Sektor Lainnya Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,7

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 30 TABEL 1.5 PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK RP MILIAR qtq yoy Total aset 94,342 99,100 107,486 111,811 113,258 116,051 2.47 17.10 DPK 74,783 78,761 81,185 86,139 90,140 92,260 2.35 17.14 Giro 12,772 12,971 11,789 12,296 14,035 14,358 2.30 10.69 Tabungan 33,938 36,219 36,512 40,103 39,129 40,681 3.97 12.32 Deposito 28,073 29,571 32,884 33,740 36,976 37,221 0.66 25.87 Kredit 64,040 71,397 77,110 79,331 79,835 82,670 3.55 15.79 LDR 85.63

90.65 94.98

92.10 88.57

89.61 NPLs

4.13 2.80

3.24 2.95

4.13 4.61

2009 INDIKATOR USAHA MARET JUNI SEP DES MARET JUNI 2008 Pertumbuhan Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data BPR posisi Maret 2009 masih bersifat sementara Namun demikian, secara umum kinerja sektor ini masih tumbuh cukup baik dan stabil. Walaupun mengalami sedikit perlambatan, beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR loan to deposit ratio serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL non performing loans masih relatif cukup baik Tabel 1.5.

2.5. Sektor Lainnya Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,7

yoy, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 7,47 yoy. Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh perkembangan sub sektor jasa swasta terutama untuk belanja partai politik guna kepentingan pemilu legislatif dan presiden. Jasa-jasa lain terkait dengan jasa pendidikan juga turut mendorong perkembangan sektor ini. Dari sisi pembiayaan perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa-jasa secara triwulanan oleh bank umum di Jawa Tengah masih mengalami kontraksi, namun mulai membaik dibandingkan periode sebelumnya. Selama beberapa periode terakhir, walaupun secara nominal penyaluran kredit di sektor jasa mengalami peningkatan, namun pertumbuhan secara triwulanan menunjukkan trend penurunan. Bahkan pada triwulan I-2009 angka pertumbuhan triwulanan mulai menyentuh level negatif atau mengalami kontraksi. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh krisis keuangan global. Namun pada triwulan II-2009 ini, walaupun masih mengalami kontraksi namun mulai menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan periode yang lalu. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 31 Kred Jasa NPL Kred Jasa Pertumb QtQ Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,35 yoy, merupakan salah satu sektor yang stabil mengalami peningkatan selama tiga triwulan terakhir. Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh faktor musim liburan dan tahun ajaran baru serta aktifitas selama proses pemilihan umum. Pada periode triwulan II-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,58 yoy, sedikit melambat dibandingkan angka pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 7,61 yoy. Kondisi ini diantaranya disebabkan oleh masih relatif rendahnya belanja pemerintah untuk pembangunan sarana fisik selama semester I-2009, yang ditunjukkan oleh realisasi belanja modal dalam APBD Provinsi Jawa Tengah yang baru mencapai 16,9 dari total anggaran. Masih rendahnya realisasi anggaran ini diperkirakan karena proses pengadaan proyek yang masih dalam tahap proses pelaksanaan serta beberapa pelaku anggaran masih menunggu realisasi pengesahan APBD Perubahan 2009. Sektor listrik, gas dan air LGA diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,85 yoy. Angka pertumbuhan ini meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan I-2009 yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,60. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor listrik akibat meningkatnya permintaan listrik dari sektor industri pada triwulan II-2009, seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi. Sementara untuk sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh relatif stabil. Prompt indicator dari pertumbuhan sub sektor air bersih terlihat dari indeks produksi air bersih di wilayah Jawa Tengah yang menunjukkan peningkatan. Grafik 1.21 Grafik 1.21 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di Jawa Tengah K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 32 Indeks Produksi Air Bersih Sumber : BPS, diolah ♣♣♣ Grafik 1.22 Indeks Produksi Air Bersih Wilayah Jawa Tengah K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 33 BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS sub prime mortgage sejak pertengahan 2007 memberi dampak tidak hanya pada perekonomian nasional, namun juga terasa pengaruhnya pada perekonomian daerah. Penurunan ekonomi dunia mendorong turunnya permintaan terhadap komoditas ekspor. Hal ini menyebabkan turunnya nilai ekspor secara nasional dan berdampak juga pada penurunan ekspor secara regional. Perubahan kinerja ekspor, impor, konsumsi, dan investasi pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perekonomian baik dalam skala nasional maupun dalam skala regional. Untuk mengetahui seberapa besar dampak dari krisis keuangan dunia pada kinerja perekonomian di daerah perlu dilakukan studi yang mendalam. Sehubungan dengan hal tersebut, Kantor Pusat Bank Indonesia bekerjasama dengan beberapa KBI melakukan studi mengenai “Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perekonomian Daerah Jawa Tengah”. Studi juga dilakukan untuk mengetahui ketahanan masing-masing sektor terhadap krisis ekonomi dunia. Secara spesifik penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak krisis keuangan dunia terhadap perekonomian Jawa Tengah melalui identifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi perekonomian daerah Jawa Tengah, besaran serta signifikansi dari pengaruh setiap variabel tersebut terhadap perekonomian daerah. Analisis model menggunakan persamaan parsial terhadap fungsi konsumsi, investasi, ekspor dan impor serta inflasi, yang selanjutnya digabung dalam sebuah model persamaan simultan untuk melihat pengaruh antar variabel. Dari model yang diterapkan terlihat bahwa konsumsi Jawa Tengah merupakan fungsi dari Pendapatan Disposable serta nilai konsumsi periode sebelumnya. Dari persamaan konsumsi tersebut diketahui bahwa nilai Marginal Propensity to Consume MPC Jawa tengah sebesar 0,21. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan masyarakat sebesar satu unit, akan meningkatkan atau menambah konsumsi hanya K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 34 sebesar 0,21 unit. Sedangkan hasil persamaan fungsi investasi menunjukkan bahwa investasi Jawa Tengah dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh PDRB riil dan investasi periode sebelumnya, serta dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga riil dan kurs RpUSD. Ekspor Jawa Tengah secara signifikan dipengaruhi secara positif oleh PDB dunia yang diproxy dengan PDB Amerika Serikat, PDRB Jawa Timur serta ekspor periode sebelumnya. Sedangkan koefisien nilai tukar RpUSD terhadap ekspor menunjukkan hasil yang tidak signifikan, namun sudah memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan teori yaitu positif, yang berarti bahwa kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar depresiasi mendorong meningkatnya nilai ekspor. Terkait dengan hasil tidak signifikan ini, diduga karena data ekspor daerah komponennya tidak hanya ekspor ke Luar Negeri namun juga ekspor antar daerah terutama ke Jawa Timur, DIY dan Jawa Barat. Sedangkan pada kenyataannya, proporsi ekspor Jawa Tengah yang ke Luar Negeri relatif kecil yaitu sekitar 10 dari total ekspor daerah keseluruhan. Kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan ekspor Jawa Tengah kurang begitu sensitif terhadap nilai tukar. Sementara itu, persamaan impor Jawa Tengah dipengaruhi secara signifikan oleh PDRB Jawa Tengah dan impor periode sebelumnya, sedangkan nilai tukar mempunyai hubungan negatif sesuai dengan teori, namun nilai koefisiennya tidak signifikan. Penelitian juga menggunakan persamaan Phillips Curve menemukan bahwa inflasi di Jawa Tengah secara signifikan dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang backward looking, output gap dan supply shock yang diukur dengan perubahan harga BBM premium. Untuk menjawab tujuan penelitian ini, dilakukan simulasi skenario terhadap model. Simulasi dilakukan dengan mengubah nilai salah satu variabel eksogennya kemudian dilihat dampaknya terhadap variabel endogen lainnya. Diasumsikan bahwa krisis keuangan global mempengaruhi perekonomian daerah melalui transmisi ekspor yang dampaknya akan merambah ke sektor yang lainnya. Skenario 1 mengasumsikan adanya penurunan PDB Amerika Serikat sebesar 50 dari sebelumnya pada triwulan I-2008. Kemudian skenario 2 adalah adanya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD sebesar 50 qtq pada triwulan yang sama. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 35 Skenario 1, Penurunan PDB Amerika Serikat 50 Pergerakan variabel-variabel utama makroekonomi Jawa Tengah dalam merespon shock krisis keuangan global yang didekati dengan shock pada nilai PDB Amerika Serikat tergambarkan dalam grafik 1. Dari grafik 1, terlihat bahwa penurunan nilai PDB Amerika Serikat yang merupakan salah satu tujuan ekspor utama Jawa Tengah berdampak juga pada penurunan semua variabel endogen dalam model yang notabene adalah variabel-variabel utama perekonomian Jawa Tengah. Dampak terbesar dari shock ini adalah terhadap ekspor, yaitu ekspor Jawa Tengah turun hingga 26,74. Hal ini karena ekspor merupakan sisi yang langsung bersentuhan dengan luar negeri, dan menjadi transmission chanel ke variabel makroekonomi yang lain. Selanjutnya dampak terhadap PDRB, Impor, investasi dan konsumsi secara berturut-turut adalah penurunan sebesar 12,53, 10,30, 5,54 dan 1,58. Sedangkan terhadap inflasi, shock ini juga menurunkan inflasi yoy ke tingkat yang sangat rendah. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 36 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 2.4E+07 2.6E+07 2.8E+07 3.0E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 CONS Scenario 1 CONS Baseline CONS 1.0E+07 1.2E+07 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 2.4E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 EKSPOR Scenario 1 EKSPOR Baseline EKSPOR 8.0E+06 1.0E+07 1.2E+07 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 IMPOR Scenario 1 IMPOR Baseline IMPOR -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 INF_A Scenario 1 INF_A Baseline INF_A 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 INV Scenario 1 INV Baseline INV 2.4E+07 2.8E+07 3.2E+07 3.6E+07 4.0E+07 4.4E+07 4.8E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 PDRB_JTG Scenario 1 PDRB_JTG Baseline PDRB_JTG Grafik 1. Plot Simulasi Skenario 1 Skenario 2, Depresiasi nilai tukar RupiahUSD Dampak depresiasi nilai tukar ini terhadap perekonomian Jawa Tengah relatif kecil dan tidak sebesar dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Dampak depresiasi tidak terjadi dalam satu waktu saja namun shock ini juga berpengaruh pada periode berikutnya karena nilai lag dari kurs juga mempengaruhi investasi. Dampak depresiasi nilai tukar tersebut secara langsung hanya menyebabkan penurunan impor kontraksi sebesar 1,18. Sedangkan dampaknya ke masing- masing variabel yang lain justru menyebabkan peningkatan. Relatif kecilnya pengaruh shock depresiasi nilai tukar terhadap komponen- komponen perekonomian Jawa tengah juga tidak lepas dari kesimpulan estimasi K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 37 model yang menghasilkan koefisien nilai tukar yang tidak signifikan mempengaruhi ekspor-impor Jawa Tengah yang notabene sebagian besar berupa perdagangan antar daerah yang dicatat sebagai ekspor-impor daerah. 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 2.4E+07 2.6E+07 2.8E+07 3.0E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 CONS Scenario 2 CONS Baseline CONS 1.0E+07 1.2E+07 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 2.4E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 EKSPOR Scenario 2 EKSPOR Baseline EKSPOR 8.0E+06 1.0E+07 1.2E+07 1.4E+07 1.6E+07 1.8E+07 2.0E+07 2.2E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 IMPOR Scenario 2 IMPOR Baseline IMPOR -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 INF_A Scenario 2 INF_A Baseline INF_A 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 INV Scenario 2 INV Baseline INV 2.4E+07 2.8E+07 3.2E+07 3.6E+07 4.0E+07 4.4E+07 4.8E+07 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 PDRB_JTG Scenario 2 PDRB_JTG Baseline PDRB_JTG Grafik 2. Hasil Simulasi Skenario 2 Dari grafik 2 terlihat bahwa pengaruh depresiasi rupiah terhadap USD terbesar justru masuk ke persamaan investasi, namun pengaruhnya baru terasa pada 1 periode setelah shock, sesuai dengan persamaan model investasi bahwa pengaruh nilai tukar terhadap invesatsi adalah dari periode sebelumnya. Pengaruh depresiasi nilai tukar menyebabkan penurunan investasi hingga 3,7 pada satu periode setelah shock. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 38 Dari hasil analisis empirik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dampak krisis finansial global, diukur melalui penurunan GDP US berpengaruh signifikan terhadap variabel-variabel penting perekonomian Jawa Tengah. 2. Ekspor merupakan sektor yang langsung berhubungan dengan perekonomian global sehingga sangat berpotensi terkena dampak yang paling besar. 3. Variabel makroekonomi regional lainnya terpengaruh dampak krisis finansial global akibat keterkaitan masing-masing variabel satu sama lain, sehingga secara simultan penurunan satu variabel diikuti oleh penurunan variabel yang lainnya namun dengan magnitude yang berbeda-beda. Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Melihat bahwa ekspor menjadi sektor yang paling rentan terhadap adanya penurunan perekonomian negara tujuan ekspor utama, maka kebijakan yang mendorong diversifikasi ekspor perlu ditekankan sehingga dampak krisis terhadap ekspor dapat sedikit ditekan. 2. Penguatan pasar domestik dapat dicoba sebagai alternatif untuk mengalihkan ketergantungan terhadap pasar luar negeri sehingga imbas krisis semacam ini dapat diminimalisir. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 39 Secara tahunan yoy, tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I-2009. Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,95 yoy, menurun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya 6,94. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen IHK cukup signifikan -7,36. Penurunan IHK kelompok transpor terutama disebabkan oleh penurunan IHK sub kelompok transpor dan sub kelompok komunikasi. Penurunan IHK kedua sub kelompok tersebut disebabkan oleh penurunan tarif angkutan umum dalam kota dan angkutan umum luar kota pada triwulan I-2009 dan triwulan II-2009, serta penurunan harga telpon seluler dan tarif pulsa ponsel. Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan qtq, inflasi di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 adalah sebesar 0,26 qtq, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,77. Turunnya inflasi kuartalan di triwulan laporan disebabkan oleh penurunan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok sandang, serta stabilnya pergerakan IHK kelompok transpor dan kelompok pendidikan. Dalam triwulan ini, inflasi kuartalan qtq di Jawa Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi kuartalan nasional yang tercatat deflasi sebesar -0,46. Apabila dilihat secara tahunan yoy, inflasi Jawa Tengah juga tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional, setelah tercatat selalu lebih rendah sejak Agustus 2007. Perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 40 2 4 6 8 10 12 14 16 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 2006 2007 2008 2009 Jateng Nasional Sumber: BPS, diolah GRAFIK 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN YOY JAWA TENGAH DAN NASIONAL -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 2 1 2 3 4 5 6 2006 2007 2008 2009 2 4 6 8 10 12 14 16 qtq yoy qtq yoy Sumber: BPS, diolah GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH SECARA KUARTLAN QTQ DAN TAHUNAN YOY Sebagaimana terlihat dalam Grafik 2.1. yang menggambarkan perbandingan antara inflasi tahunan yoy di Jawa Tengah dan nasional, terlihat bahwa inflasi Jawa Tengah selalu cenderung lebih rendah dari inflasi nasional sejak bulan Agustus 2007, namun inflasi Jawa Tengah mulai lebih tinggi dari nasional sejak Mei 2009 lihat Grafik 2.1. Apabila dilihat perkembangan inflasi tahunan dan kuartalan Jawa Tengah K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 41 dalam 6 bulan pertama tahun 2009 terlihat mengalami perkembangan yang cukup rendah dan stabil lihat Grafik 2.2. Namun demikian, dengan kecenderungan inflasi Jawa Tengah yang lebih tinggi dari inflasi nasional, maka pengendalian inflasi di Jawa Tengah perlu menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga TPPH.

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok