3.56 4.87 Risiko Likuiditas PROSPEK PEREKONOMIAN

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 69 Pada triwulan II-2009, kredit modal kerja menyumbang kredit non lancar terbesar. Apabila dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja memiliki NPLs tertinggi, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi. NPLs kredit modal kerja bank umum di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 sebesar 4,64, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing dengan NPLs sebesar 4,57 dan 1,21 Grafik 3.9. Sektor Industri mempunyai NPLs tertinggi. Tabel 3.3.. Secara sektoral, NPLs terbesar didominasi oleh sektor industri, yang nilainya sebesar 7,04. Sektor perindustrian, memiliki jumlah kredit yang cukup besar, dan nasabah sektor ini juga merupakan nasabah besar sehingga apabila terdapat beberapa nasabah yang terganggu kemampuan membayar cicilan bunganya, akan sangat berpengaruh terhadap NPLs. Selain sektor industri, sektor lain yang juga mempunyai NPLs cukup tinggi adalah sektor pengangkutan dan sektor konstruksi masing-masing sebesar 3,77 dan 2,95. TABEL 3.5. RASIO NPLs JENIS KREDIT MODAL KERJA PER SEKTOR EKONOMI PERSEN Sektor Ekonomi TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 Pertanian 2.79 3.48 2.82 2.41 2.52 2.60 Pertambangan 1.12 1.64 0.85 0.71 24.67 0.85 Industri 5.89 5.19 3.77 3.22 7.73 7.04 Listrik, Gas, Air 0.00 0.29 1.51 0.35 0.38 0.14 Konstruksi 6.53 5.41 3.66 1.94 3.20 2.95 PHR 4.18 4.01 3.80 2.71 3.37 3.77 Pengangkutan 6.14 5.43 5.29 4.08 3.71 5.37 Jasa dunia usaha 2.78 1.86 1.69 4.97 4.73 2.36 Jasa sosial masy. 3.20 2.57 1.59 1.44 1.48 1.21 Lainnya 3.16 2.51 1.77 2.88 5.32 6.48 NPLs KMK 4.56

4.22 3.56

2.97 4.87

4.64 Sumber : LBU, Bank Indonesia Dengan melihat kondisi diatas, secara umum risiko kredit bank umum di Jawa Tengah masih cukup rendah. NPLs bank umum Jawa Tengah sampai dengan saat ini masih di bawah level aman menurut Bank Indonesia yaitu pada kisaran 3,41. Pada triwulan ini kredit tetap tumbuh walaupun melambat, yaitu pada kisaran 15,60 yoy dan 3,43 qtq dan industri perbankan tetap mampu mengamankan eksposur kreditnya terlihat dari penurunan NPLs triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,70. Penerapan sistem manajemen risiko industri perbankan yang lebih responsif dapat menurunkan potensi munculnya risiko kredit. Krisis keuangan global yang terjadi pada triwulan IV-2008 masih harus diwaspadai dampaknya walaupun pada triwulan laporan sudah menunjukkan tren pemulihan. Risiko kegagalan debitur besar dalam memenuhi kewajiban membayar K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 70 hutang tampaknya masih menjadi salah satu sumber peningkatan rasio NPLs . Selain pemberian kredit, risiko kredit juga dapat bersumber dari berbagai aktivitas Bank, antara lain penyaluran kredit yang terkonsentrasi pada sektor-sektor yang memiliki nasabah besar yang berisiko tinggi terhadap fluktuasi perekonomian nasional dan internasional.

3.4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas bank umum di Jawa Tengah masih terjaga dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan industri perbankan Jawa Tengah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang masih cukup baik meski menurun. Industri perbankan harus dapat menjaga keseimbangan antara sisi aset dan sisi liabilitis melalui manajemen likuiditas yang baik. Indikator likuiditas perbankan Jawa Tengah masih berkembang cukup baik meskipun mengalami tren penurunan dari triwulan-triwulan sebelumnya. Penurunan cash ratio perbankan secara berturut-turut selama tiga triwulan perlu diwaspadai mengingat cash ratio mengindikasikan kemampuan perbankan dalam membayar kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi dari kas perbankan yang tersedia. 10.73 8.05 8.61 8.77 2 4 6 8 10 12 Tw III-2008 Tw IV-2008 Tw I-2009 Tw II-2009 P e rs e n Cash Ratio Sumber: LBU, Bank Indonesia Apabila dilihat dari jangka waktu penyimpanan, hampir seluruh DPK bank umum di Jawa Tengah adalah dana jangka pendek. Komposisi DPK secara berurutan dari terbesar adalah simpanan tabungan 44,31, simpanan deposito 39,09, dan simpanan giro 16,60. Bila dirinci lagi, simpanan deposito dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun sebesar 38,62 dari total DPK atau 98,80 dari deposito. Struktur DPK perbankan Jawa Tengah yang didominasi oleh dana jangka pendek sebaiknya menjadi pertimbangan perbankan dalam penyaluran kredit yang biasanya berjangka menengah atau panjang. Jika dana yang tersedia diperkirakan tidak akan mencukupi, perbankan sebaiknya mulai menahan ekspansi kreditnya. Grafik 3.11. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 71 Deposito 1 th 39 Deposito 1 th Tabungan 44 Giro 17 Sumber: LBU Bank Indonesia 3.5. Risiko Pasar Risiko pasar bank umum di Jawa Tengah relatif rendah. Risiko pasar adalah risiko kerugian yang diderita bank akibat terjadinya perubahan market price atas aset bank, interest rate dan foreign exchanges rate, market volatility dan market liquidity. Risiko kerugian itu terjadi setiap saat ketika manajemen bank lengah dan tidak melakukan langkah antisipatif pada saat kritis. Posisi kritis itu dapat terbentuk akibat terjadinya tiga kemungkinan. Pertama, bila terdapat perubahan harga atas market instruments dari aset bank serta ketika terjadi gejolak dan perubahan atas likuiditas pasar. Kedua, bila terbentuk posisi long atau short atas account valas nya. Ketiga, bila terbuka gap antara rate sensitive assets RSA dan rate sensitive liabilities RSL pada neraca bank. Dari ketiga hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menghindari risiko pasar, bank harus mewaspadai interest rate dan foreign exchanges rate. Perbankan di Jawa Tengah relatif jarang memiliki eksposur valuta asing yang besar dan juga belum intensif memasarkan produk-produk derivatif. Transaksi pasar uang yang terjadi biasanya dilakukan di kantor pusat masing-masing bank, yang umumnya berlokasi di Jakarta. Hal ini mengakibatkan risiko yang terkait dengan perubahan kurs, relatif cukup terkendali atau rendah. Dengan kondisi di atas maka risiko pasar perbankan Jawa Tengah relatif rendah. Grafik 3.12. Komposisi DPK Bank Umum Triwulan II-2009 K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 72

3.6. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek