Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw Prestasi Belajar Matematika

commit to user Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok. NO PEROLEHAN SKOR RATA-RATA PREDIKAT 1 85 atau lebih Super Team 2 75 – 84 Great Team 3 65 - 74 Good Team

5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw

Perbedaan antara kelompok belajar dalam Tabel berikut ini: Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw NO Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1 Kepemimpinan bersama. Tidak ada pemimpin 2 Saling ketergantungan yang positif. Tidak ada saling ketergantungan. 3 Seluruh anggota kelompok bertanggungjawa terhadap hasil belajar. Tidak semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap hasil belajar. 4 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif. Menekankan pada tugas individu dan kelompok. 5 Guru sebagai fasilitator. Guru membimbing secara klasikal maupun individual. 6 Skor yang diperoleh adalah hasil skor kelompok. Skor yang diperoleh secara individu dan kelompok. commit to user

6. Prestasi Belajar Matematika

Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:723 diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan untuk penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 1995:3 matematika dalam GBPP adalah matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya telah dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan kemampuan siswa. Walaupun objek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek yang kongkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah deduktif dan konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah juga disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Matematika menurut Marsigit 2002:2 adalah sebagai berikut: a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan. c. Matematika adalah kegiatan problem solving. d. Matematika adalah alat untuk komunikasi. Menurut Karp 2008:42 bahwa: The analysis of what teachers consider beautiful in mathematics is important not only for a better understanding of teacher’s mentality: it also directs our attantion to very practical issues. The formation of the aesthetic perception of mathematics proves impossible when one or another section must be taught and studied too quickly, superficily, and be relying on mindless, rote memorization of rules. The fact that for many teachers the commit to user beautiful lies outside the bounds of ordinary program is, surely, an alarm signal. It is an important challenge for the mathematical community to reorganize the ordinary course in mathematics so as to make the teachers see the bauty in it. Then the student has the chance to see it there as well. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang cantik, dimana harus dikuasai oleh guru matematika untuk ditransferkan ke siswa dengan cara yang indah. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika perlu cara khusus. Pada kenyataannya bahwa beberapa guru tidak memanfaatkan keindahan matematika tetapi mereka dibatasi oleh kurikulum yang harus dicapai. Ini sebuah perubahan penting bagi masyarakat matematika untuk memberikan masukan ke lembaga pendidikan agar membuat guru matematika mau melihat keindahan matematika. Harapannya siswa dapat juga menyaksikan keindahan itu sehingga mereka tertarik belajar matematika. Begitu pula menurut Ernest 2008:6 bahwa: Routine mathematical activity typically involves relatively simple initial texts and deployment of restricted transformation rules in the production of sequences of text. Less routine or creative mathematical activities, such as problem solving, applications, or investigational work, tipically involve more complex task formulations and require some novelty and insight in selecting which transformations to apply and which elements to apply them to, the producing the sequence. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rutinitas kegiatan matematika relatif sederhana dalam susunan aturan. Kurangnya rutinitas atau kreatifitas dalam kegiatan matematika seperti halnya pada pemecahan masalah, penerapan atau unjuk kerja, hal ini merupakan tugas yang lebih komplek dengan perubahan, penerapan dalam susunan aturan. commit to user Menurut Agus Suprijono 2010:5 bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:895 prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran commit to user matematika yang di tunjukkan dengan hasil yang berupa nilai dan perubahan motivasi belajar matematika.

7. Motivasi Belajar matematika

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament(Tgt)( PTK pada Siswa Kelas VII A SMP D

0 2 10

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Fan-N-Pick pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecemasan pada Matematika Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Magelang.

0 0 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5