Surfaktan MES TINJAUAN PUSTAKA
MES berupa ME C
16
sebagai komponen terbesar, yang dihasilkan sebagai by product
produksi biodiesel Ahmad et al., 2007. Menurut Mazzanti 2008, beberapa pemain besar dalam industri deterjen telah mengadopsi MES, dengan
pertimbangan bahwa : a.
Peningkatan jumlah pabrik biodiesel di Asia Tenggara akan membuat ketersediaan fraksi ME C
16
dalam jumlah besar di masa depan sebagai bahan baku untuk memproduksi MES dengan harga kompetitif makin meningkat,
meskipun terjadi fluktuasi harga yang sangat tajam dari minyak sawit. Hal ini mengingat bahan baku MES yang digunakan merupakan hasil samping dari
pabrik biodiesel tersebut. b.
Peningkatan harga minyak bumi yang terus terjadi merefleksikan peningkatan harga bahan baku berbasis minyak bumi misalnya harga LAB, yang
membuat penggunaan MES menjadi semakin menarik secara ekonomi. c.
Perkembangan teknologi yang dicapai pada proses MES menjadi bentuk bubuk yang sesuai untuk produk deterjen telah mendorong peningkatan
kualitas MES, keamanan proses produksi, dan pengurangan biaya proses produksinya. Untuk alasan ini, instalasi pabrik produksi MES telah dilakukan
oleh Desmet Ballestra di Asia Tenggara dan Amerika Utara dengan kapasitas keseluruhan mencapai 150.000 tontahun MES kering. Pabrik ini mulai
berproduksi skala industri pada akhir tahun 2008. Menurut Matheson 1996, MES memperlihatkan karakteristik dispersi
yang baik, sifat detergensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan yang tinggi hard water dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C
14
, C
16
dan C
18
memberikan tingkat detergensi terbaik, serta bersifat mudah didegradasi good biodegradability
. Dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES menunjukkan beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi yang lebih
rendah daya deterjensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat mempertahankan aktivitas enzim yang lebih baik, toleransi yang lebih baik
terhadap keberadaan kalsium, dan kandungan garam disalt lebih rendah. Menurut Swern 1979, panjang molekul sangat kritis untuk keseimbangan
kebutuhan gugus hidrofilik dan lipofilik. Apabila rantai hidrofobik terlalu panjang, akan terjadi ketidakseimbangan dimana terlalu besarnya afinitas untuk
gugus minyak atau lemak atau terlalu kecilnya afinitas untuk gugus air, yang mengakibatkan keterbatasan kelarutan di dalam air. Demikian juga sebaliknya,
apabila rantai hidrofobiknya terlalu pendek, komponen tidak akan terlalu bersifat aktif permukaan surface active karena ketidakcukupan gugus hidrofobik dan
akan memiliki keterbatasan kelarutan dalam minyak. Pada umumnya panjang rantai terbaik untuk surfaktan adalah asam lemak dengan 10-18 atom karbon.
MES dari minyak nabati yang mengandung atom karbon C
10
, C
12
dan C
14
biasa digunakan untuk light duty dishwashing detergent, sedangkan MES dari minyak
nabati dengan atom karbon C
16-18
dan tallow biasa digunakan untuk deterjen bubuk dan deterjen cair liquid laundry detergent. Pada suhu di bawah suhu
pencucian, MES C
16
memperlihatkan daya detergensi terbaik, kemudian diikuti oleh C
18
dan C
14
Watkins, 2001. Produksi MES skala pilot yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
menggunakan kualitas bahan baku yang beragam. Procter and Gamble PG menggunakan ME C
12-14
, Henkel dan Chengdu Nymph menggunakan ME C
16-18
dan Emery menggunakan methyl tallowate MacArthur et al., 2002. Pada Tabel 4 disajikan perbandingan kualitas bahan baku metil ester yang digunakan untuk
memproduksi MES. Surfaktan MES tersebut diproduksi oleh PG, Henkel dan Chengdu dengan tujuan untuk diaplikasikan pada proses produksi deterjen.