367 Seni Budaya
bagi berbagai pihak baik seniman sebagai pelaku seni utamanya maupun penonton sebagai penikmat karya seni tersebut. Kedua pihak ini akan terjadi
timbal balik positif pula terhadap kelangsungan hidupnya. Timbal balik yang diharapkan adalah positif, yakni sebagai peningkatan atau perbaikan pola
hidupnya. Melalui karya seni yang dipentaskan, diharapkan seniman mampu mendapatkan masukan berharga demi kemajuan profesinya dalam berkarya
tari. Sebaliknya masukan bagi penonton, dapat mengambil nilai dan pesan positif bagi perbaikan pola hidupnya setelah melalui proses perenungan diri
pada saat dan setelah menyaksikan karya seni tari yang dipersembahkan seniman atau koreografer.
Apabila memperhatikan bagan di atas, proses timbal balik atau interaksi dalam karya seni dapat digambarkan seperti bagan tersebut. Karya seni
itu dapat diibaratkan sebagai pesan moral, pesan etika, pesan sosial, pesan kehidupan, dan lain sejenisnya. Sementara di posisi awal, koreografer
adalah si pembuat pesan tersebut. Adapun pesan yang dibuatnya, karena
terinspirasi oleh suatu keadaan emosional sebagai releksi dari kemampuan sensibilitasnya terhadap menanggapi keadaan sekelilingnya. Di posisi lain
terdapat penonton, penikmat seni, pemerhati seni, atau kritikus seni tari yang turut serta membaca, menyimak, merasakan dan merenungkan nilai pesan
yang disampaikan seniman melalui karyanya. Proses interaksi ini yang mampu memicu terjadinya sebuah kegiatan kritik tari. Secara rinci kegiatan kritik tari
memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut.
1. Media informasi bagi publik. 2. Media evaluasi diri bagi seniman dan penonton.
3. Media peningkatan kualitas produk karya tari. 4. Media komunikasi antara seniman, kritikus dan pembaca.
Pesan
Proses Intraksi Komunikasi
Pengirim Pesan
SenimanPenariKoregrafer
Karya Tari
Apresiator Penikmat Seni
Pengirim Pesan
368 Kelas XII SMA MA SMK MAK
3. Tujuan Kritik Tari
Siapapun seniman atau koregrafernya, dalam proses berkarya tari pasti akan mengharapkan adanya tanggapan atau respon dari penikmatnya.
Semakin karya itu dikenal oleh banyak orang, akan semakin terkenal juga sang penciptanya dalam dunia seni. Semakin banyak dipublikasikan karyanya pada
penikmatnya, akan semakin sering pula seniman tersebut mendapat kritikan dan penilaian. Akan tetapi, semakin terbiasa dengan kritikan yang diberikan,
akan semakin meningkat juga kualitas karya yang diciptakannya. Siklus ini menjadi keharusan yang terjadi dalam dunia seni pertunjukan, karena kritikan
dan penilaian dari publik sudah dipastikan tidak dapat dihindarkan.
Ketika seniman sudah terbiasa dan mampu bertahan dengan berbagai kritikan dari publik, dirinya akan semakin mampu membuktikan kualitas
terbaiknya. Oleh karena dari kritikan-kritikan tersebut kreator menjadi lebih tahu akan kelemahan atau kelebihan dari karya yang dibuatnya. Intinya, seorang
kreator seni yang diprediksi akan berhasil adalah seorang seniman yang sudah mempersiapkan dirinya dengan kuat ketika karya yang dipresentasikannya
dikritik oleh publik dengan berbagai makna bahasa kritikan. Karena dalam hal ini, kritik tari memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan laporan ulasan peristiwa pertunjukan. 2. Memberikan penilaian dan tanggapan terhadap karya yang dipentaskan.
3. Memberikan bahan evaluasi dan masukan posistif terhadap karya seniman
tari. 4. Dasar evaluasi guna meningkatkan kualitas karyanya.
5. Memberikan informasi tentang kelebihan dan kelemahan karya yang dibuat seniman.
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa memiliki kompetensi sebagai berikut.
a. Mampu memahami prinsip dasar dalam melakukan kritik tari. b.
Mampu mengindentiikasi masalah tari berdasarkan pendekatan nilai estetika.
c. Mampu mengidentiikasi tari berdasarkan unsur-unsur pendukungnya.
B. Menilai Karya Tari
Tujuan Pembelajaran
Mampu melakukan kritik tari berdasarkan tahapan-tahapan atau prosedur
Muji, 2005, menegaskan bahwa ilsafat keindahan estetika hanya berkaitan
Nilai estetika pada gerak tari, akan sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai kearifan lokal dari masing-masing daerah tempat tarian tersebut berkembang.
369 Seni Budaya
d. Mampu mendeskripsikan tari berdasarkan pendekatan nilai estetika. e.
Mampu melakukan kritik tari berdasarkan tahapan-tahapan atau prosedur dalam proses melakukan kritik tari.
f. Mampu mengomunikasikan kritik tari melalui bahasa tulisan dan lisan.
Kegiatan menilai karya tari tidak akan terlepas dari pendekatan nilai estetika dalam tari. Secara konsepsi keilmuan, nilai estetika dalam seni adalah
suatu ukuran subjektivitas yang hanya berkaitan dengan masalah keindahan dari karya seni tersebut. Hal ini seperti yang ditegaskan Hegel dalam Sutrisno
Muji, 2005, menegaskan bahwa ilsafat keindahan estetika hanya berkaitan dengan keindahan karya seni yang dihasilkan manusia.
Seperti diketahui bersama, media utama dari tari adalah gerak tubuh manusia. Pada persoalan gerak saja akan banyak hal yang akan dibahas pada
saat melakukan kritik tari, seperti kualitas gerak yang ditampilkan penari, kekompakan gerak, keseragaman gerak, harmonisasi gerak, teknik gerak,
makna dan simbolik gerak, dan banyak lagi fokus masalah lainnya.
Nilai estetika pada gerak tari, akan sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai kearifan lokal dari masing-masing daerah tempat tarian tersebut berkembang.
Contoh sederhananya, pada konsep estetika gerak tari tradisional di Jawa Barat yang mengenal adanya ukuran estetika penyajian tari yang dikenal dengan
istilah aspek wiraga, wirahma dan wirasa. Aspek wiraga lebih difokuskan pada kualitas teknik gerak yang dilakukan. Aspek wirahma lebih difokuskan pada
ketepatan rasa musikalitas penari dalam melakukan teknik gerak sesuai dengan pola iringan yang dibawakan. Sementara aspek wirasa lebih difokuskan pada
kemampuan penjiwaan penari dalam membawakan tarian sesuai dengan tema atau karakter tarian yang dibawakan.
Pada kenyataannya, menilai karya tari atau melakukan kritik tari tidak akan hanya terfokus pada pembahasan masalah gerak saja. Akan tetapi, akan
dibahas pula masalah lainnya yang menjadi bagian integral dari penyajian karya tari. Banyak hal yang akan dibahas, diantaranya masalah musik, tata busana,
tata rias, tata pentas, tata lampu, artistik, penyelenggaraan pertunjukan, nilai dan pesan dalam materi pertunjukan tari, serta masalah lainnya yang selalu
berkaitan erat dengan pertunjukan tari.
Informasi Guru