Tujuan Pembelajaran Kooperatif Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para mahasiswa bekerja sama dan belajar bersama dan saling membantu secara interaktif utuk mencapai tujuan pembelajaran Warsono dan Hariyanto, 2013. Sistem pengaturan yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning Lie, 2010.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan belajar kooperatif yaitu menekankan pada tujuan kesuksesan pada kelompok, yang dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaaan materi Slavin, 2010. Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah mengurangi kekurangan dalam pembelajaran secara individual, mengembangkan solidaritas di kalangan mahasiswa. Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif dapat memuculkan seorang mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yag cemerlang serta memiliki solidaritas yang tinggi Huda, 2011. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja secara bersama-sama dalam suatu kelompok Lie, 2010.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative learning : Pembentukan kelompok bersifat heterogen, maksudnya adalah pembentukan kelompok para mahasiswa harus terdiri dari berbagai variabel seperti jenis kelamin, etnis, kelas sosial, agama, kepribadian, kecakapan bahasa, kerajinan dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Perlu keterampilan kolaboratif, misalnya kemampuan para mahasiswa dalam berkomunikasi, memberikan alasan, beragumentasi, menjaga perasaan mahasiwa lain, dan saling bertoleransi. Otonomi Kelompok. Mahasiswa ditutut untuk mampu mencari setiap pembelajaran dengan sendirinya tapa bergantung kepada dosen. Peranan dosen tidak bertindak lagi sebagai orang bijak di atas panggung sage on the stage, tetapi memandu mahasiswa dari samping guide on the side. Interaksi stimultan. Masing-masing individu berinteraksi menuju tujuan. bersama. Partisipasi yang adil dan setara di dalam kelompok, tidak boleh hanya ada satu atau dua orang mahasiswa saja yang mendominasi. Tangggung jawab individu. Setiap mahasiswa harus mencoba untuk belajar dan kemudian saling berbagi pengetahuannya. Ketergantungan positif, setiap mahasiswa harus berpedoman “satu untuk semua” dan “semua untuk satu” dalam mencapai pengembang potensi akademis. Kerja sama sebagai nilai karakter. Kerja sama tidak hanya sebagai cara untuk belajar, namun kerjasama juga menjadi bagian dari isi pembelajaran dan saling memilki ketergantungan positif Warsono dan Hariyanto, 2013. Pada metode pembelajaran kooperatif learning berkembang sejumlah riset tentang sejumlah lamanya ingatan mahasiswa terhadap materi pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang dipergunakan. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine 1954, Amerika Serikat menunjukkan bahawa kelompok bahwa kelompok pembelajaran berbasir guru teacher centered learning seperti ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual, dan demonstrasi oleh dosen mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30. Dengan metode diskusi yang tidak didominisasi oleh dosen, Universitas Sumatera Utara mahasiswa dapat mengingat 50. Jika mahasiswa diberi kesempatan melakukan sesuatu learning by doing, mahasiswa dapat mengingat 75. Praktik pembelajaran dengan cara mengajar mampu mengingat sebanyak 90, yang dapat dilihat melalui tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.1 Ingatan Pembelajaran Dihubungkan Dengan Jenis Presentasi Presentasi Kemampuan Belajar Setelah 3 jam Setelah 3 hari Ceramah 25 10-20 Tertulis membaca 72 10 Visual dan verbal pengajaran memakai ilustrasi 80 65 Partisipatori bermain peran, studi kasus, praktik 90 70 Sumber : Dale, 1969 Warsono dan Hariyanto, 2013 Tabel 1.2 Transfer Pembelajaran dari Instruktur Kepada Mahasiswa Komponen Pelatihan Ketrampilan yang Diperoleh Tranfer ke Dunia Kerja Teori 10-20 5-10 Demonstrasi 30-35 5-10 Praktik 60-70 5-10 Umpan Balik 70-80 10-20 Pelatihan 80-90 80-90 Sumber : Joyce dan Showers, 1981 Warsono dan Hariyanto, 2013

C. Model Pembelajaran Numbered Head Together NHT

Dokumen yang terkait

Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014

0 68 75

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di Akbid Kholisatur Rahmi Binjai

1 1 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran - Perbandingan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Tanya Jawab Terhadap Evaluasi Hasil Belajar Mahasiswa Akbid Semester IV Pada Mata Kuliah Kegawatdaruratan di

0 0 26

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN TANYA JAWAB TERHADAP EVALUASI HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN KEBIDANAN DI AKBID KHOLISATUR RAHMI BINJAI

0 0 11