Sikap Siswa di Dalam atau di Luar Kelas dengan sikap Demokratis

72 Beberapa siswa yang penulis wawancara menyatakan dengan adanya metode tanya jawab anak-anak semakin terbuka dan giat untuk mencari jawaban dari berbagai sumber, serta memberanikan diri untuk berbicara di dapan orang lain, walau terkadang hasil dari tanya jawab sedikit kurang memuaskan karena dari jawaban-jawaban yang dikemukakan tidak sesuai dengan fikirannya, namun demikian siswa tidak menyerah begitu saja mereka akan terus menggali dan mencari tahu jawaban yang sebenarnya. Guru Agama juga mengupayakan sedikit demi sedikit penggunaan metode ceramah dihindarkan supaya anak-anak tidak malas dan mengantuk ketika pembelajaran agama berlangsung di kelas. Kemudian guru Agama melihat stuasi dan kondisi siswa untuk bisa menerapkan pembelajaran yang membuat anak lebih bersemangat dan aktif yaitu dengan menerapkan metode pembelajran demokratis melalui metode kerja kelompok, diskusi, tanya jawab. Beberapa siswa yang diwawancari juga menyatakan kalau bisa tidak hanya pelajaran PAI saja yang menerapkan pembelajaran demokratis namun semua mata pelajaran bisa menarapkannya.

2. Sikap Siswa di Dalam atau di Luar Kelas dengan sikap Demokratis

a Sikap Siswa di Dalam Kelas Dari hasil obervasi dan wawancara peneliti dengan beberapa guru termasuk guru agama dan guru bidang studi lainnya, serta pernyataan dari beberapa siswa menyatakan bahwa perilaku, sikap sopan santun serta kedisiplinan waktu maupun kebrsihan sudah cukup baik. Para siswa cukup sopan dan santun dalam berbicara dan berperilaku. Selain itu mereka mengungkapkan bahwa, di SMAN 29 Jakarta sudah ada peraturan dan tata tertib untuk bisa dilaksanakan dengan baik, apabila melanggarnya maka akan terkena sanksi yaitu pertama : dengan teguran, kedua : memberikan hukuman yang mendidik, ketiga : membuat skor, sampai dengan pemanggilan orang tua. SMAN 29 Jakarta 73 juga tercatat sebagai sekolah yang bebas dari penyalahgunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Peneliti melihat belum semua siswa-siswi SMAN 29 Jakarta melaksanakan tata tertib dengan baik. Masih ada beberapa siswa yang terlambat masuk kelas, ketika pagi hari atau setelah istirahat. Pada saat pagi hari siswa diberi dispensasi jika ada yang terlambat sampai 15 menit, dengan membuat surat terlambat dari guru piket. Pada saat guru Agama masuk kelas anak-anak yang awalnya tidak tertib secara spontan menertibkan masing-masing dengan menempati tempat duduk mereka, kemudian memberi salam. Namun tidak semua anak-anak langsung mengikuti pembelajaran dengan baik karena masih ada anak-anak yang maen HP, makan, serta bercanda dengan yang teman lainnya. Dalam hal kebersihan juga dapat peneliti amati, yaitu dari kebersihan diri sendiri, sekolah, maupun kelas. Kesadaran akan kebersihan kelas kurang mereka sadari, kerana ketika peneliti masuk kelas terlihat masih ada yang membuang sampah di dalam kolong meja, padahal dalam setiap kelas tersedia tempat sampah namun sebagian siswa merasa malas untuk membuang ke tempat sampah yang dianggapnya tempat sampahnya itu terlalu jauh dari meja dan tempat duduk. Selain dalam hal kebersihan, observasi juga dilakukan terhadap tingkah laku dan tutur bahasa siswa. Masa SMA adalah masa peralihan dari remaja awal ke masa remaja akhir. Pada masa ini sikap siswa sulit untuk dimengerti. Mereka lebih suka tidak diatur. Selama siswa tersebut masih bersikap sopan dan santun terhadap guru dan mengikuti pelajaran dengan baik, siswa tersebut biasanya lebih bisa dikenal oleh guru pada bidang studi masing-masing ketika berada di dalam kelas. Hal lain yang dapat dijadikan panutan dari sikap mereka adalah, sikap toleransi dan solidaritas mereka terhadap sesama teman baik teman kelas maupun teman yang berbeda kelas. Sebagai contoh ketika ada beberapa teman mereka yang mempresentasikan satu permasalahan 74 materi pelajaran, mereka selalu kompak dan tidak saling menyalahkan, bahkan di antara mereka tidak ada yang menjatuhkan satu sama lain. Contoh lain dari sikap saling menghargai dari mereka adalah ketika ada tugas yang salah, mereka tidak ada yang mengejek dan tidak mencela hasil karya temannya. b Sikap Siswa di Luar Kelas Siswa yang datang di pagi hari ke sekolah, mereka langsung mengucapkan salam dan mencium tangan kepala sekolah serta guru-guru yang ada di lobi gedung sekolah, ataupun ketika bertemu dalam lingkungan sekolah. Hal tersebut mereka lakukan juga ketika mereka bertemu dengan guru di luar sekolah. Ternyata memang mengucapkan salam dan mencium tangan guru sudah menjadi tradisi mereka dalam bersikap sopan dan santun khususnya ketika berada di sekolah. Para guru mengungkapkan, bahwa kebanyakan dari siswa SMAN 29 Jakarta, menganggap guru tersebut seperti temannya sendiri, sehingga mereka tidak pernah sungkan dalam bercerita, baik tentang pelajaran maupun tentang kehidupan pribadi mereka. Dalam berpakaian siswa selalu memakai pakaian yang sopan dan tidak ketat, setiap hari jumat siswa-siswi mengenakan pakaian muslim. Walaupun pihak sekolah telah menetapkan tata tertib berpakaian, namun ada beberapa siswa yang tidak mematuhinya, masih ada beberapa siswa yang memakai pakian ketat, celana pensil serta baju tidak dimasukan. Ketika istirahat pertama waktu sudah habis terkadang masih ada beberapa siswa yang jajan dikantin, kemudian guru piket atau guru yang lainnya menegur untuk cepat-cepat masuk kelas. Pada saat istirahat kedua pun guru memperhatikan siswanya, dan ini bukan hanya dilakukan oleh guru agama Islam, tetapi juga oleh semua guru. Ketika guru bertemu dengan siswa yang masih mengobrol, guru langsung menyuruh siswa yang beragama Islam untuk turun dan melaksanakan shalat wajib di masjid. 75 Peneliti melaksanakan wawancara kepada beberapa siswa perwakilan setiap kelas XI di ruang guru Agama atau masjid untuk menanyakan tentang sikap siswa yang menunjukan adanya jiwa demokratis di sekolah tersebut. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, siswa mengungkapkan hal-hal yang memang harus mereka lakukan yaitu ketika bertemu dengan guru harus mengucapkan salam dan mencium tangan kepala sekolah dan guru saat bertemu di lingkungan sekolah, juga selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain, meskipun dengan karyawan sekolah, mereka tidak menganggap rendah pekerjaannya, tetapi malah bercanda ria, tukar fikiran dan saling sapa. Contoh lain juga tidak terdapat genk-genk atau membeda- bedakan satu sama lain dalam bergaul, meskipun berbeda keyakinan mereka tetap saling menghormati serta mempererat rasa persaudaraan dan persahabatan di antara mereka. Hal tersebut mereka lakukan sebagai wujud pengamalan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru agama pada materi menghargai orang lain serta menanam jiwa demokratis dalam berbagai aspek.

B. Pembahasan Hasil Penelitian