Pengertian Belajar Kajian Teori

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Abdul Hadis 2008:60 bahwa perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi pesera didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Agus Suprijono 2010:39 bahwa kontruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan. Kontruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Kontruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran kontruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar commit to user dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Menurut Depdiknas 2005:3 pada teori Piaget, Piaget menjelaskan bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu: a. Struktur atau skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. b. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi. c. Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan- kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk meng-organisasi proses-proses pisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara beradaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang commit to user dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya. Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori itu akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di kelas atau di sekolahnya. Guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat- alat peraga, dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing. Menurut Agus Suprijono 2010:163 bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan motivasi yang dilandasi tujuan tertentu. Seseorang dikatakan belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya dari tidak tahu matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam diri kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikemukakan oleh Pape 2004:52 bahwa: Mathematics educators have been called to teach mathematics through problem solving National Council of Teachers of Mathematics [NCTM], 1989, 2000. As stated in Priciples and Standards for School Mathematics NCTM, 2000: “Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so ... By learning problem solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar situations ...”. commit to user Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika hendaknya menerapkan model pemecahan masalah, seperti yang telah ada dalam prinsip dan standar matematika di sekolah. Pemecahan masalah bukan hanya untuk metode dalam pembelajaran matematika tetapi juga sebagai cara dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika maka siswa dapat memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin tahu dan percaya diri dalam situasi yang baru. Menurut Ngalim Purwanto 2010:84 bahwa adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalahberpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, menemukan struktur commit to user pemikiran secara umum dan interaksi dengan objek yang dipelajari secara nyata dengan menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Depdiknas 2005:3 model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik. Menurut Agus Suprijono 2010:46 model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Maull and Berry 2001:78 bahwa: Developing modelling skill should be an important part of an undergraduate degree programme but it often over looked as course concentrate on teaching mathematical knowledge and skill and introducing standar models. The modelling process is often characterised as a cyclic process in which one start with a”real problem set in words” Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bisa menjadi bagian penting pada program yang disetujui tetapi itu sering keliru seperti program di sekolah pada pengetahuan dan kemampuan pengajaran matematika. Proses model adalah sering dikhususkan seperti proses pada permasalahan nyata. Menurut Depdiknas 2005:14 bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa commit to user untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: a. Meningkatkan hasil akademik yang mana siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu. b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: a. Bertujuan menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk mempelajari materi dan menyelesaikan masalah pada materi yang dibahas. b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. commit to user d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Menurut Agus Suprijono 2010:54 pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok di sini merupakan kelompok siswa yang ada interaksi. Setiap anggota kelompok berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang mengatur perilaku anggota kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: a. ”Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. b. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Menurut Slavin 2010:103 pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda. Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus bertujuan menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang memperhatikan commit to user keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan 2007:36 bahwa: Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both and instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran adalah paling efektif yang mana siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas belajar. Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai model pembelajaran pada berbagai jenis tingkat pendidikan dan berbagai jenis mata pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Setiap anggota dalam satu kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama commit to user dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya. b. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. e. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Pahyono 2004:2 bahwa model pembelajaran Cooperative Learning CL dengan berbagai tipe dikembangkan berlandaskan teori belajar Constructivism Konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofis pendekatan konsep dalam pembelajaran. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas sempit dan tidak datang sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Fakta adalah suatu commit to user konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide matematika dalam bentuk kata atau simbol. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan. Model CL juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup life skill, karena terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara individu dan membangun kerjasama antar anggota dalam kelompok. Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif Fase Keterangan Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Memperhatikan penjelasan guru 2 Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi melalui penjelasan, demonstrasi atau buku bacaan Memperhatikan informasi yang disampaikan guru, melalui demonstrasi atau menyimak buku 3 Mengorgisasikan siswa dalam kelompok belajar Guru membentuk kelompok secara heterogen Membentuk kelompok sesuai dengan model yang diterapkan 4 Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok belajar sesuai tugas dengan tugas siswa Bekerja secara kelompok 5 Evaluasi Guru meminta siswa dalam kelompok maupun klasikal untuk mempresentasikan hasil diskusi belajarnya Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok maupun secara 6 Memberikan penghargaan Pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok Mendapatkan penguatan materi pelajaran dan menerima penghargaan bagi individu maupun kelompok commit to user Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament(Tgt)( PTK pada Siswa Kelas VII A SMP D

0 2 10

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Fan-N-Pick pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecemasan pada Matematika Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Magelang.

0 0 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5