78
”Menurut saya sangat bagus guru agama menerapakan pembelajaran demokraits, bahkan kalau bisa setiap mata pelajaran
menerapkan pembelajaran demokratis jadi tidak hanya mata pelajaran agama saja yang menerapakan pembelajaran seperti itu pembelajaran
demokratis. Karena dengan pembelajaran demokratis siswa lebih terbuka untuk mengeluarkan pendapatnya, mempunyai pandangan yang berbeda
tetapi tetap satu tujuan, anak-anak lebih aktif dan kreatif untuk mencari jawaban yang sebenarnya juga dapat menambah wawasan semakin luas
karena pengetahuan tidak hanya dari guru agama saja melainkan dari teman-teman yang mengungkapkan pendapatnya.”
4
Dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran demokratis siswa dapat terpacu untuk turut andil dalam pembelajaran agama, tidak hanya
guru agama saja yang memberikan pengetahuan melainkan siswa juga dapat memberikan pandangan yang lain akan pengetahuannya namun tetap
masih dalam lingkup materi yang diberikan.
2. Sikap BapakIbu Guru dalam Proses Pembelajaran Demokratis di
SMA N 29 Jakarta
Untuk menunjang pembelajaran demokratis berjalan dengan efektif, guru agama juga melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara mengganti metode jika menurut siswa metode yang digunakan menyebabkan siswa mengantuk dan tidak memahami materi
yang telah diberikan oleh guru. Ternyata memang metode adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam belajar pada saat
kegiatan belajar berlangsung. Oleh karena itu, untuk menarik minat siswa terhadap materi
pelajaran agama Islam, guru agama menggunakan beberapa metode diantaranya adalah kerja kelompok, diskusi, tanya jawab, dan ceramah.
Tetapi metode yang paling terlihat dengan jelas untuk menarik minat siswa adalah metode kerja kelompok, diskusi, tanya jawab, karena dengan
metode ini guru dapat melihat berkembangnya pola pikir mereka terhadap
4
Siswa kelas XI jurusan IPA IPS, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 16 – 22 Februari 2010.
79
suatu permasalahan pada materi yang sedang dibahas. Hal tersebut diakui oleh guru agama :
”Untuk menunjang pembelajaran supaya lebih hidup dan terarah terutama malalui pembelajaran demokratis, saya menggunakan
beberapa metode untuk membangkitakan semangat siswa ketika belajar agama, dan hasilnya pun cukup optimal ketika pembelajaran berlangsung
walau anak-anak masih kurang displin karena metode ini belum diterapkan secara utuh baru materi-materi yang sekiranya menarik untuk
bisa menerapkan metode seperti ini. Di antara metode-metode yang saya gunakan seperti metode kerja kelompok, diskusi, tanya jawa, serta
sebagian metode PAKEM, siswa dapat mengembangkan rasa keingintahuan mereka terhadap materi, menambah rasa percaya diri
siswa pada saat berdiskusi, Selain itu dapat mengembangkan pola pikir mereka terhadap materi pada saat tanya jawab, sementara metode
ceramah sedikit demi sedikit mulai dihindarkan, supaya anak tidak bergantung pada gurunya saja dan merasa jenuh.”
5
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu mengembangkan metode-metode yang menarik untuk memberikan materi
bahan ajar yang dipelajari. Dengan menggunakan beberapa metode seperti kerja kelompok, diskusi, tanya jawab siswa lebih termotivasi dalam
mengembangkan gagasan, tukar fikiran pada saat diskusi, dan tanya jawab dengan kelompoknya. Selain itu agar mereka percaya diri dalam belajar
dan mampu berbicara dengan kelompok yang lain. Sehingga pembelajaran tidak hanya gurunya saja yang menyampaikan materi seperti layaknya
metode ceramah yang mungkin dapat membuat siswa jenuh dan mengantuk saat menerima pelajaran, karena hanya guru saja yang berperan
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga peneliti menanyakan tentang metode yang
menunjang terhadap pembelajaran demokratis kepada siswa, dan penuturan siswa mengenai metode-metode yang diterapkan dalam
pembelajaran demokratis pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah:
”Selama pembelajaran agama dikelas berlangsung metode yang paling menarik dan seru yaitu metode kerja kelompok, diskusi, dan tanya
jawab namun ada juga metode simulasi dengan mempraktikan teori-teori
5
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
80
yang dipelajari sehingga mudah mengerti dan faham. Teman-teman juga terlihat antusias ketika guru agama menerapkan metode seperti itu kerja
kelompok, diskusi, tanya jawab,karena bisa berfikir dengan bebas tidak hanya diam saja, lebih berani berbicara untuk mengungkapkan pendapat
dan ada tantangannya sehingga wawasan kita semakin luas.”
6
Dari penuturan tersebut terlihat bahwa menurut siswa metode- metode yang diterapkan untuk menunjang pembelajaran demokratis pada
mata pelajaran pendidikan agama islam yang paling mereka minati adalah kerja kelompok, diskusi, dan tanya jawab, karena dengan metode tersebut
siswa lebih tertantang dan berani mengungkapkan pendapatnya sehingga wawasannya akan semakin luas.
Mengapa guru agama Pendidikan agama Islam lebih sering menggunakan 3 metode yakni metode kerja kelompok, diskusi, dan tanya
jawab. Alasannya karena dengan menggunakan metode tersebut guru agama sudah dapat menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai kompetensi
yang diharapkan yakni siswa lebih aktif dan tidak terfokus pada guru semata, karena pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa
lebih tertarik untuk mempelajarinya. Metode lain yang menunjang seperti : ceramah, pembiasaan, pemberian ganjaran dan hukuman. Hal tersebut
diakui oleh guru agama: ”Saya selalu melihat kondisi psikologis siswa ketika
mengajarkan pelajaran agama kepada anak, memang selain dari metode kerja kelompok, diskusi serta tanya jawab, ada beberapa metode yang
saya terapkan yakni metode ceramah, pembiasaan, pemberian ganjaran dan hukuman serta metode drill, sehingga pembelajaran dikelas lebih
variatif.”
7
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberikan variasi metode belajar untuk menyesuaikan dengan kondisi
siswanya. Terlihat ketika disela-sela pembelajaran anak-anak terlihat loyo maka guru agama memberikan game atau suasana yang sedikit humoris
sehingga anak-anak bisa fresh dan terkendali dalam belajarnya.
6
Siswa kelas XI jurusan IPA IPS, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 16 – 22 Februari 2010.
7
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
81
Selain itu juga peneliti menanyakan tentang metode kerja kelompok yang diterapkan oleh guru agama, dan penuturan siswa
mengenai metode kerja kelompk pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah:
”Menurut saya metode kerja kelompok membuat belajar lebih mudah dan karena dalam satu kelompok biasanya terdapat teman yang
pintar sehingga permasalahan dapat dipecahkan bersama dengan saling tukar pikiran satu sama lain, yang tidak tahu menjadi tahu juga tidak
canggung atau malu untuk bertanya kepada teman-teman yang lain.”
8
Dari penuturan tersebut terlihat bahwa siswa juga merasakan adanya keakraban dengan siswa yang lain, kebersamaan serta tidak merasa
diacuhkan dalam menerima materi pelajaran, karena biasanya siswa yang jarang aktif bicara malu untuk bertanya langsung kepada guru, maka
dengan kerja kelompok siswa dapat bertanya terlebih dahulu kepada teman-temannya kemudian pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Selain itu juga guru agama menerapakan metode diskusi dengan tujuan supaya siswa dapat berfikir atau bisa mengemukakan pendapatnya
sendiri mengenai persoalaj-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau satu cara saja tetapi memerlukan
wawasan yang mampu mencari jalan terbaik. Hal ini diakui oleh guru agama :
”Dengan menggunakan metode diskusi saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah dan
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah, dari beberapa jawaban
yang ada akan mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita.”
9
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama dengan menerapkan metode diskusi supaya siswa lebih kritis dan menumbuhkan
sikap transparan serta toleran bagi teman-teman yang lain, sehingga akan terbiasa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
8
Siswa kelas XI jurusan IPA IPS, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 16 – 22 Februari 2010.
9
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
82
pendapat. Kemudian untuk mencari berbagai masukan dalam memutuskan permasalahan.
Peneliti juga menanyakan tentang metode diskusi yang diterapkan oleh guru agama, dan penuturan siswa mengenai metode
diskusi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah: ”Metode diskusi sangat menyenangkan sekali karena bisa
menghilangkan rasa penasaran saya, juga dapat membangkitkan rasa keingintahuan saya secara mendalam dari berbagai masukan atau
tanggapan teman-teman.”
10
Dari penuturan tersebut bahwasanya siswa merasa terangsang fikirannya untuk terus mencari jawaban dan kebenaran yang sebenarnya
dengan wawasan yang mereka miliki. Contoh ketika diskusi membahas masalah perbuatan tercela serta contoh-contohnya terlihat siswa yang satu
dengan siswa yang lain begitu giat memberikan masukan dan jawaban akan pengetahuan yang mereka miliki, sampai-sampai ada perdebatan
karena mempunyai alasan-alasan yang kuat dan masuk akal. Guru agama juga menerapkan metode tanya jawab dengan tujuan
siswa dapat mengajukan pertanyaan baik kepada kelompok lain maupun dengan gurunya sendiri, dalam menggunakan tanya jawab juga selalu
memperhatikan prinsip-prinsip keserasian, integrasi, kebebasan serta individual. Hal ini diakui oleh guru agama :
”Saya selalu menerapkan metode tanya jawab dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kagiatan pembelajaran berlangsung
maupun di akhir pembelajaran, karena untuk mengevaluasi siswa sudah paham atau belum dengan materi yang diberikan, selain itu juga untuk
memusatkan perhatian siswa seandainya konsentrasi siswa sudah melemah, serta untuk mengembangkan daya ingatan siswa akan
keberanian dan ketrampilan dalam mengemukakan pendapat.”
11
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama dengan menerapkan metode tanya jawab siswa lebih fokus terhadap materi
pembelajaran sehingga konsentrasinya tidak melemah karena daya fikirnya terus dikembangkan untuk mengemukakan pendapatnya melalui daya
10
Siswa kelas XI jurusan IPA IPS, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 16 – 22 Februari 2010.
11
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
83
ingat siswa. Contohnya ketika peneliti mengikuti pembelajarn PAI di kelas kelompok yang satu dengan kelompok yang lain saling berdebat dengan
tanya jawab mengenai permasalahan menghindari sifat tercela dan contohnya-contohnya, siswa ada yang menyanggah adapula yang
menanyakan maksud dari tanggapan kelompok lain, atau ketika di akhir pembelajaran guru dengan siswa saling tanya jawab dengan materi yang
dibahasnya. Peneliti juga menanyakan tentang metode tanya jawab yang
diterapkan oleh guru agama, dan penuturan siswa mengenai metode tanya jawab pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah:
”Menurut saya metode tanya jawab sangat menarik perhatian siswa karena terjalinnya interaksi antara siswa dengan siswa, maupun
siswa dengan guru agama untuk saling bertanya atau menyanggah, dan guru agama juga sering menerapkan tanya jawab kepada anak-anak, dan
teman-teman berebut untuk bertanya atau menjawab karena ada rasa penasaran yang ingin diketahui jadi bertanya, selain itu juga dalam
berbicara lebih berani dan teratur tata bahasanya.”
12
Dari penuturan tersebut dapat disimpulkan guru agama juga sering mengadakan tanya jawab dengan siswa sehingga menjadikan situasi
kelas akan hidup dan hangat karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya melalui pendapatnya.
Dengan menggunakan metode-metode tersebut kegiatan pembelajaran dikelas pun berjalan dengan baik dan lancar, walau kadang
terlihat ramai, kurang teratur, terkadang juga ada yang mainan HP, makan serta tiduran ketika pembelajaran berlangsung, namun guru agama bisa
mengendalikan dan mengontrol dengan baik siswa yang seperti itu. Hal ini diakui oleh guru agama :
”Ketika pembelajarn agama sedang berlangsung memang ada beberapa anak yang tidak disiplin atau tidak teratur keadaannya, maka
dari itu saya langsung menegur atau mendekati siswa tersebut untuk mengontrol dan memeperhatikan agar mereka ikut serta dan aktif
bersama teman-teman mereka, dan saya juga ikut serta bersama-sama
12
Siswa kelas XI jurusan IPA IPS, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 16 – 22 Februari 2010.
84
dengan siswa untuk belajar sekaligus untuk mengarahkan dan menjelaskan kepada siswa.”
13
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama ketika pembelajaran sedang berlangsung ikut serta bersama anak-anak kemudian
guru agama selalu mengontrol dan memperhatikan juga mengarahkan dan menjelaskan peran siswa ke arah yang lebih baik, karena kalau dibiarkan
pembelajaran akan berantakan dan tidak terkontrol dengan tujuan pembelajaran.
Anak-anak pun terlihat tenang ketika pembelajaran berlangsung terutama pada siswa jurusan IPA, setelah guru agama menyampaikan
materi bahan ajar, mereka dengan serius memperhatikan pada materi yang disampaikan, mereka dapat dengan mudah menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, dan didiskusi dengan baik dan tertib. Berbeda dengan kelas jurusan IPS, keharmonisan dan suasana
belajar kurang kondusif dan kurang teratur. Pada awal pelajaran keadaan kelas cukup kondusif tetapi setelah beberapa menit mereka dalam
beberapa kali pertemuan peneliti menemukan perubahan yang cukup besar. Suasana kelas yang semula tertib berubah menjadi tidak tertib dan
berisik. Hal tersebut dapat dinilai bahwa siswa yang jurusan IPS memang kurang disiplin jika dibandingkan dengan siswa jurusan IPA. Hal ini
diakui oleh guru agama : ”Memang sangat terasa ketika mengajar di kelas IPS dan IPA,
ada sedikit perbedaan dalam menerima materi, anak-anak IPS sedikit kurang berminat dibandingkan anak-anak IPA, namun bukan berarti
merendahkan anak-anak IPS, karena mungkin sudah karakternya seperti itu tidak bisa disamakan dengan anak-anak IPA dalam berbagai hal
terutama belajarnya, namun terlepas dari semua itu anak-anak IPS juga masih menjunjung nilai-nilai demokratisnya melalui sikap saling
menghargai, menghormati dan toleransi yang saya rasakan.”
14
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwasanya guru agama sangat merasakan adanya perbedaan minat belajar dalam diri anak-anak IPS dan
IPA, namun guru agama tidak menyerah begitu saja untuk tidak
13
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
14
Bapak Rahmat, Wawancara, SMA N 29 Jakarta, 18 Februari 2010
85
membeda-bedakan dalam memberikan materi bahan ajarnya. Guru agama memberikan materi sama semua menyeluruh antara anak jurusan IPS dan
IPA. Guru agama sangat sabar ketika menghadapi anak-anak yang agak bandel. Semua ini terlihat ketika peneliti mengikuti pelajaran agama Islam
di kelas IPA dan IPS.
3. Sikap Siswa SMA N 29 Jakarta dalam Proses Pembelajaran