Kandungan Bahan Aktif Pengukuran Tegangan Antarmuka Minyak-Air Injeksi

menunjukkan bahwa perlakuan pH sebagai anak petak dan udara kering sebagai petak utama berpengaruh nyata terhadap kandungan bahan aktif surfaktan MES yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan pada pH menunjukkan bahwa taraf pH 6 tidak berbeda nyata dengan pH 7 namun berbeda nyata dengan pH 8, sedangkan pH 7 dan 8 tidak berbeda nyata. Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan pada udara kering menunjukkan bahwa masing-masing taraf 0, 1,8 dan 3,6 kgjam saling berbeda nyata terhadap kandungan bahan aktif surfaktan MES pada tingkat kepercayaan 95. Sidik ragam dan uji lanjut hasil analisa kandungan bahan aktif MES disajikan pada Lampiran 13. Bahan aktif tertinggi dimiliki oleh sampel surfaktan MES dengan kombinasi udara kering 3,6 kgjam dan pH 8, sementara bahan aktif terendah dimiliki oleh sampel surfaktan MES dengan kombinasi udara kering 0 kgjam dan pH 6. Histogram kandungan bahan aktif surfaktan MES dari perlakuan laju udara kering dan pH disajikan pada Gambar 21. Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa pada berbagai nilai pH penambahan konsentrasi udara kering menyebabkan kecenderungan terjadinya peningkatan kandungan bahan aktif pada sampel surfaktan MES. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 6 7 8 pH K a nd unga n B a h a n A k ti f 0 kgjam 1,8 kgjam 3,6 kgjam Gambar 21. Kandungan bahan aktif surfaktan MES dari perlakuan laju udara kering dan pH Pengaruh penambahan udara kering terhadap kandungan bahan aktif memiliki kesamaan dengan pengaruh penambahan udara kering terhadap bilangan iod. Dimana semakin meningkat udara kering yang ditambahkan menyebabkan kandungan bahan aktif pada sampel surfaktan juga mengalami peningkatan. Tanpa penambahan udara kering, konsentrasi reaktan gas SO 3 yang masuk ke reaktor sulfonasi menjadi lebih pekat dibanding adanya penambahan udara kering. Akibat konsentrasi gas SO 3 yang lebih pekat, terjadi kelebihan SO 3 dari kondisi rasio mol ideal antara gas SO 3 dan metil ester yang memicu terbentuknya produk turunan kompleks yang tidak bermuatan yaitu tidak mengikat SO 3 - pada molekulnya. Produk turunan kompleks yang terbentuk menyebabkan kemungkinan terbentuknya gugus sulfonat menjadi lebih rendah. Kondisi ini menyebabkan surfaktan kationik yang diperlukan untuk menetralkan muatan negatif pada sampel MES saat pengukuran bahan aktif menjadi lebih rendah sehingga kandungan bahan aktif sampel MES yang terukur menjadi lebih rendah. Sebaliknya dengan penambahan udara kering, konsentrasi gas SO 3 yang berlebih diencerkan hingga diduga mendekati perbandingan ideal rasio mol sehingga kemungkinan terikatnya SO 3 pada C α semakin besar. Dengan semakin besarnya SO 3 yang terikat menyebabkan muatan sampel menjadi lebih negatif, karenanya diperlukan surfaktan kationik yang lebih banyak pula untuk menetralkan muatannya, akibatnya kandungan bahan aktif yang terukur juga lebih tinggi.

4.4.4. Kestabilan Emulsi

Emulsi terbentuk ketika suatu cairan yang tidak saling melarut immiscible terpecah menjadi tetesan droplet dan terdispersi ke cairan immiscible lainnya dengan bantuan surfaktan Hasenhuettl, 2000; Riman, 1992. Menurut Williams dan Simons 1992 penambahan emulsifier ke suatu sistem koloid bertujuan untuk mempertinggi kestabilan dispersi fasa-fasa dengan cara mengurangi tegangan antar permukaan dan meningkatkan stabilitas produk terdispersi emulsi lebih lama. Emulsifier membentuk lapisan tipis yang akan menyelimuti partikel-partikel teremulsi dan mencegah partikel tersebut bergabung dengan partikel sejenisnya. Walaupun demikian, suatu sistem emulsi memiliki kecenderungan untuk saling memisah. Hal ini disebabkan karena fasa terdispersi dan pendispersinya merupakan bahan-bahan yang saling tidak melarut akibat adanya perbedaan polaritas. Pengukuran kestabilan emulsi memberikan kisaran 0,8 hingga 18,2 persen. Rekapitulasi hasil analisis kestabilan emulsi MES hasil perbaikan proses produksi disajikan pada Lampiran 12. Hasil sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan pH sebagai anak petak dan udara kering sebagai petak utama tidak berpengaruh nyata terhadap kemampuan surfaktan MES dalam menstabilkan emulsi pada tingkat kepercayaan 95. Sidik ragam dan uji lanjut hasil analisa kestabilan emulsi MES disajikan pada Lampiran 13. Berdasarkan hasil pengujian kestabilan emulsi, dapat disimpulkan bawah surfaktan MES yang dihasilkan bersifat sebagai pengemulsi dengan kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka antara fluida formasi reservoir yang cukup baik hingga pada kisaran 10 -2 – 10 -3 dynecm. Penurunan nilai tegangan antarmuka yang sangat berarti ini menunjukkan kemampuan surfaktan MES untuk mengemulsi fluida cukup baik.

4.4.5. Viskositas

Hasil analisis viskositas sampel surfaktan MES dengan kombinasi perlakuan udara kering dan pH memberikan kisaran nilai 22,95 hingga 139,2 cP. Rekapitulasi hasil analisis viskositas MES hasil perbaikan proses produksi disajikan pada Lampiran 12. Hasil sidik ragam pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan pH sebagai anak petak tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas surfaktan MES, sedangkan udara kering sebagai petak utama berpengaruh nyata terhadap viskositas surfaktan MES. Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan pada pH menunjukkan bahwa taraf pH 6 berbeda nyata dengan taraf pH 8, namun masing-masingnya tidak berbeda nyata dengan taraf pH 7. Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan pada udara kering menunjukkan bahwa setiap taraf udara kering berbeda nyata terhadap viskositas surfaktan MES pada tingkat kepercayaan 95. Sidik ragam dan uji lanjut hasil analisa viskositas MES disajikan pada Lampiran 13. Viskositas sampel surfaktan MES terendah dimiliki pada kombinasi udara kering 3,6 kgjam dan pH 6, sementara viskositas tertinggi pada kombinasi udara kering 0 kgjam dan pH 8. Histogram viskositas surfaktan MES dari perlakuan laju udara kering dan pH disajikan pada Gambar 22. Berdasarkan Gambar 22