Wanawisata Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Pesanggem dan Non Pesanggem di
163
Sumber : Dokumentasi penulis, 2005.
GAMBAR 4.11. BUMI PERKEMAHAN REGALOH
Kondisi jalan yang dilalui untuk menuju ke lokasi bumi perkemahan cukup bagus, hanya saja ada beberapa ruas jalan tepatnya di Desa Tlogorejo
yang kondisi aspalnya sudah mengelupas sehingga cukup mengganggu lalu lintas. Sarana pembuangan limbah cair sudah ada, pipa disalurkan langsung ke
sungai besar yang ada di tepi hutan. Sampah padat diatasi dengan cara dibakar, karena memang di kawasan Hutan Regaloh belum ada fasilitas
pengangkutan sampah.
Sarana transportasi untuk menuju ke lokasi bumi perkemahan adalah berupa delman dan ojek. Belum ada mobil angkutan umum yang membuka
trayek di jalur tersebut. Besarnya tarif untuk delman adalah Rp.5.000,00 sampai ke lokasi. Sedangkan tarif ojek adalah Rp.3.000,00 per orang. Tetapi
selama ini, umumnya pengunjung datang secara berombongan dengan bis atau truk.
Dari hasil wawancara dengan kepala UP3 Regaloh sekaligus sebagai kepala pengelola bumi perkemahan, jumlah pengunjung pada tahun 2004
sebanyak 2.049 orang. Akhir tahun 2005 jumlah pengunjung sebanyak 3.284 orang. Biaya sewa bumi perkemahan dihitung dari jumlah peserta kemah
dikalikan Rp 1.000,00. Rekapitulasi pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di lokasi wanawisata camping ground dalam kurun waktu 2 dua tahun
terakhir tahun 2004 dan 2005 disajikan pada tabel IV.13. Pendapatan dari kegiatan wanawisata camping grround tersebut cenderung mengalami
a.Tugu peresmian bumi perkemahan Regaloh. b. Pintu masuk lokasi bumi perkemahan.
c. Kegiatan perkemahan. d. Sarana penginapan.
164
peningkatan. Hal ini berarti bahwa peminat terhadap camping ground atau bumi perkemahan Regaloh semakin besar walaupun belum pernah dilakukan
promosi secara legal dari pihak Perhutani terutama UP3 Regaloh. Informasi yang diperoleh pengunjung selama ini sebagian besar secara lisan.
TABEL IV.13. REKAPITULASI PENDAPATAN DARI WANAWISATA CAMPING
GROUND TAHUN 2004 – 2005 DI KAWASAN HUTAN REGALOH
TAHUN SUMBER
PENDAPATAN BESARNYA
SEWA Rp PENDAPATAN
2004 Pengunjung
1.000 orang 2.049.000
Aula 80.000 hari
320.000 Penginapan
80.000 hari kamar
309.000
JUMLAH 2.678.000
2005 Pengunjung
s.d.a. 3.284.000
Aula 640.000
Penginapan 617.000
JUMLAH 4.541.000
Sumber: UP3 Regaloh, 2006.
Sharing pernah dilakukan dari pendapatan wanawisata pada tahun yang bersangkutan. Prosentase sharing adalah 40 untuk paguyuban dan 60
untuk Perhutani. Tahun 2004, sharing yang dapat diberikan kepada paguyuban LMDH se kawasan Hutan Regaloh Paguyuban Alam Lestari sebesar
Rp.1.366.000,00, sedangkan tahun 2005 kegiatan wanawisata ini dapat memberikan sharing sebesar Rp.2.189.000,00. Sharing diambilkan dari
retribusi pengunjung. Hasil penyewaan aula dan penginapan serta sisa retribusi pengunjung setelah dikurangi besarnya sharing masuk ke Perum
Perhutani.
Setelah camping ground berjalan selama 1 satu tahun, pada bulan Juni tahun 2004 Bupati Pati meresmikan kawasan Hutan Regaloh sebagai
lokasi Agro Silvo Wisata Regaloh. Tetapi sampai sekarang belum dapat berjalan dengan baik bahkan cenderung terbengkalai. Beberapa faktor
penyebabnya antara lain:
1. Belum adanya investor yang menyanggupi untuk menjadi rekanan pihak III. Tetapi sudah ada wacana calon investor yaitu PT. Garudafood dan
PT. Jarum Kudus. Berdasarkan potensi yang ada dan keterbatasan
165
anggaran biaya perusahaan maka selain pihak swasta, kerjasama juga direncanakan dengan instansi pemerintah atau dinas- dinas terkait dalam
rangka pengembangan Hutan Regaloh sebagai Agro Silvo Wisata dalam bentuk sharing biaya pembuatan maupun terhadap penghasilan obyek
wisata. Perum Perhutani saat ini dinilai lebih terbuka transparan setelah adanya program PHBM sehingga sikap terbuka terutama kepada
masyarakat desa hutan dan stakeholders lainnya akan dapat memperlancar proses kerjasama.
2. Belum diterbitkannya Surat Keputusan dari Kepala Unit I Perum Perhutani Jawa Tengah yang menunjuk kawasan Hutan Regaloh sebagai kawasan
Agro Silvo Wisata walaupun sebetulnya awal tahun 2005 pihak KPH Pati telah mengajukan proposal kepada Kepala Unit I Perum Perhutani Jawa
Tengah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sarana prasarana yang ada di lokasi bumi perkemahan kurang terpelihara. Hal tersebut
disebabkan oleh keterbatasan biaya pemeliharaan serta banyaknya masyarakat luar yang ikut memakai fasilitas yang ada secara illegal
masyarakat sekitar yang tidak mempunyai fasilitas untuk Mandi, Cuci dan Kakus sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala UP3 Regaloh.
Sebetulnya kawasan Hutan Regaloh masih mempunyai peluang besar untuk dapat dikembangkan sebagai lokasi Agro Silvo Wisata yang
merupakan satu paket wisata pendidikan dengan tidak mengesampingkan aspek hiburan bagi pengunjung. Apalagi di Kabupaten Pati sangat minim
dengan lokasi wisata. Sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan
166
bahwa barang dan jasa bisa memiliki nilai apabila barang dan jasa tersebut berada pada kondisi langka dan pada saat yang sama dibutuhkan
masyarakat Andayani, 1999. 3. Kemampuan dan kesiapan sumberdaya manusia di lingkungan Perhutani
KPH Pati di bidang perencanaan kawasan masih lemah. Bagian perencanaan berdasarkan struktur organisasi Perum Perhutani KPH Pati
sebagaimana yang terdapat dalam Renstra Perum Perhutani KPH Pati tahun 2003 berada pada setingkat KaurKepala Urusan. Sumberdaya
manusia yang ditempatkan di bagian perencanaan tersebut belum ada yang mempunyai spesifikasi pendidikan untuk bidang perencanaan kawasan.
Sebetulnya keahlian di bidang perencanaan dan pengembangan kawasan hutan ini penting agar dapat lebih menjukan kawasan hutan melalui
multiusaha sehingga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar hutan maupun keuntungan finansial perusahaan dengan tetap
mempertimbangkan daya dukung lingkungannya. Sumberdaya manusia yang ditempatkan di bidang perencanaan terutama di KPH Pati seharusnya
adalah orang- orang yang mampu berfikir inovatif dan kreatif, menghasilkan ide- ide guna perbaikan kondisi kawasan hutan beserta
masyarakat sekitarnya. Pengembangan yang dapat dilakukan di lokasi pariwisata menurut
Fandeli 1999 antara lain meliputi atraksi, transportasi, akomodasi, informasi dan promosi. Namun empat prinsip dasar yang harus dipegang dalam
pengembangan Agro Silvo Wisata, yaitu konservasi, edukasi, partisipasi masyarakat dan ekonomi. Artinya, atraksi yang disuguhkan kepada
pengunjung harus bersifat mendidik. Pengembangan Agro Silvo Wisata juga diharapkan masyarakat ikut serta berperan aktif dengan memanfaatkan
peluang untuk menambah pendapatan, salah satunya misalnya dengan
167
berdagang untuk memenuhi kebutuhan pengunjung wisata makanan, minuman, souvenir. Tetapi hal mendasar yang tidak boleh dilupakan yaitu
seberapapun pesatnya laju pengembangan kawasan Hutan Regaloh, kelestarian hutan harus tetap terjaga dengan baik.
Sejalan dengan pemikiran Fandeli 1999 bahwa dalam pemanfaatan areal alam untuk wisata menggunakan pendekatan pelestarian dan
pemanfaatan. Pada pelaksanaannya, titik berat terletak pada pelestarian dibanding pemanfaatan. Selanjutnya pendekatan lain yang perlu digunakan
adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan.