Analisis Faktor Penunjang Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Infrastruktur

aktivitas pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering. Di tepi Hutan Regaloh dibuat saluran air hujan untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi genangan yang mengganggu kelangsungan hidup tanaman tumpangsari serta untuk menyalurkan aliran air hujan dari jalan kecamatan. Keberadaan air tanah di lokasi permukiman penduduk sekitar kawasan hutan tidak begitu sulit, hanya saja membutuhkan galian sumur yang cukup dalam yaitu sekitar 10 sampai 14 meter dari permukaan tanah. Sarana penerangan di desa-desa sekitar hutan adalah menggunakan listrik. Bahkan di permukiman liar penduduk dalam hutan juga sudah menggunakan listrik karena hampir seluruh desa di Kabupaten Pati sudah terjangkau oleh listrik. Hanya saja di sepanjang jalan kecamatan yang melalui Hutan Regaloh belum dilengkapi dengan lampu jalan sehingga pada malam hari suasana sangat gelap dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Tetapi di lokasi wanawisata camping ground, sarana penerangan berupa listrik sudah cukup memadai sehingga tidak mengganggu aktivitas pengguna jasa bumi perkemahan maupun kegiatan diklat yang sering dilakukan di lokasi tersebut. Telepon rumah sebagai sarana komunikasi sebetulnya sudah ada, hanya saja masih sedikit masyarakat yang memiliki karena di desa sekitar Hutan Regaloh umumnya adalah keluarga petani dengan taraf ekonomi menengah ke bawah sehingga sebagai layanan komunikasi masyarakat memanfaatkan beberapa warung telekomunikasi yang ada di desa sekitar kawasan hutan. Tetapi untuk masyarakat desa sekitar hutan yang cukup mampu umumnya memiliki telepon selluler sebagai alat komunikasi. Bangunan- bangunan penunjang pemanfaatan sumberdaya Hutan Regaloh paling banyak berada di lokasi wanawisata camping ground, antara lain beberapa ruang penginapan, aula atau ruang pertemuan, gedung tempat pendidikan dan pelatihan perlebahan, sarana mandi cuci kakus, mushalla dan bangunan pelengkap taman untuk bersantai serta bangunan untuk budidaya ulat sutera Bombyx mori yang masih kecil.

4.3.10. Aksesibilitas

Aksesibilitas di bagian barat kawasan Hutan Regaloh tergolong cukup tinggi. Selain jaringan jalan yang cukup memadai, pada jalur barat jalan kecamatan dilalui angkutan pedesaan dengan route Pati–Gunung Rawa. Aksesibilitas bagian tengah Hutan Regaloh jalur jalan kecamatan menghubungkan Kota Pati dengan Desa Lahar tergolong sedang, karena jaringan jalan memadai tetapi belum ada angkutan pedesaan yang melewati. Padahal lokasi wanawisata camping ground, usaha ulat sutera serta perlebahan madu justru berada di jalur tersebut. Hingga saat ini sarana angkutan yang melalui jalur tersebut baru berupa delman dan ojek Tabel IV.15.. TABEL IV.15. AKSESIBILITAS KAWASAN HUTAN REGALOH Trayek Panjang p Lebar l Jalan Kondisi Jalan Moda Angkutan Umum Pati – Gunung Rawa p = ± 19 km l = 5 meter Aspal Angkutan Pedesaan Pati – Tlogowungu p = ± 5 km l = 5 meter Aspal Angkudes, Delman, Ojek Tlogowungu - Lahar p = ± 5 km l = 5 meter Aspal Delman, Ojek Sumber: Peta Kawasan Hutan BKPH Regaloh dan observasi, 2006. Mobilitas kendaraan roda 2 maupun roda 4 tergolong sedang, terutama pada waktu pagi dan siang hari. Sedangkan di malam hari, lalu lintas jalan lengang. Keberadaan jalan hot mix dan jalan tanah membantu petugas Perhutani dan pesanggem maupun masyarakat desa hutan yang ingin melakukan aktivitas ke dalam hutan. Namun jalan tanah di dalam hutan ini menimbulkan masalah pada saat pertama, petugas lapangan mengangkut bibit untuk sulaman terhadap tanaman tegakan pokok hutan yang hilang, mati atau rusak. Kedua, patroli hutan yang dilaksanakan secara gabungan antara polisi hutan dengan masyarakat anggota LMDH yang memiliki pangkuan desa hutan. Hal ini disebabkan jalan tanah sempit dan apabila musim hujan becek, nyaris tidak dapat dilewati kendaraan sama sekali sehingga merepotkan untuk dapat menjangkau kedalaman hutan yang cukup jauh.

4.3.11. Sarana Produksi

Petani pesanggem memilih bibit unggul untuk tanaman tumpangsari karena dapat mengurangi kemungkinan kegagalan panen dan produktivitas tanaman bibit unggul cukup tinggi terutama tanaman jagung Zea mays L, kacang tanah Arachis hypogaea L., maupun padi gogo Oryza sativa. Varietas padi gogo Oryza sativa yang ditanam pesanggem di kawasan Hutan Regaloh adalah Jati Luhur yang cukup toleran terhadap penaungan, varietas jagung Zea mays L yang dipilih pesanggem adalah jagung hibrida Pioneer sedangkan penanaman kacang tanah Arachis hypogaea L. menggunakan varietas Kelinci dengan umur tanaman rata-rata 95 hari dapat dipanen. Tanaman ketela pohon Manihot utilissima Grantz syn M. esculenta varietas yang digunakan adalah varietas lokal. Pesanggem juga menggunakan pupuk untuk menambah kesuburan tanah, walaupun pada umumnya lahan di kawasan hutan rata- rata mempunyai kesuburan cukup tinggi dan sedikit gulma Simon:2004. Tahun 2004, padi gogo Oryza sativa terkena serangan hama wereng, sehingga petani pesanggem mengalami kegagalan panen. Tetapi mereka tetap dapat memanen hasil dari tanaman palawija dari petak lahan lainnya. Pengadaan bibit unggul, pupuk maupun pestisida dilakukan oleh pesanggem sendiri yang biasanya dikoordinir oleh kelompok tani yang diikuti. Berdasarkan hasil interview dengan ketua RPH maupun pesanggem, pihak Perhutani tidak memberikan bantuan untuk pengelolaan tanaman tumpangsari selain penyediaan lahan andil dan penyuluhan serta pembagian hasil sharing produksi tanaman tegakan pokok hutan. Modal sebagai salah satu input produksi pertanian diperoleh petani pesanggem dari kegiatan simpan pinjam di masing- masing LMDH, uang pinjaman tersebut sebagian besar digunakan petani pesanggem untuk membeli bibit unggul. Sistem tanam yang digunakan pesanggem untuk memanfaatkan lahan andil ini adalah sistem tumpangsari dan monokultuur. Sistem tumpangsari diterapkan untuk bercocok tanam di lahan andil yang berada di bawah tegakan pokok hutan, sedangkan monokultuur diterapkan untuk menanami lahan andil yang berada di lahan reboisasi. Tetapi ada pula lahan reboisasi yang menggunakan sistem tumpangsari, yaitu pada lahan yang digunakan untuk budidaya murbei, dengan tanaman sela berupa kacang tanah. Dalam pemanfaatan lahan andil ini tidak ada pemakaian mesin- mesin pertanian, melainkan dilakukan pesanggem secara tradisional, karena lahan di kawasan hutan cukup gembur, sehingga mudah dikelola dengan tenaga manusia secara manual.