393 Seni Budaya
Guru mengajak para siswa untuk mengunjungi sanggar teater yang sedang memproduksi sebuah karya untuk dipergelarkan.
Para siswa disuruh mengamati jalannya proses dan mendiskusikannya dengan pimpinan sanggar atau sutradara yang dipercaya untuk membuat
garapan. tempat peristiwa tadi, hanya dengan melihat barang-barang yang terdapat
di atas pentas, secara cepat para penonton akan menafsirkan bahwa itu adalah dapur. Adapun perlengkapan yang dibawa atau dipegang oleh aktor
atau aktris, fungsinya untuk menegaskan status atau profesi. Kalau ada seorang pemeran muncul di atas panggung dengan membawa cangkul, para
penonton akan menafsirkan ganda, yaitu petani atau tukang cangkul. Oleh karena itu supaya tegas, tidak terjadi penafsiran ganda di pihak penonton,
maka alat itu harus dimainkan sebagaimana mestinya. Kalau pemain itu memerankan seorang petani, maka biasanya cangkul itu menjadi handprof
yang digunakan petani Indonesia untuk mencangkul. Lain halnya apabila seorang pemain memerankan seorang tukang cangkul, maka dia harus
memperlakukan cangkul sebagai barang dagangan, dengan cara dijajagan atau ditawarkan. Status tokoh selain dipertegas dengan properti juga
biasanya kostum serta rias sudah sangat membantu dalam penampilannya.
Sumber: Dokumen Saung Sastra Lembang Gambar 15.3 Pemain Sedang Memainkan Properti
394 Kelas XII SMA MA SMK MAK
Ada dua hal besar yang harus dipahami para siswa dalam proses produksi teater. Pertama adalah pemahaman tentang konsep artistik meliputi judul
garapan, tema garapan, pendukung garapan, serta media ungkap yang dipergunakan. Apakah berupa dramatari, drama musikal, atau drama biasa
menggunakan dialog verbal. Kedua tentang konsep produksi meliputi: kapan dipergelarkan, dimana akan digelar, siapa penontonnya, siapa sponsornya, dan
berapa harga tiket masuknya.
Setelah siswa memiliki pengalaman empirik melalui obsevasi, guru memberi tugas kepada para siswa untuk membuat kepanitiaan untuk
memproduksi sebuah karya teater.
C. Prosedur Kekaryaan Teater
Secara prosedural karya teater berawal dari seorang penggagas pertama yang biasanya seorang sutradara. Beliau adalah orang pertama
yang terilhami setelah membaca naskah drama. Kadang-kadang sutradara merangkap sebagai penulis naskah, sehingga ide-idenya dituangkan
ke dalam naskahnya termasuk cara memanggungkannya. Ide-ide itu kemudian disampaikan kepada kelompok atau grup dimana dia berada,
untuk mendapatkan respons. Setelah mendaptkan respons positif dari kelompoknya, maka pertemuan dikembangkan menjadi rapat perencanaan
garapan teater. Semua anggota diundang untuk ikut mendukung rencana tersebut sesuai dengan kompetensinya. Setelah sepakat untuk menggarap
pertunjukan teater, dilanjutkan dengan pembagian tugas. Tim dibagi dua menjadi tim artistik dan tim produksi. Tim artistik terdiri atas sutradara,
para calon penata, dan para calon pemain. Tim produksi meliputi produser, sekretaris, bendahara, serta seksi-seksi. Tim artistik melakukan pemilihan
para penata dan pemilihan para pemain, sementara tim produksi membentuk organisasi, mengangkat staf, dan merencanakan proses garapan termasuk
latihan. Dua kubu yang sama-sama mengusung sebuah rencana pergelaran, selamanya harus kompak dan solid agar cita-cita dapat dicapai bersama.
D. Penciptaan Karya Teater
Proses berteater merupakan kegiatan mencipta yang berpijak pada naskah yang digarap. Proses karya cipta dikoordinir oleh sutradara yang
mempunyai gagasan secara utuh. Para penata tugasnya menafsirkan ide sutradara. Selama proses selalu berkonsultasi dengan sutradara. Kemudian
hasil tafsiran itu diwujudkan dalam bentuk karya cipta. Penata pentas mewujudkan karya cipta pentas. Penata busana mewujudkan karyanya
395 Seni Budaya
E. Latihan Teater
Latihan dimulai dari eksplorasi atau pencarian idiom-idiom musik, dialog, artistik pentas, rias, dan busana. Para pemain latihannya diawali
dengan olah tubuh, olah vocal, olah sukma, reading tex, dan blocking. Sampai pada reading tex, latihan dilakukan secara sektoral. Setelah hapal
dialog, latihan digabung dengan musik dan penggunaan properti. Busana untuk latihan menggunakan duplikat kostum yang direncanakan agar pada
waktunya tidak merasa kaku. Menjelang H -7 latihan diusahakan lengkap dengan seluruh unsur pendukungnya. Tempat latihan sebaiknya sudah
di tempat pertunjukan agar dapat orientasi panggung. Jika tidak dapat dilakukan, penata pentas harus membuat duplikat tempat minimal ukuran
panjang kali lebarnya sama dengan tempat yang akan digunakan pergelaran. Menjelang H-3 latihan gladi kotor lengkap dengan seluruh unsurnya
dari awal hingga akhir. Setelah gladi kotor kemudian mengevaluasi atas kekurangan-kekurang andari berbagai hal. Menjelang H-2 melakukan
revisi atau perbaikan dari hasil evaluasi terhadap gladi kotor. Satu hari menjelang pergelaran lakukanlah gladi bersih atau dapat dianggap
pergelaran sebenarnya untuk lingkungan dalam, namun tidak terbuka untuk penonton umum. Setelah gladi bersih kemudian istirahat, konsentrasi
sambil menunggu pergelaran perdana. dalam bentuk desain kostum para pemain. Penata rias menghasilkan
karya cipta desain rias para para tokoh cerita. Penata musik mewujudkan karyanya dalam bentuk musik ilustrasi. Penata cahaya mewujudkan karya
ciptanya dalam bentuk desain pencahayaan. Sementara para pemain tugasnya menciptakan suasana dalam tiap movement, adegan, dan babak,
menciptakan irama permainan, menciptakan dinamika permainan serta menciptakan garis-garis dalam ruang melalui blocking. Selama proses
penciptaan para pemain berada dalam bimbingan dan arahan sutradara.
F. Pergelaran Teater
Pergelaran teater semata-mata merupakan presentasi estetis hasil pencarian dan latihan melalui proses yang sangat panjang. Agar pergelaran
berjalan lancar dan sukses, harus dikelola sedemikian rupa. Semua pihak harus bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing. Koordinasi harus
terus dilakukan agar tetap berada dalam satu spirit, yaitu mensukseskan pergelaran. Semua tugas-tugas yang dilakukan oleh tim harus bersumber