pengembangan yang baru berkembang, aspek promosi ini sangat diperlukan oleh dunia usaha untuk memperluas pasar sehingga UKM daerah dapat lebih
berkembang. Salah satu penyebab dari minimnya atau kurangnya promosi UKM dari Pemda kemungkinan disebabkan karena saat ini konsentrasi pemerintah
daerah masih terfokus pada pembangunan sarana-sarana fisik pelayanan publik berupa pembangunan pembangunan kantor-kantor pemerintah yang di pusatkan
dalam satu kawasan pembangunan blok plan. Kedepannya agar PEL dapat berkembang baik maka pemerintah daerah perlu melakukan promosi UKM seperti
yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi terhadap promosi agropolitan. 3
Kampanye Peluang Berusaha. Selanjutnya faktor pengungkit ke tiga yaitu kampanye peluang berusaha
dibidang agribisnis dan agroindustri jagung. Rendahnya intensitas sosialisasi peluang berusaha komoditas jagung menjadikan komoditi ini belum berkembang
dalam diversifikasi produk. Dalam arti pasar produk ini masih sebatas sebagai produk ekspor yang belum diolah. Padahal jagung merupakan salah satu produk
strategis karena selain dapat diekspor jagung merupakan bahan mentah bagi produk-produk lainnya seperti tepung jagung, bubur jagung, pakan ternak dan
sebagainya. Prioritas pemerintah yang terfokus pada pembangunan fisik pelayanan publik menyebabkan aspek kampanye peluang berusaha belum
maksimal dilakukan oleh perintah daerah. Satu hal yang luput dicontoh dari Pemda Kabupaten Pohuwato yaitu pembelajaran dari apa yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi, dimana promosi dan kampanye peluang berusaha yang gencar menyebabkan mata seluruh Indonesia bahkan dunia melirik ke pPovinsi
Gorontalo. Kampanye peluang berusaha yang kontinyu dilakukan baik melalui media massa maupun melalui pameran, seminar dan pada berbagai kesempatan
akan membuat investor tertarik dan melakukan investasi sehingga dapat memperbaiki status PEL kearah yang lebih baik.
8.1.2. Status dan Faktor Pengungkit Aspek Faktor Lokas
i Faktor lokasi merupakan salah satu syarat keharusan dalam ekonomi
wilayah. Faktor ini menggambarkan bagaimana daya tarik dari sebuah lokasi bagi penyelenggaraan suatu kegiatan usaha. Kondisi aspek faktor lokasi dalam
pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pohuwato menunjukkan status atau kondisi baik. Hal ini didasarkan pada hasil analisis untuk indeks atau status faktor
lokasi dengan menggunakan analisis RALED yang mencapai 59,50 atau berada diatas angka 50. Secara skematis status aspek faktor lokasi di sajikan pada
Gambar 12.
RALED Ordination
GOOD BAD
UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
Fisheries Sustainability Ot
he r D
ist ingis
hing Fe at
ur e
s
Real Fisheries References
Anchors
Gambar 12 Status Aspek Faktor Lokasi di Kabupaten Pohuwato Selanjutnya dari indeks atau status tersebut dapat ditentukan faktor
pengungkit leverage factor dari aspek faktor lokasi. Dengan mengetahui faktor pengungkit maka akan dapat diketahui faktor sensitif ataupun intervensi yang
dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan untuk dapat memperbaiki atau meningkatkan status faktor lokasi menuju status yang lebih baik. Gambar 13
menunjukkan hasil analisis faktoratribut pengungkit untuk aspek faktor lokasi di Kabupaten Pohuwato.
Leverage of Attributes
10 20
30 40
50 60
70
Kondisi Jaringan Jalan Akses ke Pelabuhan Laut
Akses ke Pelabuhan Udara Sarana Transportasi
Infrastruktur Komunikasi Infrastruktur Energi
Upah TK dibanding Daerah Sekitar Tenaga Kerja Terampil
Tenaga Kerja Terdidik Jumlah Lembaga keuangan lokal
Jumlah penyaluran kredit Iklim perekonomian lokal
Peran dan kebijakan pemerintah propinsi kepada daerah
Peran dan kebijakan pemerintah pusat kepada daerah
Citra dari lokasi sentra usaha Citra dari dari kotakabupaten
Industri yang memiliki mata rantai lengkap dari hulu ke hilir untuk suatu komoditas
Peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun industri hulu-hilir
Lembaga penelitian perguruan tinggi Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Pemerintah dan Swasta bukan Perguruan Tinggi Pelayanan perijinan satu atap
Kualitas Pemukiman Kualitas Lingkungan
Kualitas dari fasilitas pendidikan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas umum dan fasilitas sosial
A ttr
ib u
te
Root M ean Square Change in Ordination when Selecte d Attribute Remove d on Sustainability scale 0 to 100
Gambar 13 Faktor Pengungkit Aspek Faktor Lokasi di Kabupaten Pohuwato Berdasarkan hasil analisis RALED diketahui bahwa yang menjadi faktor
pengungkit aspek faktor lokasi di Kabupaten Pohuwato sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut :
1 Pelayanan Perijinan satu atap Belum berjalannya pelayanan perijinan satu atap di Kabupaten Pohuwato
menyebabkan faktor ini menjadi faktor pengungkit utama. Rantai birokrasi yang 115
terlalu panjang dan berbelit-belit dalam pengurusan perijinan dalam berinvetasi kemungkinan menyebabkan pengembangan ekonomi lokal belum dapat
berkembang maksimal. Lamanya pengurusan perijinan menyebabkan salah satu faktor penentu masuknya investasi di suatu kawasan. Oleh karenanya kedepan
diperlukan kemudahan dalam pengurusan perijinan, terutama terkait dengan investasi agribisnis jagung yaitu dengan memperpendek jalur birokrasi melalui
pelayanan perijinan satu atap sehingga dapat menjadi pembuka jalan untuk masuknya investasi swasta di Kabupaten Pohuwato.
2 Kualitas dari Fasilitas Pendidikan Kualitas dari Fasilitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pengembangan ekonomi lokal, ketersediaan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan kualitas SDM dalam suatu wilayah. Kualitas pendidikan di
Kabupaten Pohuwato yang masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik menjadi salah satu faktor munculnya kualitas
dari fasilitas pendidikan sebagai faktor pengungkit. Rendahnya kualitas pendidikan terutama disebabkan karena :
• Ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.
• kesejahteraan pendidik yang masih rendah, • fasilitas belajar yang masih belum mencukupi secara memadai,
• biaya operasional pendidikan yang belum tersedia secara memadai.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pohuwato, tingkat kelayakan guru yang tidak layak mengajar untuk SDMD 90,46 untuk
SMPMTS 55,70 dan untuk SMASMKMA sebesar 16,67 . Disamping itu keadaan prasarana pendidikan di Kabupaten Pohuwato sampai dengan tahun
2005 dapat dilihat pada Tabel 40. Pada tabel terlihat bahwa tingkat pendidikan anak usia dini terdiri dari 43 unit gedung dengan 73 kelas, jumlah kelas yang
layak dipakai hanya 71,23 sedangkan 20,55 berada dalam kondisi rusak ringat dan 8,42 rusak berat. Keadaan prasarana pendidikan dasar terdiri dari
103 unit gedung dengan jumlah kelas sebanyak 613, dimana 88,09 layak dipakai dan 9,13 berada dalan keadaan rusak ringan dan 2,77 rusak berat.
Untuk tingkat pendidikan lanjutan setara SLTP terdiri dari 27 unit gedung 116
dengan 146 ruang kelas, dari jumlah tersebut 84,93 berada dalam keadaan layak pakai 9,58 rusak ringan dan 5,47 rusak berat. Sedangkan untuk
pendidikan menengah setara SMA jumlah gedung 11 unit dengan 80 ruang kelas dimana 78,85 berada dalam kondisi layak pakai dan 21,25 berada
dalam kondisi rusak ringan. Berdasarkan Uraian data tersebut nampak bahwa kebijakan pendidikan kedepan harus memprioritaskan peningkatan kualitas
gedung pendidikan dan kualitas pengajar guna menunjang proses belajar mengajar.
Tabel 40 Keadaan Prasarana Pendidikan Kabupaten Pohuwato Tahun 2005
Kondisi Ruang Belajar
No
Jenis Pendidikan
Jumlah Gedung
Jumlah Ruang
Kelas Layak
Pakai Rusak
Ringan Rusak
Berat
1. TK
Jlh PAUD
43
43
73
73
52
52
71,23
71.23
15
15
20,55 20,55
6 6
8,42 8,42
2. 3.
SD MI
Jlh Dikdas
99 4
103
594 19
613
530 10
540
89,23 52,63
88,09
50 6
56
8,42 31,58
9,13
14 3
17
2,36 15,79
2,77
4. 5.
SMP MTs
Jlh Dikdas 2
17 10
27
110 36
146
100 24
124
90,91 66,67
84,93
10 4
14
9,09 11,11
9,58
8
8
0.00 22,22
5,47
6. 7.
8. SMA
SMK MA
Jumlah Dikmen
5 2
4
11
47 18
15
80
35 16
12
63
74,47 88,89
80,00 78,75
12 2
3
17
25,53 11,11
20,00 21,25
Sumber : Diknas Pohuwato, 2005. 3 Fasilitas Umum dan Sosial
Sebagai kabupaten yang baru yang masih berbenah diri masih banyak fasilitas umum dan sosial yang belum tersedia secara memadai sehingga hal ini
kemungkinan menjadi penyebab munculnya faktor fasilitas umum dan sosial sebagai faktor pengungkit. Ketersediaan fasilitas jembatan untuk menunjang
kelancaran transportasi dalam menunjang proses pemasaran komoditas unggulan jagung masih belum mencukupi di Kabupaten Pohuwato. Data dari dinas
kimpraswil menyebutkan bahwa baru sekitar 50 ketersediaan jembatan yang ada dari kebutuhan yang seharusnya selama 5 tahun yang akan datang.
Tabel 41 Kebutuhan dan Ketersediaan Jembatan Per Kecamatan Kabupaten Pohuwato No
Kecamatan Kebutuhan 5 Thn
Ketersediaan 1
2 3
4 5
6 7
Marisa Paguat
Patilanggio Randangan
Taluditi Lemito
Popayato 15 bh
14 bh 9 bh
11 bh 15 bh
14 bh 17 bh
8 bh 8 bh
8 bh 6 bh
9 bh 8 bh
4 bh Total
95 bh 52 bh
Sumber : Dinas kimpraswil Kabupaten Pohuwato
Untuk menunjang kelancaran pemasaran produk ungggulan jagung diperlukan ketersediaan jembatan, jalan usaha tani, serta jalan provinsi yang
tersedia dalam kualitas baik sehingga usaha agribisnis jagung dapat terlaksana dengan baik dan semakin menarik investor untuk berinvestasi di Kabupaten
Pohuwato
8.1.3.Status dan Faktor Pengungkit Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis RALED untuk aspek kesinergian dan fokus kebijakan PEL di Kabupaten Pohuwato diperoleh indeks mencapai 53,49. Ini
menunjukan bahwa status aspek kesinergian dan kokus kebijakan di Kabupaten Pohuwato berada dalam kondisi marginal atau pas-pasan. Hal ini disebabkan
karena meskipun sudah berada diantara range 50-75 yang dikategorikan baik, tapi indeks ini hanya sedikit berada dibatas bawah range sehingga sangat rentan dan
memerlukan perhatian yang lebih. Secara skematis hasil analisis Raled untuk aspek Kesinergian dan Fokus
Kebijakan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut : 118
GOOD BAD
UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
O the
r Di s
ti ngi
s hi
ng Fe
a tur
e s
Fisheries Sustainability
RALED Ordination
Real Fisheries References
Anchors
Gambar 14 Status Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kabupaten Pohuwato
Dari indeks atau status tersebut, selanjutnya dengan analisis RALED dapat diketahui atau ditentukan faktor faktor apa sajakah yang merupakan faktor
pengungkit atau faktor yang sensitif yang dapat diintervensi sehingga dapat memperbaiki atau meningkatkan status aspek kesinergian dan fokus kebijakan
mejadi lebih baik lagi. Hasil analisis faktoratribut pengungkit leverage attributes
untuk aspek kesinergian dan fokus kebijakan di Kabupaten Pohuwato ditunjukkan dalam Gambar 16. Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan urutan
prioritasnya yang menjadi faktor pengungkit utama untuk aspek kesinergian dan fokus kebijakan PEL di Kabupaten Pohuwato adalah :
1 Kebijakan Pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan agropolitan dan
perkotaan CBD Pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan agropolitan diharapkan
dapat mengembangkan ekonomi lokal suatu kawasan. Hal ini disebakan karena kota pertanian dikawasan agropolitan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru yang
dapat menarik dan menghela desa-desa disekitarnya sebagai daerah hinterland. Dengan adanya agropolitan yang berbasis jagung diharapkan aktivitas masyarakat
di bidang non pertanian juga dapat lebih berkembang seperti UKM dan Industri kecil sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi lokal di wilayah tersebut.
Berdasarkan survey lapangan di Kawasan Agropolitan Randangan, aktivitas di bidang pertanian masih sangat dominan dalam kehidupan masyarakatnya. Akan
tetapi belum berkembangnya industri pengolahan yang berbasis jagung menyebabkan UKM dan IKM di kawasan agropolitan belum berkembang
sehingga kemungkinan membuat faktor ini menjadi faktor pengungkit pertama. Investasi UKM dan IKM di kabupaten masih sangat terbatas padahal masih
banyak potensi daerah yang dapat dimanfaatkan dan digali. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Gorontalo, jumlah perusahaan IKM masih
dibawah Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Masih terbatasnya jumlah perusahaan yang berinvestasi menyebabkan serapan TK di
sektor non pertanian pun menjadi rendah, sehingga tidak dapat mendorong pertumbuhan wilayah .
Gambar 15 Jumlah Perusahaan Industri Kecil, Menengah dan Tenaga Kerja Menurut KabupatenKota di Provinsi Gorontalo Tahun 2005
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
Boalemo Gorontalo Pohuw ato
Bone Bolango
Kota Gorontalo
Jumlah Perusahaan Tenaga kerja
Sumber : Gorontalo dalam angka, 2007
2 Kebijakan kerjasama antar daerah pemda Selanjutnya untuk lebih menigkatkan ekonomi lokal suatu wilayah
diperlukan kerjasama antar wilayah sehingga dapat memobilisasi potensi daerah untuk dikembangkan. Kerjasama antar daerah baik di bidang pertanian,
perdagangan, perhubungan dan bidang lainnya sangat diperlukan agar alokasi sumberdaya dapat lebih efisien dan efektif. Pada hakekatnya kerjasama antar
wilayah sudah menjadi kebijakan di Kabupaten Pohuwato akan tetapi dalam 120
prakteknya egoisme daerah masih terlihat dan menguasai dalam keseharian pemerintahan. Untuk pengembangan wilayah secara keseluruhan terlihat dengan
adanya rencana pemerintah untuk membangun pelabuhan laut di Kabupaten Pohuwato dalam RPJM 2005-2010. Padahal di Kabupaten tetangga Boalemo
terdapat pelabuhan laut yang dapat digunakan untuk aktivitas perdagangan dan bongkar muat. Jika hal ini dapat dimanfaatkan dengan baik, dalam arti Pemda
Kabupaten Pohuwato dapat menjalin kerjasama dengan Kabupaten Boalemo dengan membagi share yang adil atas penggunaan pelabuhan maka dapat terjalin
suatu hubungan dan kerjasama yang baik antar daerah sehingga dapat membentuk suatu keterkaitan yang saling menguntungkan. Model kerjasama yang seperti ini
masih belum berjalan sehingga masing-masing wilayah ingin membangun outlet sendiri-sendiri yang memerlukan dana yang tidak sedikit sehingga anggaran
pemerintah masih belum teralokasi untuk kepentingan publik yang lebih luas dan mendasar. Sedangkan kerjasama dalam pengembangan agribisnis jagung masih
dalam tataran provinsi dimana terjalinya kerjasama antar provinsi dalam hal ini Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Kerjasama tersebut dalam hal
pemasaran dan penyediaan bibit, dimana Provinsi Gorontalo menyediakan bibit komposit hasil penangkaran dan hasil produksi dari provinsi-provinsi tersebut di
jual ke Provinsi Gorontalo. Akan tetapi kerjasama seperti ini belum terjadi pada tataran kabupaten, baik untuk memenuhi skala produksi maupun skala ekonomi.
Dengan memberikan perhatian dan memperbaiki kedua faktor diatas maka diharapkan dapat membuat pengembangan ekonomi lokal Kabupaten
Pohuwato ke arah yang lebih baik. 121
Leverage of Attributes
0.2 0.4 0.6 0.8 1
1.2 1.4 1.6 1.8 Kebijakan peningkatan investasi
Kebijakan promosi daerah Kebijakan persaingan usaha
Kebijakan pemberdayaan UKM Kebijakan peningkatan peran Perusahaan Daerah
Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar pelaku ekonomi
Kebijakan informasi bursa tenaga kerja Kebijakan Pengembangan keahlian
Kebijakan pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dengan dunia usaha
Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif
Kebijakan pembangunan kawasan industri hinterland industri
Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan agropolitan dan perkotaan
Kebijakan pengembangan komunitas sep:perbaikan lingkungan, perbaikan kampung
Kebijakan kerjasama antar daerahpemda Kebijakan tata ruang PEL
Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar sentra usaha
Attribute
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Gambar 16 Faktor Pengungkit Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kabupaten Pohuwato
8.1.4. Status dan Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan