Konsep Pentas Teater Konsep Pergelaran Teater

385 Seni Budaya Sumber: lorongteatersubang.blogspot.com201212 Gambar 15.1 Panggung Arena Untuk menjelaskan konsep rias dan busana kepada siswa, sebaiknya guru bekerja sama dengan guru seni rupa. Namun jika merasa menguasai, itu lebih baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahamkan kepada siswa dalam praktik tata rias meliputi: bahan atau zat pewarna yang dipergunakan agar tidak merusak kulit muka, teknik memoles, dan teknik memberikan aksentuasi untuk menghasilkan kesan karakter yang diharapkan. Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya adalah rias karakter tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias selain memperkuat perwatakah tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain. Bahannya dapat menggunakan alat-alat kosmetik, dapat juga menggunakan bahan alami sepanjang tidak berdampak buruk pada wajah dan anggota tubuh lainnya. Konsepnya dapat realis sesuai dengan kenyataan, misalnya tokoh raja dirias seperti raja aslinya, tetapi akan kesulitan mencari rujukannya. Konsep rias dapat juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi penata walaupun sulit dipahami oleh akal. Dapat juga metaforis misalnya tokoh seorang koruptor dirias seperti tikus dan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak terbatas, bebas, asal dapat dipertanggung jawabkan secara artistik dan penonton mendapat pengalaman baru.

2. Konsep Tata Rias

386 Kelas XII SMA MA SMK MAK Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahamkan kepada siswa dalam praktik desain busana meliputi: teknik membuat pola, teknik memotong, dan teknik menjahit. Agar tidak hambur bahan, konsep rias dibuat berupa sketsa di atas kertas. Begitu juga desain busana, polanya dibuat dengan menggunakan kertas. Setelah dianggap cocok dengan ide, baru menggunakan bahan yang sebenarnya. Proses perwujudan konsep rias dan busana sangat membutuhkan referensi dan orientasi. Guru menghimbau para siswa untuk mengamati dan mempelajari konsep-konsep itu baik melalui buku-buku, gambar-gambar, atau observasi langsung ke lapangan. Tidak harus sama persis, namun hanya kesan menyerupai dengan konsep yang sebenarnya. Penata rias dan busana harus cermat dan jeli melihat esensi dari konsep rias dan busana yang dikenakan oleh tokoh yang dimaksudkan. Setelah itu lakukan modiikasi dan stilisasi untuk mendapatkan kekhasan supaya tidak sama dengan karya yang sudah ada. Setiap penggarap boleh menafsirkan berbeda perihal rias dan busana tokoh cerita asal dapat dipertanggung jawabkan secara artistik. Hampir setiap cerita yang popular di masyarakat pernah digarap oleh seniman lain sebelumnya. Penggarap berikutnya harus melihat konsep yang telah mereka gunakan agar tidak berkesan meniru yang sudah ada. Secara tidak sengaja mungkin saja terjadi kemiripan konsep antarpenggarap, namun penggarap berikutnya harus berusaha mencari tahu apa yang sudah orang lain kerjakan demi keutuhan karya. Konsep busana bergantung pada waktu peristiwa cerita kapan terjadi, zaman apa, dan siapa. Jika lakon itu menceritakan zaman purba, maka konsep busananya zaman purba yang minimalis, terbuat dari daun dan kulit pohon. Jika peristiwa terjadi pada zaman kerajaan, maka konsep busanany menggunakan busana raja lengkap dengan atributnya serta pernak-pernik yang gemerlapan. Tidak hanya zaman yang akan memberikan inspirasi konsep busana, tetapi waktu dan peristiwa juga. Waktunya kapan terjadi? Apakah siang atau malam? Kejadiannya dimana? Busana raja yang sedang duduk di singgahsana berbeda dengan busana raja yang sedang berburu di hutan belantara. Kita mengenal pakaian yang digunakan di siang hari dan pakaian yang digunakan dimalam hari. Ada pakaian yang digunakan untuk bekerja, ke pesta, melayat, bahkan pakaian tidur. Upaya yang detail dalam menyikapi konsep busana akan memperlancar komunikasi estetik dengan penonton

3. Konsep Tata Busana