Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 83 Dari rangkuman hasil uji komparasi ganda tampak bahwa: a. Pada 2 . 1 . µ µ vs diperoleh keputusan uji H ditolak maka secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. b. Pada 3 . 1 . µ µ vs diperoleh keputusan uji H ditolak maka secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. c. Pada 3 . 2 . µ µ vs diperoleh keputusan uji H ditolak maka secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dan rendah. Keterangan: 1 . µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi tinggi. 2 . µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi sedang. 3 . µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi rendah. Perhitungan selengkapnya Uji Scheffe’ terdapat pada lampiran 37 Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan ke-tiga hipotesis penelitian yang terdapat pada Bab II Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis dan hasilnya sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 84 1. Hipotesis pertamaH OA Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama A model pembelajaran diperoleh F a = 0,2335 F 0,05;1;161 = 3,84. Nilai F a tidak terletak di daerah kritik, oleh karena itu H 0A diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jadi Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan bahwa Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT lebih baik daripada prestasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaan antara hipotesis dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan dari proses pelaksanaan kedua model pembelajaran dalam penelitian ini. Ditinjau dari teori pembelajaran, kedua model pembelajaran TGT dan Jigsaw termasuk dalam tipe pembelajaran kooperatif, namun dengan skenario kegiatan pembelajarannya yang berbeda ternyata tidak membawa efek yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut: a. Penerapan model pembelajaran tipe TGT terdapat turnamen yang memberikan kesempatan melakukan prestasi terbaik untuk kelompoknya. Sebagian siswa menggunakan kesempatan kompetisi dengan baik dan termotivasi untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, tetapi beberapa siswa merasa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 85 kurang antusias mengikutinya, mereka kurang aktif dalam berdiskusi, mereka berdiskusi hanya dengan teman di sampingnya dalam kelompok. Pada saat pelaksanaan game sebagian besar siswa mengikutinya dengan baik dan sungguh-sungguh khususnya yang mempunyai motivasi tinggi dan sedang, terbukti bahwa mereka yang mendapat giliran menjawab berusaha untuk menjawab dan siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda berusaha menantangnya. Pada saat siswa mendapat giliran mengambil kartu bernomor kemudian membaca soal yang sesuai dengan nomor pada kartu berusaha menjawab soal tersebut dengan baik. Siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda menantangnya, kemudian setelah semua siswa diberi kesempatan menantang sudah selesai baru siswa yang duduk di sebelah kanan pembaca tadi membuka kunci jawaban yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang jawabannya benar menyimpan kartu yang diambil tadi, setelah pertandingan selesai masing- masing siswa kembali ke kelompoknya, kemudian guru membaca perolehan skor siswa merasa senang sekali yang mendapat skor tinggi. Tetapi pada siswa yang mendapat skor rendah pada umumnya berasal dari siswa yang bermotivasi rendah ada rasa kekecewaan dan rendah diri. Sehingga untuk turnamen selanjutnya mereka tidak begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran. b. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terdapat adanya tim ahli dalam membahas suatu tema dimana pemilihan tim ahli ini diserahkan pada hasil kesepakatan kelompok. sehingga dengan adanya pengelompokan tim ahli ini akan memotivasi anak untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka diskusikan sesuai dengan pilihan siswa. Namun ternyata tidak semua perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 86 siswa melakukannya sesuai tanggungjawabnya, walau siswa diberi tanggung jawab penuh, materi yang diberikan harus mereka kuasai dan setelah kembali ke kelompok awalnya mereka harus menjadi guru yang baik untuk temannya. Di samping itu dalam pembelajaran Jigsaw ada skenario pemberian skor kemajuan individu berdasarkan skor awal yang dipunyai siswa itu sendiri, ini membuat siswa tetap optimis untuk bisa meraih skor kemajuan individu yang melampaui skor awalnya ini terjadi pada siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Kondisi seperti tidak berlaku bagi siswa dengan motivasi rendah, mereka kurang menguasai materi yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya dan masih tergantung ke siswa lain serta kurang aktif dalam presentasi di kelompok semula. Sehingga bagi siswa dengan motivasi sedang dan tinggi berusaha membantunya. Hal ini berdampak pada pertemuan selanjutnya mereka akan pasif dan berharap uluran teman lainnya. 2. Hipotesis kedua H 0B Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama B motivasi belajar diperoleh F b = 35,7951 dan F tabel = 3,00 sehingga F b F tabel maka H 0B ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa sebagai akibat pengaruh motivasi belajar matematika yaitu motivasi belajar matematika siswa tinggi, sedang, atau rendah. Karena ada tiga kolom maka perlu dilanjutkan dengan Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom. Hasil uji Scheffe untuk komparasi antar kolom berturut-turut diperoleh F 1.2 = 25,9821 6,00 = 2F 0,05;2;161 , F 1.3 = 72,0135 6,00 = 2F 0,05;2;161 , F 2.3 = 12,0836 6,00 = 2F 0,05;2;161 ini berarti terdapat perbedaan rataan prestasi belajar matematika sebagai akibat dari tingkat motivasi belajar tinggi dan sedang, motivasi belajar tinggi dan rendah, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 87 juga motivasi belajar sedang dan rendah. Dengan berdasar Tabel 4.10 di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Untuk 2 . 1 . µ µ vs H ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan marginal pada kolom dua adalah 70,0741 maka disimpulkan bahwa: Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. b. Untuk 3 . 1 . µ µ vs H ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka disimpulkan bahwa Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 88 motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Untuk 3 . 2 . µ µ vs H ditolak, ini berarti secara siginifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dengan prestasi belajar siswa bermotivasi rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom dua adalah 70,0741 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Hipotesis Ke tiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek interaksi AB model pembelajaran dan kemampuan awal siswa diperoleh F ab = 0,7427 F 0,05;2;161 = 3,00, maka H 0AB diterima artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa sehingga perbandingan sel antar kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A model pembelajaran kooperatif maupun efek utama B motivasi belajar. Karena untuk efek utama A model pembelajaran menunjukkan penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament TGT dan model Jigsaw memberikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 89 efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika dan hasil pada uji komparasi menunjukan bahwa efek utama kolom berlaku untuk tingkat motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa: a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini juga tidak sama dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi sedang dan rendah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction. b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 90 siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 91 Jigsaw siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono 2009 yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

E. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament(Tgt)( PTK pada Siswa Kelas VII A SMP D

0 2 10

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Fan-N-Pick pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecemasan pada Matematika Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Magelang.

0 0 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5