Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menyalurkan dan menerangkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian sekolah merupakan
lembaga sosial yang menjadi wadah pengenalan budaya sehingga mampu mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai nilai budaya yang ada
berkembang dalam masyarakat. b.
Peranan Kritis Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan memilih
dan memilah kebudayaan yang ada. Dalam hal ini, kurikulum mengedepankan pemikiran kritis terhadap kebudayaan masa depan. Nilai-
nilai sosial yang tidak sesuai dengan masa mendatang akan dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.
c. Peranan Evaluatif
Kurikulum berperan dalam menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa depan, yaitu
kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berfikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
2.2.2 Pengembangan Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik 2009: 183 pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas
dan spesifik. Hal ini berarti bahwa suatu rencana kurikulum dikembangkan berdasarkan indikator pencapaian anak yang disesuaikan dengan kemajuan
globalisasi dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Abdullah Idi 2011: 176 menegaskan bahwa pada prinsipnya, pengembangan kurikulum berkisar pada
aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi dengan perkembangan pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan
pada faktor-faktor yang konstan. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran,
proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambar dalam proses pengembangan tersebut.
Menurut Jo Ann Brewer 2007: 106 dalam mengembangkan kurikulum hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah tujuan dari kurikulum itu
sendiri. Dalam penentuan tujuan guru menganalisis cara untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan mendatangkan seseorang ke kelas, melakukan
demonstrasi dan pengalaman, melibatkan anak dalam aktivitas langsung, penyelesaian masalah, membaca dengan keras, melakukan pekerjaan tangan dan
lainnya. Kemudian guru menentukan materi kegiatan dan kemampuan apa yang akan ditingkatkan dari kegiatan tersebut dan memilih kegiatan yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut. Pemilihan materi harus menarik perhatian anak dan mendorong anak untuk melakukan aktifitas tersebut. Jika anak-anak mulai merasa
jenuh dengan kegiatan yang diberikan, maka guru harus memberikan kegiatan yang berbeda tapi masih dalam satu materi yang sama. Brewer 2007:107
mengatakan “Although the sequence of designing curriculum has been presented as a
linear process, in reality it is usually more recursive. Theacher plan content and activities, adapt them for individual children, select other activities,
evaluate, and plan again. ”
Dengan arti meskipun dalam rangkaian desain kurikulum memperlihatkan proses yang tetap, namun dalam kenyataannya merupakan proses yang berulang.
Guru merencanakan materi dan aktifitas, memilih aktifitas yang lain, evaluasi, dan merencanakan lagi. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangkan kurikulum terus
berkelanjutan untuk menciptakan pengalaman belajar yang baru lagi untuk meningkatkan kemampuan anak. Dalam mengembangkan kurikulum diperlukan
proses pengembangan yang tepat dan memiliki tingkat relevansi dengan perkembangan IPTEK yang kuat. Untuk membantu lembaga dalam
pengembangan tersebut diperlukan suatu model pengembangan kurikulum yang sesuai. Model pengembangan ini merupakan ulasan teoritis suatu proses
kurikulum secara total atau hanya sebagian. Abdullah Idi 2011:177 mengungkapkan ada beberapa model pengembangan kurikulum, antara lain:
a. Ralph Tyler
Tyler menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematik, menganalisis, menginterpretasikan kurikulum dan program pengajaran dari
suatu lembaga pendidikan. Menurut Tyler untuk mengembangkan suatu kurikulum harus menempatkan
empat pertanyaan berikut: 1
Apa yang seharusnya dicari oleh lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan? Tujuan
2 Pengalaman pendidikan apa yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut? Strategi Instruksional dan Isi
3 Bagaimanakah cara mengatur pengalaman pendidikan secara efektif?
Mengatur Pengalaman Pembelaran 4
Bagaimanakah kita menentukan tujuan-tujuan tersebut menjadi suatu pencapaian. Penilaian dan Evaluasi.
b. Hilda Taba
Hilda Taba memodifikasi model dasar Tyler menjadi lebih representatif terhadap pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. Taba menganjurkan
untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi dan individu pelajar, serta penyusunann kurikulum bersumber dari elemen-elemen dasar. Langkah-
langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba yaitu: 1
Diagnosis kebutuhan 2
Formulasi pokok 3
Seleksi isi 4
Organisasi 5
Seleksi pengalaman belajar 6
Penentu evaluasi dan cara untuk melakukannya. c.
D.K Wheeler Pendekatan yang digunakan D.K Wheeler dalam pengembangan kurikulum
memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya. Wheeler mengembangkan lebih
lanjut tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh Tyler dan Taba. Langkah-langkah hasil pengembangan Wheeler yaitu:
1 Seleksi maksud, tujuan, dan sasarannya
2 Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan,
dan sasaran. 3
Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
4 Organisasi dan integrasi pengelaman belajar dan isi yang berkenaan
dengan proses belajar mengajar. 5
Evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan. d.
Audery dan Howard Nicholls Audery dan Howard Nicholls mendefinisikan kembali metode Tyler, Taba,
dan Wheeler dengan menekankan pada kurikulum proses yang bersiklus dan berbentuk lingkaran, dan ini dilakukan untuk langkah awal, yaitu analisis
situasi. Kedua penulis tersebut mengungkapkan ada lima langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan secara berkesinambungan, yaitu:
1 Situational analysis analisis situasi
2 Selection of objectives seleksi tujuan
3 Selection of organization of Content seleksi dan organisasi isi
4 Selection of organization of methods seleksi dan organisasi mode
5 Evaluation evaluasi
Sifat dasar cycle model adalah melihat berbagai elemen sebagai asal yang terus menerus, yang dapat menanggulangi situasi-situasi baru dan
mempunyai konsekuensi untuk bereaksi terhadap perubahan situasi. model ini fleksibel terhadap segala perubahan situasi sehingga hubungan perubahan
bisa dilihat dari elemen-elemen model berikutnya.
e. Deckler Walker
Deckler Walker menganalisis laporan proyek kurikulum seperti CHEM studi, BSCS dan SMSG, serta partisipasi pribadinya dalam proyek kurikulum
bidang kesenian. Model pengembangan kurikulum yang dihasilkan oleh Walker terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1 Pertama Walker berargumen bahwa pernyataan platform diorganisasikan
oleh para pengembang kurikulum dan pernyataan tersebut berisi ide, preferensi atau pilihan, pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki
kurikulum. 2
Kedua dalam pengembang kurikulum tidak memulai tugas dari keadaan kosong. Ide-ide, nilai-nilai, konsepsi, dan hal lain yang pengembang
kurikulum gunakan
untuk proses
pengembangan kurikulum
mengindikasikan adanya kesukaan dan perlakuan sebagai dasar mengembangkan kurikulum.
3 Ketiga pengembang kurikulum membuat keputusan tentang berbagai
komponen proses atau elemen-elemen. Keputusan ini dicapai dari diskusi mendalam dan dirundingkan oleh individu lain. Keputusan ini kemudian
dijadikan basis data untuk dokumen kurikulum atau materi kurikulum yang telah spesifik
f. Kurikulum Terpadu Integrated Curriculum
Model pengembangan kurikulum terpadu berlandasan pada pemecahan suatu problem, yaitu problem social yang dianggap penting dan menarik bagi anak
didik. Dalam melaksanakan kurikulum terpadu disusunlah unit sumber yang
mencakup bahan, kegiatan belajar, dan sumber-sumber yang sangat luas. Sumber unit digunakan sebagai sumber untuk satuan pelajaran yang aktual
yang dipelajari oleh anak di kelas. Selain mengacu model pengembangan kurikulum di atas, proses
pengembangan kurikulum juga sangat berkaitan erat dengan manajemen kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan keseluruhan proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi
membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan Sutomo, 2009:41.
Hamalik 2009: 171 menerangkan dalam mengembangkan kurikulum, langkah awal yang sangat penting untuk diakukan adalah kegiatan perencanaan
kurikulum. Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan
tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut Hamalik, 2009: 171. Perencanaan kurikulum
secara umum disusun berdasarkan beberapa prinsip, yaitu berkenaan dari pengalaman para siswa, berdasarkan keputusan tentang konten dan proses,
mengandung keputusan tentang berbagai isu dan topik, dalam pembuatannya melibatkan banyak kelompok, dilaksanakan pada berbagai tingkatan, dan
merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Sukmadinata 2009: 102 menyatakan bahwa kurikulum harus memiliki
kesuaian atau relevansi, yaitu pertama kesesuaian kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua adalah kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses
sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi, dan tujuan kurikulum. Perencanaan kurikulum merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan merupakan suatu siklus yang melibatkan beberapa komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu tujuan, materiisi, metode,
organisasi, dan evaluasi Hamalik, 2008: 95. Kourilski dan Quaranta dalam Hamalik 2009: 68 menggambarkan unsur-unsur kunci pengembangan kurikulum
dan proses pembelajaran pada bagan di bawah ini:
Langkah kesatu
Merumuskan tujuan umum goals dan
tujuan khusus
Berdasarkan kebutuhan
sosial, emosional,
dan Pengembangan
kurikulum
Di mana Bagaimana
Apa
Menilai prerekuisit
keterampilan, pengetahuan
dan Pengembangan
kurikulum
Langkah kedua
Penilaian awal siswa terhadap tujuan
Belajar dan mengajar, pusat belajar modular,
pengajaran berdasarkan pengalaman, pengajaran
berdasarkan inkuiri,
Pelaksanaan urutan pembelajaraan
Prinsip-prinsip belajar,
analisis tugas,
manajemen kelas, dan alternatif
Langkah ketiga
Menilai tingkat
performans terkait
dengan tujuan dan Evaluasi
Menilai pengajaran
Produk siswa
Tingkah laku siswa
Langkah keempat
Gambar 2.1 Proses pengembangan kurikulum
2.2.3 Kurikulum PAUD