PEMETAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TAMAN KANAK KANAK DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI
PEMETAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh: SRI WAHYUNI NIM. 1601409046
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
(2)
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kemampuan baik secara keterampilan dan pengetahuan seorang guru akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan menentukan sejauh mana kurikulum dapat diterapkan. (Fennema dan Franke)
Supaya memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dalam memfasilitasi siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru harus melewati proses pendidikan yang bermutu dan memenuhi standar. (Azis Mahfuddin)
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Quran surah Al-Mujadilah (58): 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ibu dan papa tersayang yang telah memberikan semangat dan do’a yang tulus sepanjang waktu.
Penari kecilku Ira Maya Sika dan my great grandma yang senantiasa berbagi waktu ceria di tengah-tengah kepenatan.
(5)
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan.
2. Edi Waluyo, M.Pd, Ketua Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan sekaligus dosen pembimbing I, yang telah tulus dan sabar membimbing dan mengarahkan penulis serta atas kemudahan yang beliau berikan.
3. Ali Formen, M.Ed, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh dosen pengajar Jurusan PG PAUD yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.
5. H. Hadapi, M.Pd, ketua UPTD kecamatan Margoyoso yang telah memberikan ijin penelitian di kecamatan Margoyoso kabupaten Pati.
(7)
vii
6. Ibu dan papa yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat bagi penulis, sehingga penulis dapat menyesaikan proses penyusunan skripsi ini. 7. Oktavika Dwi Saputri yang telah memberikan bantuan, ide, masukan, dan
dukungan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh kawan di Universitas Negeri Semarang, di Jurusan PG PAUD angkatan 2009 khususnya, yang telah memberikan bantuan dan semangat bagi penulis.
9. Seluruh keluarga di Nia Kos, Dephita Pandiangan dan Ratih Dhum khususnya, yang dengan sabar menyemangati penulis dan senantiansa memberi warna kehidupan bagi penulis.
10.Semua pihak, baik itu saudara, sahabat, dan teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak.
Semarang, 2014
(8)
viii ABSTRAK
Wahyuni. Sri. 2013. “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan PG PAUD. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Edi Waluyo, S.Pd, M.Pd, II. Ali Formen, S.Pd., M.Ed. Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik Guru TK, Mengembangkan
Kurikulum PAUD.
Proses pengembangan kurikulum bukanlah proses yang dapat berlangsung instan. Kemampuan, kerja keras, dan kreativitas merupakan beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya hasil pengembangan kurikulum yang optimal. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemetaan kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD dan perbedaan kompetensi pendidik dalam mengembangkan kurikulum berdasarkan tingkat pendidikan pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD dan perbedaannya berdasarkan tingkat pendidikan pendidik.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Taman Kanak-kanak baik formal/informal yang berada di kecamatan Margoyoso kabupaten Pati. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 105 guru. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Porpotionate Stratified Random Sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu metode kuesioner atau angket.
Hasil analisis deskriptif menunjukan sebagian besar guru memiliki kompetensi dalam mengembangkan kurikulum yang tergolong sedang, yaitu 65 orang (61,9 %) berada dalam kategori sedang dan 40 orang (38,1 %) berada dalam kategori tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi guru TK lulusan S1/D4 dengan SMA (p=0.000) dan guru TK lulusan D1/D2/D3 dengan SMA (p=0.000), sedangkan kompetensi guru TK lulusan S1/D4 dengan D1/D2/D3 tidak memiliki perbedaan yang jauh (p=0,928).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD di kecamatan Margoyoso berada di kategori sedang (61,9%) dan terdapat perbedaan yang signifikan antara guru TK lulusan SMA dengan D1/D2/D3 dan S1/D4. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi guru TK lulusan D1/D2/D3 dan S1/D4. Saran yang diberikan: kepada para pendidik lembaga PAUD di kecamatan Margoyoso kabupaten Pati hendaknya lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengembangkan kurikulum PAUD dan lebih meningkatkan tingkat pendidikan agar memenuhi standar kualifikasi guru TK.
(9)
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4Manfaat Penelitian ... 10
1.5Penegasan Istilah ... 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 12
2.1Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak ... 12
2.1.1 Pengertian Kompetensi ... 12
2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak ... 14
2.2 Pengembangan Kurikulum PAUD ... 18
2.2.1 Pengertian Kurikulum ... 18
2.2.2 Pengembangan Kurikulum ... 20
2.2.3 Kurikulum PAUD ... 29
2.2.4 Pengembangan Kurikulum PAUD ... 37
(10)
x
2.4 Tingkat Pendidikan ... 45
2.5Penelitian Sebelumnya ... 46
2.6Kerangka Berpikir ... 49
2.7 Hipotesis Penelitian ... 51
BAB 3 METODE PENELITIAN... 52
3.1Desain Penelitian ... 52
3.2Lokasi Penelitian ... 52
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 53
3.3.1 Populasi Penelitian ... 53
3.3.2 Sampel Penelitian ... 55
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.4.1 Metode Kuesioner ... 56
3.4.2 Metode Wawancara (Interview) ... 57
3.4.3 Metode Dokumentasi ... 58
3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 59
3.5.1 Uji Validitas ... 60
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 65
3.6 Metode Analisis Data ... 66
3.6.1 Analisis Deskriptif ... 66
3.6.2 Uji Asumsi ... 67
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 67
3.6.2.2. Uji Homogenitas ... 68
3.6.3 One Way Analysis of Variance (One Way Anova) ... 68
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70
4.1.1 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati ... 70
4.1.2 Data Responden ... 71
4.2Pelaksanaan Penelitian ... 72
4.3Analisis Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 73
(11)
xi
4.3.2 Uji Homogenitas ... 74
4.3.3 Analisis Deskriptif ... 75
4.3.3.1Gambaran Umum Kompetensi Pegadogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 76
4.3.3.2Gambaran Khusus Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 78
4.4Hasil Penelitian kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 89
4.5Analisis Perbandingan kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 90
4.5.1 Analisis One Way of Anova... 91
4.6Hasil Penelitian Perbandingan kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 93
4.7 Pembahasan ... 94
4.5.1 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati ... 94
4.5.2 Perbedaan Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 110
4.6 Keterbatasan Penelitian ... 112
BAB 5 PENUTUP ... 114
5.1Simpulan ... 114
5.2Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Lembaga TK di Kecamatan Margoyoso... 53
Tabel 3.2 Penilaian pada masing-masing kriteria jawaban ... 57
Tabel 3.3 Item-Total Statistics ... 61
Tabel 3.4 Item Valid dan Gugur ... 63
Tabel 3.5 Reliability Statistics ... 66
Tabel 3.6 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis ... 67
Tabel 4.1 Data Responden ... 71
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas ... 74
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas ... 74
Tabel 4.4 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis ... 75
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 77
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK pada Indikator Memahami Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 79
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Menentukan Tujuan Pengembangan yang Mendidik ... 81
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK pada Indikator Menentukan Kegiatan Bermain Sambil Belajar yang Sesuai untuk Mencapai Tujuan Pengembangan ... 83
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Memilih Materi Kegiatan Pengembangan yang Mendidik ... 84
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Menyusun Perencanaan Semester, Mingguan dan Harian... 86
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Mengembangkan Indikator dan Instrument Penilaian ... 88
(13)
xiii
Tabel 4.12 Rekapitulasi Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso ... 90 Tabel 4.13 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Kompetensi Pedagogik Guru
Taman Kanak-kanak ... 91 Tabel 4.14 Hasil Post Hoc Test ... 92
(14)
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Jumlah Guru TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Kecamatan Margoyoso ... 7 Grafik 4.1 Gambaran Umum Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam
Mengembangkan Kurikulum ... 78 Grafik 4.2 Gambaran spesifik pada indikator memahami prinsip pengembangan
kurikulum ... 80 Grafik 4.3 Gambaran speksifik pada indikator menentukan tujuan pengembangan
yang mendidik ... 82 Grafik 4.4 Gambaran spesifik pada indikator menentukan kegiatan bermain
sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan ... 83 Grafik 4.5 Gambaran spesifik pada indikator memilih materi kegiatan
pengembangan yang mendidik ... 85 Grafik 4.6 Gambaran spesifik pada indikator Menyusun Perencanaan Semester,
Mingguan dan Harian ... 87 Grafik 4.7 Gambaran spesifik pada indikator mengembangkan indikator dan
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian ... 121
Lampiran 2 Data Responden ... 122
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 126
Lampiran 4 Data Hasil Uji Coba Instrument ... 139
Lampiran 5 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 146
Lampiran 6 Blue Print Kuesioner ... 149
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 153
Lampiran 8 Hasil Uji Homogenitas ... 153
Lampiran 9 Hasil Analisis of Varians ... 154
Lampiran 10 Data Hasil Penelitian Kuesioner ... 156
(16)
1
1.1
Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pada era globalisasi ini, pendidikan telah menjadi sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari bagian hidup masyarakat dan terus berkembang untuk memajukan manusia. Tanpa pendidikan, masyarakat sederhana tidak dapat melanjutkan kehidupannya karena melalui proses pendidikanlah para anggotanya diikat oleh kesepakatan-kesepakatan dalam adat istiadat yang diturunkan oleh lingkungan masyarakat (Tilaar dan Riant, 2008: 1). Terdapat beberapa tingkatan pendidikan di Indonesia, antara lain: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal atau nonformal. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak (TK). Pendidikan anak usia dini tidak merupakan syarat untuk memasuki pendidikan dasar. Meskipun TK berada pada jalur pendidikan formal, tetapi tidak termasuk
(17)
2
dalam jenjang pendidikan formal yang diatur pada pasal 14 yang menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Meskipun bukan termasuk dalam jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena pada masa ini adalah saat yang tepat agar anak dapat berkembang secara optimal dan memaksimalkan potensi dalam diri anak. Kemampuan yang diperoleh anak pada usia dini mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pada masa usia dini perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan, yaitu perkembangan suatu tahap akan berpengaruh terhadap perkembangan tahap berikutnya, dan pola kepribadian anak berkembang menjadi relatif tetap.
Dalam proses pendidikan terdapat interaksi antara dua orang atau lebih yang dapat berdampak pada berkembangnya pola pikir, tingkah laku, dan keterampilan pada salah satu pihak. Salah satu pihak yang paling berpengaruh dalam proses pendidikan tersebut adalah guru atau pendidik. Menurut UU RI No. 45 tahun 2005 menyatakan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak pada jalurpendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Peran guru dalam proses pendidikan sangatlah penting, terlebih dalam proses pendidikan bagi anak usia dini. Pendidik bagi suatu lembaga PAUD memiliki berbagai macam peran. Selain memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada anak, pendidik
(18)
PAUD juga berperan dalam membangun akhlak dan budi pekerti yang baik pada diri setiap anak didiknya sejak dini. Sebagai seseorang yang berperan penting dalam proses pendidikan, seorang guru harus memiliki berbagai kompetensi yang dapat menunjang profesinya.
Widadi Saputra (2011: 36) memaparkan kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Terdapat beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh para pendidik, khususnya guru pada lembaga PAUD. Menurut Peraturan Menteri No 16 tahun 2007, terdapat empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keempat kompetensi tersebut adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Terdapat berbagai komponen di dalam setiap kompetensi-kompetensi pendidik tersebut. Salah satu komponen yang penting untuk dimiliki oleh setiap pendidik PAUD adalah kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang di ampu.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, arti kata kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan suatu program dalam dunia pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi
(19)
4
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa kurikulum merupakan acuan dari seluruh pembelajaran yang diberikan di sekolah. Kurikulum merupakan poros dari setiap pengembangan kegiatan belajar. Oleh karena itu, pendidik, khususnya guru PAUD, yang berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, sudah selayaknya memiliki keterampilan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga setiap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut dapat tercapai.
Peraturan Menteri No. 58 tahun 2009 menjelaskan bahwa standar proses pembelajaran memiliki 2 tahap yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Sebelum proses pelaksanaan berlangsung, guru wajib melakukan proses perencanaan. Proses perencanaan ini terbagi menjadi tiga komponen, yaitu (1) pengembangan rencana pembelajaran, (2) menyesuaikan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak, dan (3) pengorganisasian yang meliputi pemilihan metode, alat dan sumber belajar, serta teknik penilaian yang sesuai. Dalam melaksanakan perencanaan tersebut, pendidik memerlukan kompetensi yang sesuai, yaitu kompetensi dalam mengambangkan kurikulum. Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang terdapat dalam kompetensi pedagogik.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rita Mariyana tentang Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan di Taman kanak-kanak (Studi Deskriptif terhadap Guru TK di Kota Bandung), dari keempat
(20)
kompetensi, kompetensi pedagogik memiliki nilai yang cukup besar, yaitu sebesar 23,31 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Rita Mariyana menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik memiliki pengaruh yang cukup besar bagi eksistensi seorang guru. Salah satu unsur penting yang terkandung dalam kompetensi pedagogik tersebut adalah kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Rina Istiqomah tentang “Profil Kinerja Pendidik Anak Usia Dini dalam Mengelola Pembelajaran di Kelompok Bermain Anak Cerdas Ungaran”. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya perkembangan penyelenggaran Kelompok Bermain “Anak Cerdas” antara lain kurangnya jumlah pendidik, kurangnya kreatifitas pendidik dalam menciptakan alat permainan edukatif, serta pengurus masih memerlukan pengetahuan dan pengalaman lebih banyak dibidang penyelenggaran PAUD. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan dan kreatifitas pendidik dalam merencanakan pembelajaran di lembaga PAUD mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan pada anak usia dini.
Kurikulum merupakan komponen utama di dalam kegiatan pembelajaran suatu lembaga sekolah dan kemampuan guru dalam mengembangkannya menjadi faktor utama dalam meningkatkan kualitas dari suatu proses pembelajaran tersebut. Guru sebagai penggerak proses pembelajaran menjadi komponen penting untuk dapat mengembangkan kurikulum tersebut. Akan tetapi kenyataanya, masih
(21)
6
banyak guru yang belum memiliki kemampuan maupun keterampilan yang baik dalam mengembangkan kurikulum.
Beberapa fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian besar guru Taman Kanak-kanak (TK) masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan kurikulum. Selain itu, tidak sedikit pula pendidik yang masih memiliki motivasi rendah dalam mengembangkan kurikulum. Para guru TK seringkali hanya menjiplak pengembangan kurikulum yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan-pengembangan yang lebih inovatif dan kreatif. Padahal kurikulum merupakan landasan dasar dari suatu sekolah untuk melakukan proses pembelajaran.
Fenomena-fenomena di lapangan yang memperlihatkan kenyataan bahwa sebagian besar guru TK di Indonesia belum memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut disebabkan oleh berbagai hal. Hal-hal yang menjadi faktor penyebabnya, antara lain latar belakang pendidikan dari para pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik, kurangnya pelatihan pengembangan kemampuan guru dari dinas setempat yang terkait dalam mengembangkan kemampuan guru, dan kurangnya tunjangan bagi para guru.
Pada observasi awal di UPTD Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati, terdapat 29 Taman Kanak-kanak (TK) dengan jumlah guru sebanyak 143. Berikut adalah gambar jumlah guru TK berdasarkan latar belakang pendidik terakhir:
(22)
Grafik 1.1 Jumlah Guru TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Grafik 1.1 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan terakhir guru TK di Kecamatan Margoyoso beragam, yaitu mulai dari tingkat SMP, SMA/SMK, D1/D2/D3, dan S1/D4. Berdasarkan data dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa guru TK dengan tamatan SMP sebanyak 1 (0.7 %). Guru TK dengan tamatan SMA/SMK sebanyak 58 orang (40.56 %). Guru TK dengan latar belakang pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 31 (21.68 %), dan sebanyak 53 orang (37.06 %) guru TK dengan latar belakang pendidikan S1/D4. Sebagian besar guru TK di Kecamatan Margoyoso telah memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK, D1/D2/D3, dan S1/D4. Data tersebut melihatkan bahwa guru TK yang sudah memenuhi standar kualifikasi akademik berdasarkan Peraturan Menteri No. 16 tahun 2007 adalah 37 %. Fenomena tersebut menjadi salah satu hal yang cukup menarik untuk dibahas, mengingat pentingnya peran guru bagi proses pendidikan anak usia dini.
Hasil observasi juga menunjukan terdapat 5 pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) yang juga merangkap sebagai pengawas
1
58
31
53
0 10 20 30 40 50 60 70
SMP SMA D1/D2/D3 S1
Jumlah Pendidik TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
(23)
8
Sekolah Dasar (SD). Dari 5 pengawas sekolah tersebut, semua berasal dari guru dan kepala sekolah SD. Sedangkan pada Peraturan Menteri No. 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, menyatakan bahwa untuk menjadi pengawas TK/RA adalah guru TK/RA yang bersertifikasi pendidik sebagai guru TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun. Hal ini berarti bahwa pengawas sekolah untuk TK/RA di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati belum memenuhi standar kualifikasi Pengawas TK/RA. Padahal pengawas sekolah memiliki tugas penting untuk membimbing para guru untuk mengatasi berbagai permasalahan di sekolah.
Berdasarkan fakta dan teori yang peneliti dapatkan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kompetensi yang dimiliki oleh para guru TK dalam mengembangkan kurikulum. Hal ini didasari oleh arti pentingnya pengembangan kurikulum bagi proses pendidikan PAUD. Untuk mempermudah proses penelitian dan penarikan kesimpulan pada hasil penelitian, maka peneliti akan melakukan pemetaan terhadap kompetensi yang dimiliki guru TK dalam mengembangkan kurikulum. Selain melakukan pemetaan terhadap kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum, peneliti juga tertarik untuk membandingkan kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Proses pengembangan kurikulum bukanlah proses yang dapat berlangsung instan. Kemampuan, kerja keras, dan kreativitas merupakan beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya hasil pengembangan kurikulum yang optimal. Berdasarkan berbagai fenomena dan alasan tersebut, maka peneliti
(24)
membuat penelitian yang berjudul “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanan (TK) dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati”.
1.2
Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD?
b. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD berdasarkan tingkat pendidikannya (SMA, D1/D2/D3, dan D4/S1)?
1.3
Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD.
b. Mengetahui perbedaan kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD berdasarkan tingkat pendidikannya (SMA, D1/D2/D3, dan D4/S1).
(25)
10
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian tentang Pemetaan Kompetensi guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati diharapkan bermanfaat dalam pengembangan dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya dalam dunia pendidikan anak usia dini. Selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu mendorong penelitian yang sejenis tentang kajian kompetensi pendidik PAUD dalam mengembangkan kurikulum, sehingga kajian tentang penelitian semakin meningkat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa :
a. Bagi guru, memberikan wawasan dan masukan kepada pendidik PAUD pada umumnya dan guru- guru TK di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati pada khususnya dalam meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum PAUD sehingga dapat digunakan sebagai pijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bantuan yang baik pada sekolah dalam rangka mengembangkan kompetensi guru dalam mengembangkan kurikulum dan meningkatkan mutu sekolah.
(26)
c. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini akan memberi pengalaman dan wawasan dalam memahami fungsi pendidikan bagi anak dan sebagai semangat untuk mengembangkan penelitian berikutnya.
1.5
Penegasan Istilah
Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang memiliki hubungan dasar klausal dan kriteria referensi efektifitas atau keunggulan dalam pekerjaan atau situasi tertentu (Maisah, 2010: 1) . Kompetensi dapat diartikan juga sebagai semua kemampuan, kecakapan, kebiasaan, keterampilan, yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009, pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Pendidik PAUD pada jalur pendidikan formal terdiri atas guru dan guru pendamping, sedangkan pendidik PAUD pada jalur pendidikan nonformal terdiri atas guru, guru pendamping, dan pengasuh.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar (Idi, 2011: 227). Kurikulum PAUD adalah suatu program pendidikan yang ditujukan kepada anak usia dini yang disesuaikan dengan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik (Hamalik, 2009: 183).
(27)
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak
2.1.1 Pengertian Kompetensi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar “kompetensi” dalam bahasa Inggris “competence” adalah kecakapan atau kemampuan. Mc Ashan dalam Mulyasa (2003: 38) menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 45 tahun 2002 kompetensi artinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.
Beberapa keterangan mengenai kompetensi, mengisyaratkan bahwa kompetensi bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja. Gordon dalam Mulyasa (2003: 39) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi. Beberapa kompetensi tersebut antara lain:
(28)
a. Pengetahuan (Knowledge).
Merupakan pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya, akan dapat proses proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala dia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berfikir ilmiah.
b. Pemahaman (Understanding).
Pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya, siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala dia memahami konsep-konsep ekonomi.
c. Keterampilan (Skill).
Keterampilan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.
d. Nilai (Value).
Nilai yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya, standar perilaku siswa dalam melaksanakan proses berfikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.
e. Sikap (Attitude).
Sikap yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya peraturan baru, atau perasaan senang atau tidak senang terhadap pelajaran yang diberikan.
(29)
14
f. Minat (Interest).
Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya, minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran
2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak (TK)
Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007). Guru yang baik harus memiliki kemampuan yang cerdas dan kreatif dalam berpikir, memahami peserta didik, dan memiliki kepribadian yang baik. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2009: 26).Hal ini ditegaskan dalam Bab 1 pasal 1 ayat 10 Undang-undang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Terlepas dengan tempat mengajarnya, guru Taman Kanak-kanak (TK) pada hakekatnya adalah sama seperti guru pada satuan pendidikan yang lain. guru TK adalah jabatan profesional dan memberikan layanan ahli yang menuntut kemampuan secara akademik dan paedagogis secara profesional bagi anak usia
(30)
4-6 tahun. Dalam diri seorang guru TK melekat hak dan kewajiban yang sama.
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang berlaku secara nasional. Dalam peraturan tersebut menyebutkan setidaknya terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai pendidik, diantaranya:
a. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan palaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. RPP tentang Guru dalam Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa dalam kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya guru memiliki kemampuan antara lain: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perencanaan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi hasil belajar, (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi Kepribadian, yaitu keribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. c. Kompetensi Profesional, yaitu kemampuan guru dalam menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Mulyasa (2009: 135)
(31)
16
menjabarkan secara umum ruang lingkup kompetensi professional guru antara lain:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, dan sosiologis.
2) Mengerti dan dapat menerapakan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan
sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
d. Kompetenasi Sosial, yaitu kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat. RPP tentang guru dalam Mulyasa (2009) menyebutkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: (1) berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
(32)
guru, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Guru TK yang dapat berpatisipasi sebagai subjek penelitian adalah guru yang memiliki keempat kompetensi. Selain mempunyai keempat kompetensi yang ditentukan pemerintah, guru TK harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai berikut:
a. Memiliki ketrampilan dalam mengasuh dan merawat anak dengan baik. b. Mendapat pelatihan PAUD khususnya untuk anak usia 0-1 tahun, 2-4 tahun,
4-6 tahun
c. Memiliki kepribadian yang pantas sebagai panutan bagi anak, memahami dan menyayangi anak, ramah, sabar, menghargai, berkomunikasi dengan baik, saling berinteraksi, kreatif.
d. Memahami prinsip-prinsip PAUD
e. Memiliki kemampuan mengelola (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, membuat laporan) kegiatan/proses pembelajaran PAUD. f. Sehat jasmani dan rohani
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru TK adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru TK dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Guru TK tidak hanya mendidik anak melalui pembelajaran, tetapi mampu mengasuh dan memberikan pembiasan baik bagi anak sebagai bekal dalam kehidupan yang lebih dewasa.
(33)
18
2.2
Pengembangan Kurikulum PAUD
2.2.1 Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari, dan Currere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Hal ini dikarenakan penggunaan kata kurikulum semula dipakai dalam bidang olah raga, kemudian berkembang dan di gunakan dalam bidang pendidikan. Webster 1955 dalam Nasution (2008: 2) memberi arti kurikulum yaitu sebagai jumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah atau tingkat. Kemajuan zaman dan IPTEK turut mengembangkan pemikiran para tokoh-tokoh pendidikan mengenai kurikulum yang dapat meliputi hal-hal yang tidak terencana, spontan, fleksibel, namun turut mengubah perilaku dan kemampuan siswa. Sehingga pengertian kurikulum menjadi lebih luas dan tidak hanya sebatas tentang sejumlah mata pelajaran.
Oemar Hamalik (2009: 3) mengungkapkan bahwa berdasarkan studi yang dilakukan oleh para ahli, pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama atau tradisional merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Kurikulum lama terdiri dari sejumlah mata pelajaran dan hanya mengutamakan perkembangan dari segi akademik dan ketrampilan. Sedangkan pandangan baru yang dikemukakan oleh Romine dalam Hamalik (2009:4) merumuskan kurikulum sebagai berikut:
(34)
“Kurikulum diinterpretasikan sebagai pengorganisasian kegiatan kursus, aktivitas, dan pengalaman bagi murid dengan pengawasan dari sekolah, baik berada di dalam kelas atau tidak”
Pemaknaan pandangan kurikulum baru tersebut menjadi lebih luas dari pada kurikulum lama, yaitu tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan mata pelajaran, namun pembentukan seluruh pribadi siswa dan belajar cara hidup dalam masyarakat. Kurikulum baru mengacu pada permasalahan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan kebutuhan individu. Kurikulum merupakan suatu program dalam dunia pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah wajib menyediakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk memberikan kesempatan belajar.
Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja atau konsep tertulis, tapi juga meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Dari pengertian diatas, kurikulum memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Berdasarkan analisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan dengan sekolah sebagai institusi sosial, Oemar Hamalik (2009) menentukan tiga peranan kurikulum, yaitu peranan konservasi, peranan kritis, peranan evaluatif.
(35)
20
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menyalurkan dan menerangkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian sekolah merupakan lembaga sosial yang menjadi wadah pengenalan budaya sehingga mampu mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai nilai budaya yang ada berkembang dalam masyarakat.
b. Peranan Kritis
Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan memilih dan memilah kebudayaan yang ada. Dalam hal ini, kurikulum mengedepankan pemikiran kritis terhadap kebudayaan masa depan. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan masa mendatang akan dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.
c. Peranan Evaluatif
Kurikulum berperan dalam menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa depan, yaitu kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berfikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
2.2.2 Pengembangan Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2009: 183) pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Hal ini berarti bahwa suatu rencana kurikulum dikembangkan berdasarkan indikator pencapaian anak yang disesuaikan dengan kemajuan globalisasi dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Abdullah Idi (2011: 176) menegaskan bahwa pada prinsipnya, pengembangan kurikulum berkisar pada
(36)
aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi dengan perkembangan pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan pada faktor-faktor yang konstan. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambar dalam proses pengembangan tersebut.
Menurut Jo Ann Brewer (2007: 106) dalam mengembangkan kurikulum hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah tujuan dari kurikulum itu sendiri. Dalam penentuan tujuan guru menganalisis cara untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan mendatangkan seseorang ke kelas, melakukan demonstrasi dan pengalaman, melibatkan anak dalam aktivitas langsung, penyelesaian masalah, membaca dengan keras, melakukan pekerjaan tangan dan lainnya. Kemudian guru menentukan materi kegiatan dan kemampuan apa yang akan ditingkatkan dari kegiatan tersebut dan memilih kegiatan yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan materi harus menarik perhatian anak dan mendorong anak untuk melakukan aktifitas tersebut. Jika anak-anak mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang diberikan, maka guru harus memberikan kegiatan yang berbeda tapi masih dalam satu materi yang sama. Brewer (2007:107) mengatakan
“Although the sequence of designing curriculum has been presented as a linear process, in reality it is usually more recursive. Theacher plan content and activities, adapt them for individual children, select other activities,
(37)
22
Dengan arti meskipun dalam rangkaian desain kurikulum memperlihatkan proses yang tetap, namun dalam kenyataannya merupakan proses yang berulang. Guru merencanakan materi dan aktifitas, memilih aktifitas yang lain, evaluasi, dan merencanakan lagi. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangkan kurikulum terus berkelanjutan untuk menciptakan pengalaman belajar yang baru lagi untuk meningkatkan kemampuan anak. Dalam mengembangkan kurikulum diperlukan proses pengembangan yang tepat dan memiliki tingkat relevansi dengan perkembangan IPTEK yang kuat. Untuk membantu lembaga dalam pengembangan tersebut diperlukan suatu model pengembangan kurikulum yang sesuai. Model pengembangan ini merupakan ulasan teoritis suatu proses kurikulum secara total atau hanya sebagian. Abdullah Idi (2011:177) mengungkapkan ada beberapa model pengembangan kurikulum, antara lain: a. Ralph Tyler
Tyler menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematik, menganalisis, menginterpretasikan kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan.
Menurut Tyler untuk mengembangkan suatu kurikulum harus menempatkan empat pertanyaan berikut:
1) Apa yang seharusnya dicari oleh lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan? (Tujuan)
2) Pengalaman pendidikan apa yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut? (Strategi Instruksional dan Isi)
(38)
3) Bagaimanakah cara mengatur pengalaman pendidikan secara efektif? (Mengatur Pengalaman Pembelaran)
4) Bagaimanakah kita menentukan tujuan-tujuan tersebut menjadi suatu pencapaian. (Penilaian dan Evaluasi).
b. Hilda Taba
Hilda Taba memodifikasi model dasar Tyler menjadi lebih representatif terhadap pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi dan individu pelajar, serta penyusunann kurikulum bersumber dari elemen-elemen dasar. Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba yaitu:
1) Diagnosis kebutuhan 2) Formulasi pokok 3) Seleksi isi 4) Organisasi
5) Seleksi pengalaman belajar
6) Penentu evaluasi dan cara untuk melakukannya. c. D.K Wheeler
Pendekatan yang digunakan D.K Wheeler dalam pengembangan kurikulum memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya. Wheeler mengembangkan lebih lanjut tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh Tyler dan Taba. Langkah-langkah hasil pengembangan Wheeler yaitu:
(39)
24
2) Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan, dan sasaran.
3) Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
4) Organisasi dan integrasi pengelaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar.
5) Evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan. d. Audery dan Howard Nicholls
Audery dan Howard Nicholls mendefinisikan kembali metode Tyler, Taba, dan Wheeler dengan menekankan pada kurikulum proses yang bersiklus dan berbentuk lingkaran, dan ini dilakukan untuk langkah awal, yaitu analisis situasi. Kedua penulis tersebut mengungkapkan ada lima langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan secara berkesinambungan, yaitu: 1) Situational analysis (analisis situasi)
2) Selection of objectives (seleksi tujuan)
3) Selection of organization of Content (seleksi dan organisasi isi)
4) Selection of organization of methods (seleksi dan organisasi mode)
5) Evaluation (evaluasi)
Sifat dasar cycle model adalah melihat berbagai elemen sebagai asal yang terus menerus, yang dapat menanggulangi situasi-situasi baru dan mempunyai konsekuensi untuk bereaksi terhadap perubahan situasi. model ini fleksibel terhadap segala perubahan situasi sehingga hubungan perubahan bisa dilihat dari elemen-elemen model berikutnya.
(40)
e. Deckler Walker
Deckler Walker menganalisis laporan proyek kurikulum seperti CHEM studi, BSCS dan SMSG, serta partisipasi pribadinya dalam proyek kurikulum bidang kesenian. Model pengembangan kurikulum yang dihasilkan oleh Walker terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1) Pertama Walker berargumen bahwa pernyataan platform diorganisasikan oleh para pengembang kurikulum dan pernyataan tersebut berisi ide, preferensi atau pilihan, pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki kurikulum.
2) Kedua dalam pengembang kurikulum tidak memulai tugas dari keadaan kosong. Ide-ide, nilai-nilai, konsepsi, dan hal lain yang pengembang kurikulum gunakan untuk proses pengembangan kurikulum mengindikasikan adanya kesukaan dan perlakuan sebagai dasar mengembangkan kurikulum.
3) Ketiga pengembang kurikulum membuat keputusan tentang berbagai komponen proses atau elemen-elemen. Keputusan ini dicapai dari diskusi mendalam dan dirundingkan oleh individu lain. Keputusan ini kemudian dijadikan basis data untuk dokumen kurikulum atau materi kurikulum yang telah spesifik
f. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Model pengembangan kurikulum terpadu berlandasan pada pemecahan suatu problem, yaitu problem social yang dianggap penting dan menarik bagi anak didik. Dalam melaksanakan kurikulum terpadu disusunlah unit sumber yang
(41)
26
mencakup bahan, kegiatan belajar, dan sumber-sumber yang sangat luas. Sumber unit digunakan sebagai sumber untuk satuan pelajaran yang aktual yang dipelajari oleh anak di kelas.
Selain mengacu model pengembangan kurikulum di atas, proses pengembangan kurikulum juga sangat berkaitan erat dengan manajemen kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan keseluruhan proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Sutomo, 2009:41).
Hamalik (2009: 171) menerangkan dalam mengembangkan kurikulum, langkah awal yang sangat penting untuk diakukan adalah kegiatan perencanaan kurikulum. Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut (Hamalik, 2009: 171). Perencanaan kurikulum secara umum disusun berdasarkan beberapa prinsip, yaitu berkenaan dari pengalaman para siswa, berdasarkan keputusan tentang konten dan proses, mengandung keputusan tentang berbagai isu dan topik, dalam pembuatannya melibatkan banyak kelompok, dilaksanakan pada berbagai tingkatan, dan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.
Sukmadinata (2009: 102) menyatakan bahwa kurikulum harus memiliki kesuaian atau relevansi, yaitu pertama kesesuaian kurikulum dengan tuntutan,
(42)
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua adalah kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi, dan tujuan kurikulum. Perencanaan kurikulum merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan merupakan suatu siklus yang melibatkan beberapa komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu tujuan, materi/isi, metode, organisasi, dan evaluasi (Hamalik, 2008: 95). Kourilski dan Quaranta dalam Hamalik (2009: 68) menggambarkan unsur-unsur kunci pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran pada bagan di bawah ini:
(43)
28
Langkah kesatu
Merumuskan tujuan umum (goals) dan tujuan khusus
Berdasarkan
kebutuhan sosial, emosional, dan
Pengembangan kurikulum Di mana Bagaimana
Apa
Menilai prerekuisit keterampilan,
pengetahuan dan
Pengembangan kurikulum Langkah
kedua
Penilaian awal siswa terhadap tujuan
Belajar dan mengajar, pusat belajar modular, pengajaran berdasarkan pengalaman, pengajaran berdasarkan inkuiri, Pelaksanaan urutan
pembelajaraan
Prinsip-prinsip belajar, analisis tugas, manajemen kelas, dan alternatif Langkah
ketiga
Menilai tingkat performans terkait dengan tujuan dan
Evaluasi Menilai pengajaran Produk siswa Tingkah laku siswa Langkah keempat
(44)
2.2.3 Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD adalah suatu program pendidikan yang ditujukan kepada anak usia dini yang disesuaikan dengan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Selama ini yang menjadi rujukan kurrikulum TK/RA dan KB/TPA sebagian besar mengacu pada kurrikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA, Menu Pembelajaran Generik, Pedoman Pengembangan Silabus untuk TK/RA, Pedoman Pembelajaran untuk TK/RA, Pedoman Penilaian, dan Peraturan Menteri No. 58 tahun 2009. Ruang lingkup Kurikulum TK, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini meliputi aspek perkembangan berikut dan pengembangannya: a. Bidang pengembangan: Bidang Pengembangan Pembiasaan dan Bidang
Pengembangan Kemampuan dasar (berbahasa, kognitif, dan fisik/motorik) b. Muatan lokal: berisi tentang jenis, Strategi Pemilihan dan pelaksanaan
Mulok yang diselenggarakan oleh sekolah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah.
c. Pengembangan diri: memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah. Kegiatan yang mendukung dalam pengembangan diri dapat dilaksanakan dalam bentuk bimbingan konseling (kehidupan pribadi, sosial, kesulitan belajar, karir), ekstra kurikuler, pengembangan kreativitas, dan kepribadian siswa.
(45)
30
d. Pengaturan beban belajar: berisi tentang jumlah beban belajar pada tiap bidang pengembangan, mingguan, semesteran, dan per tahun pelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap bidang pengembangan pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan Kebutuhan, tetapi jumlah Beban belajar per tahun secara keseluruhan tetap.
e. Pengelompokan anak didik. Kriteria pengelompokan disesuaikan dengan usia perkembangan anak didik, yaitu usia 4-5 tahun masuk dalam kelompok A, usia 5-6 tahun masuk dalam kelompok B.
f. Perpindahan kelompok. Perpindahan kelompok dilaksanakan pada setiap akhir tahun pembelajaran dan apabila anak sudah cukup umur (kelompok A ke kelompok B, kelompok B ke Sekolah Dasar)
g. Pendidikan kecakapan hidup, yaitu kompetensi yang berisi pendidikan kecakapan hidup yang diintegrasikan ke bidang pengembangan yang ada, seperti mandi sendiri, makan sendiri, gosok gigi sendiri, BAB sendiri, dan memakai pakaian sendiri.
h. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yaitu kompetensi yang merupakan keunggulan lokal dan daya saing global yang mana materi yang disediakan tidak bisa masuk ke bidang pengembangan yang ada. Misal bahasa Inggris, bahasa Arab, dan komputer.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009 adalah pembaharu dari kurikulum PAUD yang sudah ada. Pada pelaksanaannya setiap sekolah diberi wewenang untuk memilih pedoman kurrikulum yang sesuai dengan
(46)
tujuan lembaga. Berikut ini penulis paparkan secara lebih rinci tentang jenis kurikulum yang sering digunakan di lembaga PAUD:
a. Kurikulum nasional
Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang disusun berdasarkan kajian dan konvensi yang dilakukan pemerintah melalui pusat kurikulum dan departemen pendidikan nasional bersama kalangan praktisi, asosiasi profesi (khususnya ikatan guru PAUD), dan kalangan akademisi yang membidangi kajiana anak usia dini, serta hasil kajian (kurikulum) diberlakukan secara massal untuk dijadikan acuan atau panduan dalam penyelenggaraan dan pembinaan tingkat daerah maupun nasional.
b. Program kegiatan belajar (PKB) TK 1994 (Kurikulum 1994)
1) Landasan, program dan rambu-rambu pengembangan (landasan, isi program, prinsip, rambu-rambu pengembangan)
2) Garis-garis besar program kegiatan belajar (GPPKB) TK merupakan penjabaran dari program: pengembangan bahasa, daya pikir, keterampilan, jasmani dan perilaku
3) Agar lebih bermakna KBM dilakukan melalui pembahasan “Tema”.
4) Tujuan tema: menyatukan isi program dalam satu kesatuan yang lebih berarti, memperkaya perbendaharaan kata anak, menambah pengetahuan anak tehadap hal-hal tertentu.
5) Alokasi waktu: disesuaikan dengan banyak sedikitnya bahan yang ada di lingkungan. Perubahan tema juga masih dimungkinkan dengan mempertimbangkan situasi lingkungan setempat, minggu-minggu efektif
(47)
32
masing-masing caturwulan, waktu untuk masing-masing tema yang dipindah, pemindahan kemampuan yang diharapkan dicapai dari tema. 6) Pedoman kegiatan belajar mengajar (dalam penyusunan SKH dan SKM)
yang terdiri dari (a) pembukaan: do’a dan salam, Tanya jawab, pengorganisasian kelas secara klasikal, (b) kegiatan inti: mengaktifkan perhatian kemampuan dan sosio emosional anak melalui bermain, (c) istirahat/makan: bermain bebasa, (d) kegiatan penutup: diisi dengan kegiatan yang menenangkan anak (membaca cerita, tanya jawab, dll) 7) Pedoman evaluasi (tujuan, prinsip dan prosedur evaluasi)
8) Pedoman administrasi (bidang, proses, dan bentuk kegiatan serta pelaporan)
9) Pedoman bimbingan (tujuan, fungsi, prinsip dan bentuk pelayanan bimbingan)
10)Pedoman sarana (petunjuk tentang jenis dan penataan sarana dan prasarana)
c. KBK 2004
1) Kurikulum dan hasil belajar (perencanaan, pengembangan kompetensi, hasil belajar dan indikator).
2) Penilaian berbasis kelas (berkelanjutan, konsisten, dan akurat)
3) KBM (gagasan pengelolaan pembelajaran agar bermakna dan menyenangkan)
(48)
d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
1) Tujuan pendidikan disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan (Visi, Misi dan Tujuan Sekolah)
2) Program tahunan dan Program semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pngembangan, tingkat pencapaian perkembangan, capaian perkembangan dan indikator yang disusun secara urut dan sistimatis dan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester 1 dan semester 2.
3) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam 1 minggu sesuai keluasan pembahasan tema dan sub tema. RKM dapat disusun sesuai dengan model pembelajaran yang dipakai: model kelompok dengan sudut pengaman, model sudut, model area dan model BCCT (sentra).
4) Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM . RKH memuat kegiatan pembelajaran dalam 1 hari. RKH terdiri dari kegiatan pembukaan (awal), Kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir (penutup). e. Kurikulum nasional plus atau kurikulum integrasi
Kurikulum nasional plus merupakan kurikulum nasional yang dipadukan dengan berbagai panduan isi dan proses dari lembaga penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, contohnya adalah kurikulum yang biasa diterapkan di lembaga PAUD yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan islam.
(49)
34
f. Kurikulum mandiri atau kurikulum berciri khas
Kurikulum mandiri merupakan kurikulum yang dibuat dan dikembangkan oleh penyelenggaran PAUD sendiri terlepas dari panduan yang disusun pemerintah. Kurikulum yang dipergunakan ada yang murni dikembangkan berdasarkan visi, misi, dan tujuan pendidikan dari lembaga penyelenggara dan ada juga yang mengacu atau membeli dari lembaga-lembaga penyelenggara PAUD negara maju.
Di dalam mengembangkan kurikulum PAUD, terdapat berbagai komponen yang perlu diperhatikan. Beberapa komponen tersebut dalam kerangka dasar kurikulum PAUD Depdiknas (2007) antara lain:
a. Anak
Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut: (1) Kelompok Bermain usia 3-4 tahun, (2) TK-A usia 4-5 tahun, dan (3) TK-B usia 5-6 tahun.
b. Guru
Kompetensi guru anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi, dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau minimal telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio guru dan anak adalah (1) Usia 0-1 tahun rasio 1:3 anak, (2) Usai 1-3 tahun rasio 1:6 anak, (3) Usia 3-4 tahun rasio 1:8 anak, dan (4) Usia 4-6 tahun rasio 1:10 /12 anak.
(50)
c. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh guru dengan menyiapkan materi, dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia. Materi usia 0-3 tahun, dan usia 3 sampai 6 tahun. Berikut ini adalah paparan materi sesuai dengan kelompok usianya:
1) Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
a) Pengenalan diri sendiri (Perkembangan konsep diri) b) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
c) Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial) d) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik) e) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa) f) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
2) Materi untuk anak usia 3-6 tahun meliputi :
a) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
b) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
c) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
d) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan.
(51)
36
Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar, di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
e) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari merupakan mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
f) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
g) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi, eksperimen, pemecahan masalah, dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan
(52)
informasi yang mewakili. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. d. Penilaian (Assesmen)
Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.
e. Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan Pembelajaran meliputi keterlibatan anak dan layanan program. Layanan program merupakan waktu yang disediakan lembaga untuk mengadakan kegiatan pembelajaran di sekolah.
f. Melibatkan Peranserta masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.
2.2.4 Pengembangan Kurikulum PAUD
Pemerintah telah memberikan hak otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan lembaganya sesuai dengan tujuan dan visi misi sekolah. Dengan adanya hak otonomi tersebut, guru atau IGTK dapat mengembangkan kurikulum sendiri. Slamet (2003: 154) mengungkapkan bahwa dalam pengembangan kurikulum hendaknya tetap mengikuti arahan.
(53)
38
Bredekamp dan Rosegrant dalam Suyanto (2003: 155), menyarankan agar pengembangan kurikulum untuk PAUD mengikut pola sebagai berikut:
a. Berdasarkan keilmuan PAUD
Kurikulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini dari PAUD dan hasil-hasil tentang belajar dan pembelajaran.
b. Mengembangkan anak secara menyeluruh
Tujuan kurikuler hendaknya ditujukan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh (the whole child), meliputi aspek fisik-motorik, sosial, moral, emosional, dan kognitif.
c. Relevan, menarik, dan menantang
Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik, dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir.
d. Mempertimbangkan kebutuhan anak
Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional.
e. Mengembangkan kecerdasan
Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
f. Menyenangkan
Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kondisi psikologis anak, sehingga anak merasa bisa, senang, rileks, dan nyaman belajar di TK.
(54)
g. Fleksibel
Kurikulum bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan, minat, dan kebutuhan setiap anak
h. Unified dan intergrated
Kurikulum untuk TK bersifat Unified dan intergrated artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.
Pada tiap jenjang sekolah tentu memiliki cara yang berbeda dalam mengembangkan kurikulum. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik dan tugas perkembangan peserta didik yang harus dicapai. Dalam pengembangan kurikulum ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Menurut Suyadi (2011: 97) berdasarkan pengembangan teori dari tokoh-tokoh pendidikan, sedikitnya ada tiga pendekatan kurikulum yang dapat dilakukan di PAUD, antara lain:
a. Pendekatan pematangan
Pendekatan pertama dilakukan dengan model proses pematangan (maturational models). Pendekatan ini didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh Gessel, Freud dan Erikson. Pandangan ini anak memiliki pola tingkah laku (tugas-tugas perkembangan). Perubahan perilaku terjadi akibat kematangan psikologis dan pengaruh lingkungan.
b. Pendekatan tingkah laku lingkungan
Pendekatan kedua dikenal dengan model tingkah laku-lingkungan yang didasarkan pada teori Skinner, Baer, Bijou dan Bandura. Menurut model
(55)
40
tersebut, anak-anak dilahirkan dengan suatu batu tulis kosong (blank slate), tingkah laku anak yang pasif dibentuk oleh kondisi lingkungan. Perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari penguatan peristiwa yang terencana dan yang tidak terencana.
c. Pendekatan model interaksi
Pendekatan ketiga dilakukan dengan menggunakan model interaksi yang didasarkan pada teori Piaget dan Vygotsky. Model ini beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan hasil perpaduan antara heriditas dan pengaruh lingkungan. Perkembangan akan terjadi pada seseorang ketika orang melakukan pengorganisasian diri yang dicapai pada tahap optimal oleh peristiwa yang dieksperientasikan.
2.3
Kompetensi Pengembangan Kurikulum PAUD
Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan pengembangan komponen-komponen yang membentuk sitem kurikulum itu sendiri, yaitu tujuan, isi, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan sehingga tercapai tujuan sekolah secara keseluruhan dan tujuan pada setiap bidang studi. Dalam hal ini, komponen kurikulum menjadi acuan dasar dalam aspek pengembangan kurikulum.
Hamalik (2009:184) menjabarkan beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut:
(56)
a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objective) yang jelas. Jadi hal pertama yang harus di lakukan oleh guru dalam mengembangkan kurikulum adalah menentukan tujuan.
b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, merupakan bagian dari kurikulum yang direncanakan selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, kerena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas diantara pelajar.
e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar-mengajar, seerti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menjulang.
f. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna.
g. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.
h. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
i. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
(57)
42
Lembaga PAUD merupakan lembaga pendidikan tingkat paling dasar, sehingga secara tidak otomatis berfungsi sebagai peletak berbagai kemampuan dan potensi dasar pada anak. Oleh sebab itu, seorang guru TK dalam berbagai perencanaan pembelajaran bagi anak harus mengerti tentang karakteristik peserta didik. Pada Peraturan Menteri No. 16 tahun 2007 merangkum kemampuan yang perlu dimiliki seorang pendidik PAUD dalam mengembangkan kurikulum antara lain:
1. Memahami prinsip pengembangan kurikulum.
Idi (2011: 201) memaparkan prinsip-prinsip dalam mengembangan kurikulum. Pertama adalah relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang, relevansi pendidikan dengan dunia kerja, dan relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kedua efektivitas, yaitu sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Ketiga efisiensi, yaitu terciptanya pengelolaan usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran secara optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin. Keempat kesinambungan, yaitu adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Kelima fleksibilitas, yaitu tidak kaku, memberikan kebebasan dalam bertindak baik dalam pengadaan program-program pilihan dan pengembangan program pengajaran. Keenam memahami model pengembangan kurikulum, yaitu cara memperbaiki, memantapkan, dan
(58)
mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.
2. Menentukan tujuan pengembangan yang mendidik.
Tujuan dalam sebuah komponen kurikulum merupakan dasar untuk menentukan sasaran yang ingin dicapai. Hasil yang diinginkan inilah yang akan memberikan arah dan fokus untuk program pendidikan. Hamalik (2008: 122) merumuskan beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan tujuan kurikulum, yaitu (1) tujuan pendidikan nasional, (2) kesesuaian antara tujuan kurikulum dengan tujuan lembaga pendidikan, (3) kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, (4) kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dan (5) kesesuaian tujuan dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.
3. Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan.
Bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran, di mana esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini (Suyanto, 2003: 130). Esensi dari bermain antara lain meliputi perasaan merdeka, menyenangkan gembira, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat.
4. Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan pengembangan.
(59)
44
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Isi kurikulum tidak hanya meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut, tetapi juga berisikan pengalaman-pengalaman yang akan diberikan kepada anak.
5. Menyusun perencanaan tahunan, semester, mingguan dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.
Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam 1 minggu sesuai keluasan pembahasan tema dan sub tema. Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM. RKH memuat kegiatan pembelajaran dalam 1 hari. RKH terdiri dari kegiatan pembukaan (awal), Kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir (penutup).
6. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
Evaluasi kurikulum dilakukan untuk melihat sejauh mana kesuksesan pencapaian dalam pelaksanaan kurikulum. Sekolah perlu mempelajari keperluan dari masyarakat dan peka terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anak didik sekaligus konsumsi bagi masyarakat juga harus dinilai terus. Hamid Hasan (2008:134) memaparkan jenis evaluasi dalam kurikulum yang dikelompokan berdasarkan bentuk evaluan terdiri atas
(60)
evaluasi konteks, evaluasi dokumen, evaluasi proses, dan evaluasi produk atau hasil. Guru biasanya mengevaluasi bahan ajar yang digunakan dan hasil yang dicapai anak didik. Hasil yang dimiliki anak didik inilah yang akan dijadikan barometer atas keberhasilan proses pengajaran pada suatu sekolah (Idi, 2011: 60).
2.4
Tingkat Pendidikan
Menurut Buchori dalam Ismanto (2007), yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang diperoleh secara formal yang dibuktikan dengan ijazah formal, ijazah adalah tanda pengakuan bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Dengan demikian ijazah dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan seseorang. Menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14, menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Serta pasal 19 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Batasan tingkat pendidikan seorang pendidik dapat diartikan jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh guru, dalam hal ini jenjang pendidikan tinggi yang mencakup program atau tingkat diploma, sarjana, magister dan doktor. Tingkat diploma sendiri terbagi menjadi Diploma Satu (D1), Diploma dua (D2), Diploma tiga (D3), dan Diploma empat (D4). Tingkat sarjana, magister,
(61)
46
dan doktor yang dimaksud di sini masing-masing sama artinya dengan Sarjana Strata Satu (S1), S2, dan S3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, menyatakan bahwa guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Tingkat pendidikan guru TK di Kecamatan Margoyoso adalah guru dengan pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 58 orang, guru dengan pendidikan terakhir D1/D2/D3 sebanyak 31 orang, dan sebanyak 53 orang guru dengan pendidikan terakhir S1/D4. Data diatas melihatkan bahwa guru TK yang sudah memenuhi standar kualifikasi akademik berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 adalah 53 orang (37 %).
2.5
Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang kedua dilakukan oleh Rina Istiqomah (2009) yang meneliti tentang “Profil Kinerja Pendidik Anak Usia Dini dalam Mengelola Pembelajaran di Kelompok Bermain Anak Cerdas Ungaran”. Penelitian ini memfokuskan pada kinerja pendidik yang menitikberatkan pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya perkembangan penyelenggaran Kelompok Bermain “Anak Cerdas” antara lain kurangnya jumlah pendidik, kurangnya kreatifitas pendidik dalam menciptakan alat permainan edukatif, serta pengurus masih memerlukan pengetahuan dan pengalaman lebih
(1)
bidang pengembangan moral dan agama, seni budaya,bahasa maupun bidang pengembangan sosial emosional.
4. Apakah setiap sekolah melakukan
inovasi dalam pengembangan
kurikulum? Bagaimanakah bentuk dari inovasi tersebut?
Oh iya semua sekolah mengembangkan
inovasi pengembangan kurikulum
sekolah, hal itu kita laksanakan baik pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran, dan kita juga sebagai pengawas atau nara sumber kurikulum kita kupas dalam kegiatan KKG.
5. Apakah pendidik menyesuaikan
pengembangan kurikulum dengan
tujuan pendidikan nasional?
Iya, Kami juga sosialisasikan
implementasi sekolah ramah anak dalam standar nasional pendidikan khususnya provinsi Jawa Tengah.
6. Apakah tujuan kurikulum yang tertuang
sudah sesuai dengan perkembangan anak usia dini?
Iya sudah.
7. Apakah tujuan kurikulum sudah sesuai dengan tujuan pendidikan lembaga? Bagaimanakah penerapannya?
Memang setiap lembaga memiliki
tujuan-tujuan sendiri sehingga dalam
pengembangannya mereka menyesuaikan
dengan tujuan sekolahnya
masing-masing.
(2)
menyesuaikan tujuan kurikulum pada lembaga dengan kebutuhan masyarakat?
wali siswa untuk diajak kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
9. Bagaimanakah cara pendidik dalam
menentukan pengembangan kurikulum
berdasarkan dengan perkembangan
IPTEK?
Kita karena pengembangan IT pada rekan-rekan belum maksimal, namun pengawas sudah mensosialisasikan
dalam kegiatan KKG dengan
menggunakan laptop. Namun hal ini belum semua guru mengenalnya seperti
laptop tersebut. Hanya rekan-rekan
tertentu saja yang sudah mengenal IT.
10.Bagaimanakah pendidik menyesuaikan
tujuan kurikulum dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat?
Untuk tujuan kurikulum dan
perkembangan masyarakat ini sudah sesuai. Dalam arti kesesuaian ini kita buktikan, misal dalam rangka menyusun progam, mengevaluasi progam dan juga pelaksanaan progam itu dari rekan-rekan guru TK mendatangkan wali murid, baik dalam hal pendanaan atau yang lainnya, begitu.
11.Bagaimanakah pendidik menentukan
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan anak usia dini?
Dibagi berdasarkan usia anak. Kelompok A dan kelompok B.
12.Bagaimanakah strategi pendidik dalam mengembangkan kegiatan bermain bagi
Semua TK sudah memiliki alat-alat bermain, baik yang ada di dalam kelas
(3)
anak sehingga kegiatan tersebut dapat terkesan inovatif dan kreatif?
maupun yang ada di halaman, semua itu didanai oleh pemerintah. Untuk media-media rekan2 pada waktu KKG sudah sering menggunakan barang bekas untuk media pembelajaran, seperti sedotan dibentuk balok atau segitaga, bahwa untuk membuat menara dan itu sudah dilaksanakan oleh semua TK. Kemarin dari rekan-rekan guru TK selain KKG
berinisiatif mengadakan work shop
sebagai salah satu pelatihan. 13.Apakah kegiatan bermain sambil belajar
yang diterapkan di sekolah telah berlangsung secara efektif dan mampu mencapai tujuan pengembangan yang sudah ditetapkan oleh sekolah?
Memang dengan adanya kurikulum
sesuaidengan kapasitas kemampuan
sekolah masing-masing. Dalam arti gini julmlah siswa yang relative berbeda ada yang mencapai 200 anak, itu di TK Ngemplak Kidul, Purwodadi, tetapi kalau kita melihat TK pesisir yang hanya ada 12 anak, jadi hal itu semua sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
14.Apakah pendidik melakukan
pengelompokkan terhadap setiap
kegiatan bermain sesuai dengan usia anak? Apa bila iya, seperti apakah
Iya ada TK A dan TK B. A itu untuk usia 4-5 tahun dan B itu untuk 5-6 tahun.
(4)
pengelompokkannya tersebut?
15.Apakah pendidik mengembangkan
materi keaksaraan, konsep matematika, pengetahuanalam, pengetahuan sosial, seni, teknologi, dan ketrampilan proses untuk anak usia 4-6 tahun?
Iya ada pengembangan moral dan agama, seni budaya,bahasa maupun bidang pengembangan sosial emosional juga.
16.Bagaimanakah tahapan yang harus
dilakukan pendidik dalam memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik?
Pertama disesuaikan dengan ini ya usia anak, tingkat perkembangan anak juga,
dan ini sesuai indikator-indikator
perkembangan yang ada pada panduan. 17.Apakah materi yang telah dipilih oleh
pendidik selama ini sudah efektif dan dapat mencapai tujuan pengembangan yang telah ditetapkan oleh pendidik dan pihak lembaga?
Semua tergantung sekolah
masing-masing ya, sepertinya sudah, karena setiap sekolah memiliki memiliki tujuan kurikulumnya sendiri-sendiri.
18.Apakah ada panduan penyusunan Prota,
Promes, RKM, dan RKH dari dinas?
Oh ya ada, dan kita juga kadang-kadang pengawas melihat lewat internet, KKPS,
diskusi temen-temen kita sering
menyampaikan informasi-informasi
penting yang berkaitan dengan
kurikulum.
19.Bagaimana dan kapankah pendidik
menyusun Rencana Kegiatan Tahunan dan Semesteran?
Setiap tahun pembelajaran itu mereka selalu membuat progam tahun dan semesteran ya, tapi ya kalau dari
(5)
tahun-tahun kemarin tidak ada perbedaan atau perkembangan yang signifikan ya.
20.Kapankah guru menyusun Rencana
Kegiatan Mingguan dan Rencana
Kegiatan Harian?
Kita melihat situasinya, kadang-kadang rata-rata ya belum. Tapi untuk yang sudah guru negeri biasanya sudah karena apabila kita sewaktu-waktu melakukan supervise mereka harus siap. Tetapi yang swasta ya mohon maaf, hanya sebatas itu. Saya pribadi tidak bisa memaksa, tetapi
hanya sebatas bisa memberikan
motivasi dan pengertian. Pernah saya menemukan yang sampai 1 minggu belum membuat. Tapi yang negeri pasti sudah siap. Kalau saya menyuruh untuk mengumpulkan RKH mereka semua
mengumpulkan, tapi kalau ditinjau
langsung ya belum tentu sudah dibuat pada hari itu.
21.Apakah pendidik dalam pembuatan
Prota, Promes, RKM, dan RKH sudah sesuai dengan panduan penyusunan yang ada?
Oh iya, kami pengawas selalu
memotivasi para guru dalam KKG atau diskusi untuk selalu mengembangkan RKH dan RKM.
22.Apakah pendidik memahami dengan
baik tentang prinsip-prinsip
Iya memahami dengan baik, kan ada panduan indikator pencapain juga dan itu
(6)
evaluasi/penilaian? yang jadi acuan dalam penilaian.
23.Kapankah dan bagaimanakah pendidik
melakukan penilaian/evaluasi?
Setiap akhir pembelajaran ya kan mengadakan catatan-catatan apakah itu berupa penilaian terakhir nanti, setiap akhir semester itu mereka membuat raport yang berbentuk deskripsi, lha hasil ini yang akan diberikan kepada wali agar mengetahui perkembangan siswa.
24.Apakah ada panduan dalam menyusun
indikator dalam evaluasi dari dinas? Jika ada, seperti apakah bentuk dari pedoman tersebut?
Oh ada mbak nanti bisa dilihat sendiri. Rekan-rekan guru dalam kurikulum mereka sudah ada punya semua. Setiap TK pasti ada.
25.Bagaimanakah cara pendidik melakukan
analisis hasil evaluasi?
Itu nanti ditanyakan kegurunya langsung, biasanya dibicarakan oleh rekan sesama guru disekolah, kalau masalahnya cukup besar kadang dirembukan antar sekolah dalam satu gugus.
26.Apakah guru menggunakan hasil
evaluasi untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya?
Iya pasti digunakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran selanjutnya.