memberikan kinerja terbaik untuk diaplikasikan pada industri perminyakan. Formula yang dihasilkan akan diujicobakan pada fluida formasi dan core standar
skala laboratorium untuk melihat kinerja formula surfaktan ini pada skala laboratorium sebelum dikembangkan lebih lanjut untuk aplikasi pada skala pilot
dan lapangan. Dalam praktek di lapangan, jenis minyak yang ada di reservoir tidak mudah diubah karakteristiknya, demikian juga kondisi reservoirnya
berbeda-beda antara satu lapangan dengan lapangan yang lain, sehingga yang dapat dilakukan adalah mendapatkan jenis surfaktan yang sesuai untuk jenis
minyak dan kondisi reservoir tertentu. Seringkali terjadi kegagalan dalam injeksi surfaktan karena tidak mengetahui jenis surfaktan yang sesuai dalam mengurangi
tegangan antarmuka sehingga tidak mampu menarik minyak dari pori-pori, bahkan dapat menyebabkan rusaknya reservoir. Untuk itu perlu dicari kombinasi
formula yang sesuai dengan mempertimbangkan faktor besaran tegangan antarmuka, densitas, viskositas, ketahanan pada salinitas, dan kompatibiliti
terhadap fluida formasi dan core standar agar diperoleh formula surfaktan MES terbaik yang dapat memberikan laju peningkatan recovery minyak terbesar pada
proses injeksi skala laboratorium.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan surfaktan MES dan formula surfaktan berbasis MES dari olein sawit untuk aplikasi pada proses peningkatan
perolehan minyak bumi menggunakan fluida dari formasi karbonat.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Kajian proses produksi surfaktan metil ester sulfonat berbasis olein sawit menggunakan reaktor Singletube Film Sulfonation Reactor STFR.
2. Formulasi surfaktan MES meliputi penentuan konsentrasi surfaktan MES,
penentuan salinitas optimum, pemilihan aditif dan co-surfaktan. 3.
Uji kinerja formula surfaktan berbasis MES meliputi uji kompatibilitas, kelakuan fasa, ketahanan panas, filtrasi, adsorpsi dan uji core flooding skala
laboratorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Sawit
Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu minyak yang berasal dari sabut mesokarp dan minyak yang
berasal dari intibiji kernel. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari sabut dikenal dengan crude palm oil CPO dan dari biji disebut minyak inti sawit atau
palm kernel oil PKO. Neraca massa pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Neraca massa pengolahan kelapa sawit CPO diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah
mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Minyak ini merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar
30 dari nilai tandan buah segar. Komponen asam lemak dominan pada CPO adalah asam palmitat dan oleat. Palm Kernel Oil PKO diperoleh dari bagian
kernel buah kelapa sawit dengan cara pengepresan. Komponen asam lemak dominan penyusun PKO adalah asam laurat, miristat dan oleat. Minyak inti sawit
Tandan Buah Segar TBS 100
Brondolan 66,05
Tandan Kosong + Air 33,95
Mesocarp 53,67
Nut 12,38
Kernel 5,7
Cangkang 6,68
CPO 24,32
Air 20,37
Fiber 8,98
Olein 18,97
Stearin 4,37
PFAD 0,98
PKO 2,45
Cake 2,55
PKO memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan minyak sawit CPO. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam laurat yang sangat tinggi dengan titik
leleh yang tinggi, sedangkan minyak sawit didominasi oleh asam palmitat dengan kisaran antara titik leleh dengan titik lunak softening point yang sangat jauh
O’Brien, 2000. Pemisahan asam lemak penyusun trigliserida pada minyak sawit dapat
dilakukan dengan menggunakan proses fraksinasi. Secara umum proses fraksinasi minyak sawit dapat menghasilkan 73 olein, 21 stearin, 5 Palm Fatty Acid
Distillate PFAD, dan 0,5 limbah. Komposisi asam lemak beberapa produk
sawit disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi asam lemak beberapa produk sawit
Jenis Bahan Asam Lemak
CPO
a
PKO
b
Olein
c
Stearin
c
PFAD
d
Laurat C
12:0
1,2 40 – 52
0,1 – 0,5 0,1 – 0,6
0,1 – 0,3 Miristat C
14:0
0,5 – 5,9 14 – 18
0,9 – 1,4 1,1 – 1,9
0,9 – 1,5 Palmitat C
16:0
32 – 59 7 – 9
37,9 – 41,7 47,2 – 73,8
42,9 - 51,0 Palmitoleat C
16:1
0,6 0,1 – 1
0,1 – 0,4 0,05 – 0,2
- Stearat C
18:0
1,5 – 8 1 – 3
4,0 – 4,8 4,4 – 5,6
4,1 – 4,9 Oleat C
18:1
27 – 52 11 – 19
40,7 – 43,9 15,6 – 37,0
32,8-39,8 Linoleat C
18:2
5,0 – 14 0,5 – 2
10,4 – 13,4 3,2 – 9,8
8,6-11,3 Linolenat C
18:3
1,5 0,1 – 0,6
0,1 – 0,6 Arakhidat C
20:0
0,2 – 0,5 0,1 – 0,6
Sumber :
a
Godin dan Spensley 1971 dalam Salunkhe et al. 1992.
b
Swern 1979.
c
Basiron 1996. d Hui 1996.
2.2. Proses Transesterifikasi
Metil ester dihasilkan melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi trigliserida. Transesterifikasi berfungsi untuk menggantikan gugus alkohol
gliserol dengan alkohol sederhana seperti metanol atau etanol. Umumnya katalis yang digunakan adalah sodium metilat, NaOH atau KOH. Molekul TG pada
dasarnya merupakan triester dari gliserol dan tiga asam lemak. Transformasi kimia lemak menjadi biodiesel melibatkan transesterifikasi spesies gliserida
dengan alkohol membentuk alkil ester. Diantara alkohol yang mungkin digunakan, metanol lebih disukai karena berharga lebih murah Lotero et al.,