Pemilihan Aditif METODOLOGI PENELITIAN

d. Pemilihan Co-Surfaktan

Pemilihan co-surfaktan dilakukan terhadap 14 jenis surfaktan komersial yang tersedia di pasaran, yaitu alkyl polyglicoside C 12 , alkyl polyglicoside C 8 , C 10 alkoxylated 7, dietanolamida, alcohol ethoxylate 7 EO, sodium dodecyl benzene sulfonate 25, sodium dodecyl benzene sulfonate 65, dodecyl benzene sulfonic acid, nonyl phenol ethoxylate 9 EO, nonyl phenol ethoxylate 10 EO, alkyl benzyl dimethyl ammonium chloride , secondary C 12-14 , 7 ethoxylated, secondary C 12-14 , 7 ethoxylated, dan alkyl polyglicoside C 12-16 . Surfaktan komersial yang dipilih adalah yang menghasilkan nilai tegangan antarmuka terendah pada pengukuran menggunakan air formasi dari lapangan minyak. Pengujian nilai tegangan antarmuka larutan surfaktan komersial 0,3 pada air formasi dilakukan dua kali.

7. Uji kinerja surfaktan MES untuk Aplikasi pada EOR

Pengujian dilakukan meliputi kompatibilitas, kelakuan fasa, thermal stability , filtrasi, adsorpsi dan uji core. Prosedur analisis kinerja formula surfaktan berbasis MES disajikan pada Lampiran 5. • Uji kompatibilitas dilakukan untuk melihat kesesuaian surfaktan dengan air formasi dan air injeksi. Pengujian dilakukan dengan membuat larutan surfaktan dengan air formasi dan air injeksi. Kesesuaian diindikasikan dengan tidak terbentuknya endapan dalam larutan surfaktan. • Uji kelakuan fasa dilakukan pada suhu reservoir tempat dimana air formasi yang digunakan berasal yaitu 112 o C. Pengamatan dilakukan secara periodik selama waktu tertentu. • Uji thermal stability dilakukan selama waktu tertentu pada suhu reservoir tempat dimana air formasi yang digunakan berasal yaitu 112 o C, dan suhu 70 o C sebagai pembanding. Pengamatan nilai tegangan antarmuka dilakukan secara periodik untuk melihat kecenderungan perubahan nilai tegangan antarmuka yang terjadi selama pemanasan pada suhu reservoir berlangsung. • Uji filtrasi dilakukan menggunakan beberapa ukuran media pori 500 mesh, 20-25 µm, 0,45 µm dan 0,22 µm dengan volume larutan surfaktan dan air formasi masing-masing 300 ml, dan dilakukan plot volume vs waktu. • Uji adsorpsi dilakukan dengan melarutkan 15 g batuan core yang sudah dihancurkan dalam 8 ml larutan surfaktan, atau hingga seluruh batuan core terbenam dalam larutan surfaktan, lalu diukur nilai absorbansi sebelum dan sesudahnya. • Uji core dilakukan dengan melewatkan 250 ml larutan surfaktan melewati core yang sudah dijenuhkan air dan minyak bumi pada suhu reservoir 112 o C, dan dihitung volume minyak yang berhasil didesak dari core oleh larutan surfaktan. Core yang digunakan berupa core sintetik dan native core . Pengujian juga dilakukan dengan menginjeksikan larutan surfaktan pada aliran berbeda. Beberapa peralatan dan intrumen analisis yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 6.