PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 3 Dari sisi penawaran, sektor PHR memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan Inflasi qtq dan Inflasi yoy menurun cukup signifikan Dilihat dari sisi penawaran, pada triwulan II-2009 seluruh sektor perekonomian diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dibandingkan triwulan I-2009. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi diperkirakan dialami oleh sektor keuangan sebesar 8,59 yoy, sektor jasa sebesar 7,77 yoy dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 7,35 yoy. Sementara itu, berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini adalah sektor perdagangan, hotel dan restaurant PHR, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian dalam triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,68 yoy, relatif melambat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan yang lalu yang tercatat sebesar 9,74 yoy. Penyebab utama perlambatan pertumbuhan adalah faktor musiman, serta adanya pergeseran musim tanam. Sektor Industri pengolahan pada triwulan II-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 0,90 yoy. Walaupun angka pertumbuhan ini relatif kecil, namun angka ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan angka pertumbuhan pada dua triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi. Mulai pulihnya sektor industri pasca dampak krisis keuangan global merupakan salah satu penyebab utama pertumbuhan pada sektor ini.

C. PERKEMBANGAN INFLASI

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Jawa Tengah, laju inflasi Jawa Tengah dalam triwulan II-2009 tercatat sebesar 3,95 yoy, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 sebesar 6,94. Namun, laju inflasi Jawa Tengah tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan II-2009 sebesar 3,65 yoy. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan ini berasal dari makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen IHK cukup signifikan -7,36. Penurunan IHK kelompok transpor terutama disebabkan oleh penurunan IHK sub kelompok transpor dan sub K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 4 Kinerja perbankan Jawa Tengah masih menunjukkan perkembangan positif kelompok komunikasi. Penurunan IHK kedua sub kelompok tersebut disebabkan oleh penurunan tarif angkutan umum dalam kota dan angkutan umum luar kota pada triwulan I-2009 dan triwulan II-2009, serta penurunan harga telpon seluler dan tarif pulsa ponsel. Dalam triwulan ini, inflasi kuartalan qtq di Jawa Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi kuartalan nasional yang tercatat deflasi sebesar -0,46. Apabila dilihat secara tahunan yoy, inflasi Jawa Tengah juga tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional, setelah tercatat selalu lebih rendah sejak Agustus 2007. Perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa.

D. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan Bank Umum dan BPR di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan positif baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga DPK yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio LDR mengalami pertumbuhan yang meningkat. Sementara itu kualitas kredit yang diberikan sedikit menurun, namun masih dalam batas himbauan Bank Indonesia. Secara triwulanan qtq, aset dan kredit pada triwulan II-2009 tumbuh meningkat masing-masing sebesar 2,47 dan 3,55 dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang masing-masing tumbuh 1,29 dan 0,64. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga DPK mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 2,35 dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,64. Secara tahunan, aset perbankan di Jawa Tengah bank umum dan BPR pada triwulan II-2009 tumbuh 17,10 yoy, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 20,05 yoy. Aset perbankan Jawa Tengah posisi Juni 2009 tecatat sebesar Rp116,05 triliun, lebih tinggi dibandingkan Juni 2008 sebesar Rp99,10 triliun. Di sisi lain, DPK yang dihimpun meningkat sebesar 17,14 yoy sehingga mencapai Rp92,26 triliun. Pertumbuhan kredit yang yang lebih rendah dari pertumbuhan DPK mengakibatkan menurunnya LDR perbankan Jawa Tengah dari 90,65 menjadi 89,61. Sementara itu, secara tahunan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2009 mencapai 15,60, melambat jika dibandingkan K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 5 Penyaluran kredit UMKM meningkat sebesar 11,82 yoy dengan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2008 sebesar 27,48. Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2009 merata di semua jenis penggunaan kredit. Kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 16,74, 15,62, dan 13,82 Secara triwulanan, kredit pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 3,43, meningkat jika dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya sebesar 0,26. Membaiknya kinerja pertumbuhan kredit tersebut mengindikasikan bahwa pada triwulan II- 2009 telah mulai terjadi proses recovery kondisi perekonomian dari krisis finansial global yang melanda sejak triwulan IV-2008. Membaiknya pertumbuhan kredit pada triwulanan II-2009 tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia dalam menurunkan BI Rate secara bertahap. Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan BI rate menjadi 6,75 pada Juni 2009, dan industri perbankan sudah mulai merespon kebijakan Bank Indonesia dengan menurunkan suku bunga kreditnya walaupun masih dalam prosentase yang relatif kecil. Perkembangan BPR di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 menunjukkan adanya peningkatan walaupun lambat, baik secara triwulanan maupun tahunan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator- indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga DPK yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio LDR. Aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan, mencapai Rp2,7 miliar, atau meningkat sebesar 15,32 jika dibandingkan triwulan I-2009. Seiring dengan peningkatan aset tersebut, pangsa aset bank syariah terhadap aset bank secara keseluruhan juga sedikit mengalami peningkatan menjadi 2,51 . Sementara itu, penyaluran kredit UMKM pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan sebesar 11,82 yoy sehingga mencapai Rp63,33 triliun. Peningkatan kredit UMKM tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap meningkatnya kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 79,34 dari total kredit perbankan bank umum dan BPR di Jawa Tengah. Berdasarkan kabupatenkota, komposisi terbesar aset bank umum di Jawa Tengah berada di Kota Semarang yang mencapai 38,93 Rp41,98 triliun, diikuti Kota Surakarta dan Kabupaten Kudus. masing-masing sebesar 15,48 dan 7,11. Sementara itu, pangsa DPK perbankan Jawa Tengah di Kota Semarang adalah sebesar K AJIAN E KONOMI R EGIONAL P ROVINSI J AWA T ENGAH T RIWULAN II-2009 6 Cash inflow dan cash outflow mengalami peningkatan Jumlah temuan UPAL menurun dibanding triwulan sebelumnya Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2009 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan 39,56 Rp34,21 triliun, diikuti Kota Surakarta dan Kabupaten Kudus dengan pangsa masing-masing sebesar 15,96 dan 5,19. Penyaluran kredit perbankan di Jawa Tengah juga didominasi oleh ketiga daerah tersebut dengan urutan yang sama, masing-masing dengan pangsa sebesar 33,88, 15,72, dan 7,61. Pada triwulan II-2009, cash inflow yang terjadi di KBI wilayah Jawa Tengah menurun sebesar 49,66 dibandingkan periode triwulan yang lalu qtq menjadi Rp3,28 triliun. Namun, apabila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yoy mengalami peningkatan sebesar 11,25. Sementara itu, cash outflow yang terjadi pada KBI di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp 1,69 triliun, meningkat cukup signifikan, sebesar 142,46 dibandingkan jumlah outflow pada triwulan I-2009. Selain itu, posisi outflow pada triwulan ini sedikit mengalami peningkatan yoy yaitu 13,04, apabila dibandingkan dengan outflow pada triwulan I-2009. Pada triwulan II–2009, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke KBI Semarang sebanyak 1.440 lembar. Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah pecahan Rp100.000,00, diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 dengan pangsa msaing-masing sebesar 72,97 dan 23,94 dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan.

E. PROSPEK PEREKONOMIAN