Perkembangan Perbankan Syariah PROSPEK PEREKONOMIAN

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 77 4 9 4 , 4 ,4 . 4 Sumber : LBPR, diolah Grafik 3.19. Kredit BPR Berdasarkan Sektor Jawa Tengah TW II-2009

3.9. Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan bank umum dan BPR syariah di Jawa Tengah pada triwulan II- 2009 menunjukkan peningkatan sebesar 45,26 dibandingkan posisi yang sama pada tahun lalu. Namun jika dibandingkan triwulan I-2009 pekembangan perbankan syariah menunjukkan sedikit perlambatan 0,15 Grafik 3.20 . Dengan posisi tersebut, pertumbuhan perbankan syariah masih belum mampu memenuhi target pertumbuhan 50 perbankan syariah di Jawa Tengah. ,.4 4 4 ,4 , 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 + , , , , , ,? Sumber : LBPR, diolah Ket : angka sementara Grafik 3.20. Pertumbuhan Perbankan Syariah di Jawa Tengah TW II-2009 Aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan, mencapai Rp. 2,7 miliar, atau meningkat sebesar 15,32 jika dibandingkan triwulan I-2009. Seiring dengan peningkatan aset tersebut, share aset bank syariah terhadap aset bank secara keseluruhan juga mengalami peningkatan menjadi 2,51 tabel 3.8. Perkembangan ini masih cukup jauh bila dibandingkan dengan target Bank Indonesia untuk mencapai share 5 secara nasional. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 78 TABEL 3.8. PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM BPR SYARIAH DI JAWA TENGAH Rp. Juta 2007 TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II yoy qtq BPR Syariah Jumlah BPRS 13 15 16 16 16 17 17 Aset 58 61 78 87 99 106 120 53,44 13,21 Pembiayaan 39 42 54 65 69 78 89 65,42 14,10 DPK 38 41 48 55 64 72 82 72,55 13,89 - Tabungan - - 26 26 36 39 42 59,28 7,69 - Deposito - - 21 29 28 33 40 89,09 21,21 FDR 102,32 102,06 113,22 118,18 107,81 108,33 108,54 -4,14 0,19 NPF Nominal 2 3 3 3 5 5 5 58,03 0,00 NPF Gross 6,27 8,02 5,88 4,62 7,25 6,41 5,62 -4,47 -12,36 BU Syariah Jumlah BUS 15 16 17 23 23 24 24 Aset 1.574 1.563 1.787 2.225 2.318 2.244 2.590 44,90 15,42 Pembiayaan 1.240 1.259 1.566 1.808 1.958 1.925 2.143 36,86 11,32 DPK 1.205 1.247 1.415 1.495 1.637 1.588 1.810 27,93 13,98 - Tabungan 768 804 841 919 971 961 1.057 25,63 9,99 - Deposito 437 443 574 576 666 627 753 31,29 20,10 FDR 102,84 101,04 110,67 120,94 119,61 121,22 118,40 6,98 -2,33 NPF Nominal 42 60 65 46 44 88 85 30,03 -3,41 NPF Gross 3,41 4,73 4,17 2,54 2,25 4,57 3,97 -4,99 -13,23 GABUNGAN Jumlah Bank Syariah 28 31 33 39 39 41 41 Aset 1.633 1.624 1.866 2.312 2.318 2.350 2.710 45,26 15,32 Pembiayaan 1.278 1.301 1.620 1.873 2.027 2.003 2.232 37,80 11,43 DPK 1.243 1.287 1.462 1.550 1.701 1.660 1.892 29,38 13,98 - Tabungan 768 804 868 945 1.007 1.000 1.099 26,65 9,90 - Deposito 437 443 595 605 694 660 793 33,35 20,15 FDR 102,82 101,07 110,76 120,84 119,17 120,66 117,97 6,51 -2,23 NPF Nominal 45 63 69 49 49 93 90 31,32 -3,23 NPF Gross 3,50 4,84 4,23 2,62 2,42 4,64 4,03 -4,70 -13,15 Pertumbuhan 2008 2009 Indikator Ket : Angka Sementara Sumber : LBU, Bank Indonesia DPK perbankan syariah hingga triwulan II-2009 juga mengalami peningkatan sebesar 13,98 dibandingkan triwulan lalu, dan posisinya mencapai sebesar Rp. 1,89 miliar. Di sisi lain, penyaluran dana perbankan syariah, baik bank umum syariah maupun BPR syariah, mengalami peningkatan sebesar 11,43 terhadap triwulan I- 2009, dimana nilai pembiayaan perbankan syariah tercatat sebesar Rp. 2,23 miliar. Secara tahunan, persentase peningkatan pembiayaan tersebut lebih besar dibandingkan dengan peningkatan DPK, sehingga nilai Financing to Deposit Ratio FDR tahunan juga mengalami peningkatan sebesar 6,51 menjadi 117,97. Namun untuk posisi triwulanan, pertumbuhan nilai Pembiayaan lebih kecil 11,43 dibandingkan pertumbuhan nilai DPK 13,98. Hal ini mengakibatkan tingkat FDR triwulanan mengalami penurunan sebesar -2,23. Penurunan ini tidak terlepas dari dampak krisis global, yang membuat bank syariah lebih berhati – hati dalam K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 79 menyalurkan dananya. Namun demikian, fungsi intermediasi yang dilakukan perbankan syariah di Jawa Tengah masih berjalan dengan baik terlihat dari nilai FDR perbankan syariah yang selalu di atas 100. Hal ini membuktikan bahwa dana masyarakat yang dihimpun dari masyarakat, seluruhnya disalurkan kembali kepada masyarakat. Meskipun cukup ekspansif, namun kinerja perbankan syariah pada triwulan II-2009 masih baik, terlihat dari tingkat Non Performing Financing NPF perbankan syariah masih relatif rendah di bawah 5, yaitu 4,03. . . . , . . 3 3 3 3 - 3 3 ? , 4 4 4 4 4 4 4 4 4 ,3 ? 2 + 7 + 7 Sumber : LBU, diolah Grafik 3.21. Perkembangan Indikator perbankan Syariah di Jawa Tengah TW II-2009 , 4 , 4 4 4 4 4 4 4 3 - 3 3 3 3 - 3 3 ? . , 4 4 4 4 4 4 4 +1 5 Sumber : LBU, diolah Grafik 3.22. Kinerja Bank Syariah di Jawa Tengah TW II-2009 Berdasarkan LDR dan NPLs , . , , , . , 3 3 3 3 - 3 3 ? , 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 6 + + Sumber : LBU, diolah Grafik 3.23. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan Syariah di Jawa Tengah TW II-2009 Pada tahun 2009, berdasarkan blueprint tahapan pengembangan perbankan syariah, yang dikeluarkan Bank Indonesia, telah memasuki tahap ke-2 yaitu memperkuat struktur industri yang akan berakhir pada tahun 2009. Tahap ke-2 ini K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 80 merupakan tahapan memperkuat struktur industri perbankan. Untuk mendukung tahap II tersebut, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya penguatan struktur industri perbankan syariah. Upaya tersebut antara lain adalah bagi bank-bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah UUS, dan nilai asetnya telah mencapai sedikitnya 50 dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU No 212008, maka bank konvensional tersebut wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi bank umum syariah. Upaya lain untuk mendorong percepatan adalah dengan melonggarkan beberapa aturan seperti penyederhanaan syarat pembukaan kantor cabang bank syariah atau office channeling. Selain itu beberapa kebijakan yang mengatur instrumen syariah untuk mendorong kemajuan industri syariah juga telah ditetapkan seperti munculnya UU Surat Berharga Syariah Negara. Dengan UU tersebut membuat pemerintah dapat segera menerbitkan sukuk surat utang syariah. Dengan adanya sukuk, instrumen syariah akan semakin berkembang, sehingga kendala untuk penempatan dana perbankan syariah sedikit teratasi. Sementara itu, kebijakan penurunan SBI yang direspon dengan turunnya suku bunga perbankan juga mendorong bagi hasil dari perbankan syariah menjadi lebih kompetitif.

3.10. Kredit UMKM