Sterategi Efektif Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Keempat, memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis. Kelima, tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam Keenam, harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan negara yang hendak menerapaknnya Ketujuh, harus memilih metode yang relastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi. Kedelapan, harus efektif, dapat membrikan hasil pendidikan yang bersifat behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak- ledak dalam diri generasi muda. Kesembilan, harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik. Kesepuluh, memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktivitas seperti berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat muslim. Hubungan karakteristik PAI dengan pembelajaran demokratis bahwa siswa akan terus mencari tahu rasa penasarannya terhadap pembahasan yang belum mereka pahami, dengan bertanya, bertukar fikiran, kemudian dapat menyimpulkan sendiri dengan pengetahuan- pengetahuan yang mereka terima, sehingga siswa dapat memberikan komentar dan tanggapan apabila ada permasalahan, sehingga karakteristik setiap masing-masing aspek pelajaran PAI akan semakin terarah dengan topik pembahasannya.

5. Sterategi Efektif Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam proses pendidikan diperlukan perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses itu berlangsung dalam jangka panjang, kondisi ini dikenal dengan istilah sterategi belajar mengajar. Strategi mengajar adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. 45 45 Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Cet. XI hal. 214 Dalam definisi lain strategi belajar mengajar merupakan pola umum perbuatan guru-siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun pengiring. 46 Dengan sterategi tersebut pula tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah karena segala sesuatunya direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan agama Islam memerlukan sterategi yang mantap dalam melaksanakan proses pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, agar dalam proses tersebut tidak ditemui hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal yang menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sterategi pembelajaran harus lebih variatif sehingga mampu menyentuh dasar lubuk hatinya sehingga dengan kesadarannya sendiri menghayati norma-norma dan nilai- nilai agamanya, dengan secara tidak langsung membentuk kepribadiannya untuk menjadi siswa yang beriman dan bertakwa bagi dirinya sendiri, masyarakat maupun negaranya. Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan. 1. Tahap prainstruksional Tahap praintuksional adalah langkah persiapan yang ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat. Sesuai kegiatan yang singkat tadi, guru perlu melakukan ”pemanasan” dengan menanyakan perihal materi yang disajikan sebelumnya, serta materi yang akan diajarkan pre-test. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengungkapkan kembalui 46 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan…,hal. 45 secara sekilas materi yang diajarkan sebelumnya lalu menghubungkannya dengan materi pelajaran yang akan segera diajarkan. Kegiatan ini penting, sebab kegiatan belajar dan memahami materi pelajaran itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa terhadap hubungan antara pengetahuan yang telah ia miliki dengan pengerahuan yang akan diajarkan. 2. Tahap Instruksional Tahapan intruksional adalah tahap inti dalam pengajaran. Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode dan strategi mengajar yang di anggap cocok. Sebelum menguraikan pokok-pokok materi lebih lanjut, setiap uraian seyogianya dilengkapi dengan contoh dan peragaan seperlunya. Terakhir, guru hendaknya membuat kesimpulan mengenai uraian yang telah disampaikan, jika memungkinkan penulisan kesimpulan ada baiknya dilakukan oleh para siswa. Dalam hal ini, guru perlu memberi waktu yang cukup kepada para siswa untuk bekerja sama menyelesaikan penyusunan kesimpulan-kesimpulan tersebut. 3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahap terakhir proses mengajr terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut follow up. Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap intruksional. Caranya ialah dengan mengadakan post test. 47 Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran yang telah disajikan guru. Post test sebaiknya dihubungkan dengan pre test untuk mengetahui pebedaan kualitas dan kuantitas pengetahuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran. 47 Post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi Akhirnya, sebelum meninggalkan kelas, guru dianjurkan untuk memberitahukan pokok bahasan yang akan diajarkan kepada siswa pada petemuan berikutnya. Langkah ini cukup penting artinya bagi para siswa dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi materi baru dengan cara membaca sumber yang ada dirumah atau diperpustakaan. 48 Dari uraian di atas, jelaslah bahwa strategi yang dipilih sangat menentukan langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar. Secara nyata strategi mempunyai pengaruh pada : 1. Pengorganisasian bahan pengajaran, apakah bahan akan disajikan dalam bentuk teks, diagram, contoh-contoh, garis besar saja dan sebagainya 2. Pengorganisasian siswa, apakah siswa akan diorganisasikan dalam kelompok besar, kelompok kecil atau perorangan 3. Pengaturan tugas siswa dan penggunaan waktu belajar 4. Penggunaan ruang belajar 5. Penggunaan alat dan sumber belajar 49 a Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Lawson dalam konteks belajar yang dikutip dalam bukunya Prof. DR. Ramayulis, mendefinisikan pendekatan adalah segala cara atau strategi yang digunakan pesertat didik untuk menunjang keefektifanan dan keefesienan dalam proses pembelajaran materi tertentu. 50 Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam, antara lain : 1. Pendekatan pengalaman Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman 48 Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan…, hal. 217 – 218 49 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan…,hal. 47 50 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 169 nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalamn dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik jika pendidik tidak membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan akan tetapi ia menyelewengkan peserta didik dari tujuan itu. Metode mengajar yang dapat dipakaikan dalam pendekatan pengalaman, di antaranya : a Metode eksperimen, b metode drill c metode sosiodrama dan bermain peran d metode pemberian tugas belajar dan resitasi 2. Pendekatan pembiasaan Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Adalah sangat penting menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada awal kehidupan anak seperti membiasakan shalat lima waktu, menolong orang yang kesudahan. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik mengamalkan agamanya secara berkelanjutan. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan dugunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain : Metode drill, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, dan metode eksperimen 3. Pendekatan emosional Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi dihubungkan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah. Di dalam perasaan rohaniah tercakup perasaan intelektual, perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan sosial dan harga diri. Metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan perasaan adalah metode ceramah, sosio drama dan bercerita 4. Pendekatan rasional Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio akal dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Perbedaan manusia dengan makhluk lain terletak pada akal, manusia mempunyai akal sedangkan makhluk yang lainnya binatang dan sejenisnya tidak mempunyai akal. Usaha maksimal bagi guru dalam pendekatan rasional adalah dengan memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama. Metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan rasional yaitu : tanya jawab, kerja kelompok, latihan, diskusi, dan pemberian tugas. 5. Pendekatan fungsional Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah dapat menjadikan agama lebih hidup dan dinamis. Metode yang serasi dalam hal ini ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : Metode latihan, ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan demontrasi. 6. Pendekatan keteladanan Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung melaui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung malalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan. Kecendrungan manusia untuk belajar lewat peniruan menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses pendidikan Rasulullah SAW merupakan suri tauladan yang baik bagi umat Islam. Firman Allah SWT dalam surat al Ahzab ayat 21 : ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ Artinya : ”Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Dari sini masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal buruknya akhlak anak. Jika pendidik jujur dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan dengan agama maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, dan mempunyai sikap menjauhkan diri dari hal yang bertentangan dengan agama. Tetapi sebaliknya kalau pendidik bohong, khianat, maka si anak juga akan tumbuh dalam hal kebohongan, khianat dan hina. Dalam penekatan ini ada beberapa metode yang dapat dipergunakan di antaranya : melalui performence, kepribadian, cerita dan ilustri yang mengandung unsur keteladanan. 7. Pendekatan terpadu Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan yang telah disebutkan di atas. b Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan dalam ungkapan efektif dan efesien. Jadi pengajaran agama Islam ialah cara yang paling efektif dan efesien dalam mengajarkan agama Islam. 51 Pengajaran yang efektif artinya pengajran yang dapat dipahami murid secara sempurna atau pengajaran yang berfungsi pada murid. Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama. Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknis penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh seorang guru dapat tercapai dengan baik maksimal. 51 Ahmad Tafsir, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Cet. X hal. 9 Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat dan gairah belajar. b. Metode digunakan harus dapat memberikan kesempatan pada siswa dalam mewujudkan hasil karya. c. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi d. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Macam-macam Metode Mengajar dan Penggunaan a Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Interaksi siswa dan guru banyak menggunakan bahasa lisan. Di dalam metode ceramah ini yang mempunyai peranan utama adalah guru. b Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat Two Way Traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara murid dan siswa.Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa yang bertanya guru yang menjawab Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang siswa berfikir, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. c Metode Diskusi Metode ini merupakan suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam metode diskusi diharapkan semua orang memberikan kontribusi pemikiran sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. d Metode Tugas Belajar dan Resitasi Metode ini tidak sama dengan pekerjaan rumah, akan tetapi jauh lebih luas. Tugas dapat dikerjakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Metode ini ingin merangsang anak aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau juga secara kelompok. Metode ini bertujuan agar semua pengetahuan siswa yang telah diterima lebih mantap, mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca dan mengerjakan soal-soal sendiri serta mencobanya sendiri, agar siswa lrbih rajin dan dapat mengukur kegiatan baik di rumah maupun di sekolah. e Metode Demonstrasi Metode ini banyak digunakan dalam pelajaran klasikal di sekolah-sekolah tekhnik dan dipusat-pusat pelatihan industri. Metode ini juga banyak digunakan dalam angkatan bersenjata. 52 Dalam bidang pendidikan agama Islam banyak yang dapat didemonstrasikan terutama dalam 52 Mukhtar dan Marintis Yamin, Metode Pembelajaran Yang Berhasil, Jakarta: CV. Sasama Mitra Suksena. 2004,cet. 1 h. 47 bidang pelaksanaan ibadah seperti pelaksanaan salat, zakat, rukun haji dan lain-lain. c Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbeda dengan metode, teknik lebih bersifat spesifik. 53 Ada beberapa teknik pendidikan Islam, antara lain : 1. Mendidik melalui keteladanan Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh segala sesuatu yang baik-baik dalam perkataan maupun perbuatan. 2. Mendidik melalui kebiasaan Faktor pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara kontinu dalam arti dilatih dengan tidak jemu-jemunya, dan faktor inipun harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk. Ada dua pembiasaan yang perlu ditanamkan melaui proses pendidikan yaitu : a. Kebiasaan yang bersifat otomatis, b. Kebiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manfaat dan tujuannya. 3. Mendidik melalui nasihat dan cerita Dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, nasihat dan cerita merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tertulis. Banyak cerita yang mengandung nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan. Cerita-cerita dan nasihat itu sangat besar 53 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 198 pengaruhnya pada perkembangan psikologis peserta didik, bila disampaikan secara baik. 4. Mendidik melalui disiplin Peserta didik sejak dini harus dikenalkan dengan nilai- nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing agar berlangsung tertib, efesien, dan efektif. Dengan kata lain setiap peserta didik harus dibantu hidup secara disiplin, dalam arti mau dan mampu mematuhi atau mentaati ketentuan yang berlaku dilingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. 5. Mendidik melalui pertisipasi Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri tanpa manusia lain. Ia saling membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga perlu bekerja sama, agar percaya mempercayai dan saling hormat menghormati. Kehidupan seperti ini mengharuskan manusia saling memperlakukan sebagai subjek dan bukan yang satu menempatkan dan memperlakukan yang lain sekedar objek. C Pembelajaran Demokratis pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Hasil akhir yang diharapkan dari proses pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik, setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, tujuan pembelajaran ini tentunya harus berjalan secara optimal, untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik, salah satunya adalah model pembelajaran demokratis yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru sebagai pendidik formal di sekolah, memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru agama dalam mengajar bidang studinya, karena guru agama bukan hanya mengajar tapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Oleh karena itu, guru dituntut mempersiapkan diri agar memiliki keterampilan pengajaran yang baik. Jika seorang guru tidak mempunyai keterampilam mengajar dengan baik, maka tidak mustahil guru tidak akan mudah dalam merealisasikan fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dan hal ini juga dapat berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, model pembelajaran demokratis pada bidang studi Pendidikan Agama Islam merupakan proses pembelajaran yang baik salah satunya adalah dengan adanya keberhasilan belajar siswa yang baik pula. Pembelajaran demokratis ini menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan individu lainnya dengan pembentukan pribadi individu dan mengorganisasi realitanya yang rumit, sehingga model ini berorientasi pada prioritas terhadap perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Kendati titik beratnya pada hubungan sosial namun tidak berarti merupakan satu-satunya tujuan yang paling penting, titik berat ini hanya menunjukan bagian yang lebih penting dibandingkan dengan bagian yang lain, misalnya perkembangan berpikir dan diri. Pembelajaran demokrtis juga bertujuan pada kehidupan emosional perorangan, yang diharapkan membantu individu untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya, dan menjadikannya sebagai pribadi yang mampu membentuk hubungan-hubungan dengan pribadi lain dalam konteks yang lebih luas serta mampu memproses informasi secara efektif. Selain itu juga dapat memperluas kesadaran diri sendiri serta mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan Pembelajaran demokratis memberikan tempat utama kepada siswa, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Sehingga individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh, yang diarahkan kepada membina manusia bukan dari segi fisik dan intelektual tetapi dari segi sosial dan afektif emosi, sikap, perasaan nilai dan lain-lain. Model ini juga menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti serta merespon secara utuh terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Demokrasi dalam istilah Islam dikenal juga dengan sebutan musyawarah, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat ali Imran ayat 159 yang berbunyi : ☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ ⌧ ☺ Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” Dari ayat di atas menjelaskan adanya suatu sikap yang penuh lemah lembut, tidak kasar terhadap orang lain, apalagi dalam menentukan suatu masalah harus diselesaikan dengan jalan damai atau musyawarah. Dari ayat ini pula Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk bermusyawarah dalam persoalan-persolan yang dihadapi, baik dengan para sahabatnya ataupun dengan anggota masyarakat. Hal ini merupakan bukti kebijakan kepemimpinan Nabi Muhammad serta kemuliaan budi pekertinya terhadap orang lain. Jadi jelas bahwa dalam Islam juga sudah mengajarkan adanya sikap demokrasi pada zaman Nabi yaitu melalui musyawarah. Sehingga penulis bisa mencontohkan atau memberikan gambaran kepada seorang guru yang benar- benar sebagai pemimpin dalam belajar-mengajar di kelas harus bisa mengkondisikan situasi kelas dengan sikap demokratris, penuh lemah lembut, memberikan kebijakan-kebijakan yang positif serta tidak memaksakan peserta didik sehingga kemampuannya tidak terbelenggu oleh keinginan seorang guru semata. Dari konsep musyawarah tersebut ada nilai-nilai yang terdapat dalam demokrasi, seperti yang telah dijelaskan dalam prinsip-prinsip demokrasi. Nilai-nilai tersebut adalah : 1. Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik a Kebebasan berkarya Kebebasan berkarya ini dapat membiasakan peserta didik menjadi manusia yang berani mengemukakan pendapat dengan penuh tanggungjawab untuk berpegang teguh pada kemampuan didirnya sendiri, karena diberi kebebasan dalam berfikir tanpa terpaku pendapat orang lain sehingga bisa menentukan secara bebas masa depannya berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya. b Kebebasan dalam mengembangkan potensi Pengembangan potensi pesrta didik dapat dilakukan melalui proses yang mampu mengantar peserta didik dalam mengembangkan nilai fitrah yang ada pada dirinya untuk menyelaraskan dengan perkembangan zaman. Sehingga tidak mengekang kebebasan individu peserta didik yang telah dibawanya sejak lahir. c Kebebasan dalam berpendapat Pendidikguru dituntut untuk menghargai pendapat peserta didik, pesrta didik dituntut pula untuk menghargai pendapat guru dan sesama peserta didik, keran menghargai pendapat merupakan salah satu kebutuhan dalam melaksanakan pembelajaran. Guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengemukakan isi hatinya dengan cara yang wajar, bermoral, dan terpuji sesuai denga tahap-tahap perkembangan jiwanya. Guru bukan menekan kebebasan peserta didik yang mengakibatkan jiwanya terbelenggu seperti adanya rasa cemas, gelisah, dan kecewa selama berlangsungnya proses belajar-mengajar. 2. Persamaan terhadap peserta didik Dalam mendidik guru harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk mendapatkan pendidikan atau pembelajaran. Tidak ada perbedaan derajat atau martabat karena penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam satu ruangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu dari guru. 3. Penghormatan akan martabat individu Dalam penghormatan ini bahwasanya seseorang akan memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri sehingga guru dalam memberikan ganjaranhukuman kepada peserta didik harus bersifat yang mendidik, karena dengan cara yang demikian akan tercipta situasi dan kondisi yang demokratis dalam proses belajar-mengajar di kelas. Dari nilai-nilai tersebut apabila diterapkan dalam pembelajaran agama Islam sangat mendukung sekali kepada siswa-siswi untuk belajar di kelas, karena adanya sikap keterbukaan, sikap yang penuh lemah lembut dan tanggungjawab seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Dari segi metode demokratis juga sangat sesuai dengan tujuan pendidikan agar siswa lebih semangat, lebih aktif untuk belajar, membuat belajar lebih hidup, lebih terarah akan kemampuan seorang siswa dalam mendalami ilmu-ilmu agama, walau ada beberapa kelemahan dalam metode-metodenya tetapi bisa dikendalikan. Pada pembelajaran demokratis ini khususnya pada bidang studi Pendidikan Agama Islam akan tercipta suasana yang sangat mendukung untuk proses belajar mengajar di kelas, karena bidang studi Pendidikan Agama Islam sangatlah menarik untuk bisa didiskusikan dengan berbagai metode terutama metode yang membuat siswa aktif, dibuat shering sehingga memudahkan siswa untuk saling tukar pikiran, memberikan tanggapan, mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pengalaman atau informasi yang dimilikinya tanpa adanya rasa takut untuk berbicara di muka umum atau di dalam kelas serta tidak ada kekangan dari guru ataupun dari teman-temannya, dan akan menjadikan bertambahnya wawasan serta pengetahuan tentang agama Islam untuk bekal dirinya akan keyakinan yang mereka dapatkan. Dari proses seperti inilah akan tumbuh pemikiran rasa keingin tahuan apa yang belum mereka dapatkan, sehingga pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam akan terus digali rasa penasarannya itu dan akan menjadikan dasar yang kuat untuk menciptakan manusia yang selalu menunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari- hari, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain, bahkan untuk sang khalik yang akan selalu meminta pertanggungjawabannya. Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa model pembelajaran demokratis pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran sangat penting, apalagi dalam rangka meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar mengajar, maka pembelajaran demokratislah sangat dibutuhkan oleh siswa. 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN 29 Jakarta, yang berlokasi di Jl. Kramat No.6 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. Dilaksanakan mulai tanggal 23 November 2009 sampai 5 Maret 2010.

B. Latar Penelitian

Latar Penelitian adalah SMAN 29 Jakarta. Sekolah tersebut berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional Provinsi DKI Jakarta. 1. Visi SMA N 29 Jakarta Mengutamakan layanan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dalam bidang IMTAQ dan IPTEK. 2. Misi SMA N 29 Jakarta a Menyelenggarakan ibadah keagamaan dalam meningkatkan ketaqwaan b Meningkatkan keselarasan kemampuan intelektual dan emosional untuk mewujudkan situasi yang kondusif terhadap terwujudnya tujuan pendidikan nasional. c Meningkatkan kemampuan IPTEK di lingkungan sekolah