohuwato prasejahtera yang hanya memiliki pendapatan kurang lebih 1 per hari. Potensi sumber daya alam Pohuwato cukup banyak namun secara ekonomi belum dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat karena pemanfaatannya belum optimal. Gambar 19 Perkembangan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Pohuwato Salah satu indikator kesejahteraan adalah Indeks Pembangunan Manusia IPM. Berdasarkan hasil dari kajian Bappenas 2008, IPM Kabupaten Pohuwato masih berada di bawah IPM Provinsi Gorontalo yaitu hanya sebesar 67,4 meskipun berada diatas kabupaten Boalemo dengan nilai indeks 66,4. Terkait dengan tingkat pendapatan masyarakat Pohuwato, pengembangan agribisnis basis jagung di kabupaten pohuwato sedikit banyak sudah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat meskipun belum maksimal. Gambar 20 Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kabupaten di Provinsi Gorontalo IPM 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 K ota G or on ta lo K ab. Go rn tal o K ab. Bo al em o Ka b. Po hu w at o K ab. B on e B ola ng o P rov . G or ont alo IPM Sumber : Human Development Index Provinsi Gorontalo, Bappenas 2008 3000000 3200000 3400000 3600000 2004 2005 2006 Pendapatan per kapita Pendapatan per kapita 3 Jumlah perusahaan yang memiliki Bussiness Plan Pada dasarnya perusahaan yang memiliki bussiness plan adalah perusahaan-perusahaan kelas menengah dan besar yang berinvestasi pada sektor pertanian secara umum dalam hal ini sektor perikanan. Sedangkan untuk industri jagung sendiri belum ada perusahaan yang berkecimpung didalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, industri pengolahan jagung yang berkembang di pohuwato masih sebatas pada perubahan jagung tongkol menjadi jagung pipilan dan perbaikan kualitas biji jagung. Karena belum berkembangnya industri pengolahan basis jagung di Pohuwato menyebabkan perusahaan yang memiliki bussiness plan pun belum ada. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah, dimana perlu dirangsang kreativitas masyarakat untuk menghasilkan produk- produk olahan berdasarkan basis pertanian masyarakat setempat. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjang sektor pertanian, karena pertanian yang tangguh perlu didukung oleh industri pengolahan berbasis pertanian. Investasi-investasi swasta perlu dirangsang melalui kemudahan dalam berinvestasi serta berbagai instrumen lain seperti kebijakan fiskal dan sebagainya.

8.1.5. Status dan Faktor Pengungkit Aspek Tata Pemerintahan.