K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
60
menunjukkan adanya geliat aktivitas perekonomian yang ditunjukkan dengan adanya realisasi kredit baru. Pada bulan April 2009 kredit yang disalurkan sebesar Rp72,90
triliun, jumlah ini mengalami peningkatan pada bulan Mei 2009 yang sebesar Ro73,23 triliun atau tumbuh sebesar 0,45 mtm, dan bulan Juni 2009 menjadi
Rp75,61 triliun atau tumbuh sebesar 3,24 mtm .
Indikator lain yang dapat dilihat sebagai sinyal positif perkembangan ekonomi adalah peningkatan LDR dari 88,57
pada triwulan I-2009 menjadi 89,61 pada triwulan II-2009. Namun demikian, tampaknya membaiknya kinerja perbankan secara umum tidak dibarengi dengan
membaiknya kualitas kredit yang disalurkan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya rasio NPLs dari 4,13 menjadi 4,61. Dampak krisis finansial global tampaknya
masih mempengaruhi kemampuan debitur dalam mengembalikan angsuran kredit. Secara tahunan, aset perbankan di Jawa Tengah bank umum dan BPR pada
triwulan II-2009 dibandingkan dengan triwulan II-2008 tumbuh sebesar 17,10. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan
triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 20,05. Aset perbankan pada posisi Juni 2009 mencapai Rp116,05 triliun, lebih tinggi dibanding Juni tahun sebelumnya sebesar
Rp99,10 triliun. Di sisi lain DPK yang dihimpun meningkat sebesar 17,14 sehingga menjadi Rp92,26 triliun. Sementara itu kredit tetap tumbuh walaupun mengalami
perlambatan yaitu 15,79 dari Rp71,39 triliun pada Juni 2008 menjadi Rp82,67 triliun pada Juni 2009. Melambatnya pertumbuhan kredit dibanding DPK menjadikan
LDR perbankan Jawa Tengah mengalami penurunan dari 90,65 pada Juni 2008 menjadi 89,61 pada Juni 2009. LDR yang cenderung menurun ini diduga
dikarenakan pengereman penyaluran kredit oleh industri perbankan Jawa Tengah dikarenakan adanya dampak krisis keuangan global yang juga menghantam dunia
usaha di Jawa Tengah, sehingga perbankan menjadi lebi hati-hati dalam menyalurkan kreditnya.
3.1 Intermediasi Bank Umum
Pembahasan fungsi intermediasi perbankan ini lebih difokuskan kepada bank umum mengingat pangsa BPR terhadap perbankan di Jawa Tengah relatif kecil
7,15. Namun sebelumnya akan diuraikan terlebih dahulu perkembangan aset bank umum di Jawa Tengah.
Secara tahunan, aset bank umum di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 17,45 dibandingkan dengan triwulan II-2008 sehingga
menjadi Rp107,84 triliun. Pertumbuhan aset tersebut lebih besar dari pertumbuhan
pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 14,15. Secara triwulanan aset perbankan tumbuh sebesar 2,55, lebih besar jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan I-09 sebesar 1,19. Pertumbuhan yang sedikit
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
61
meningkat pada triwulan II-2009 ini mengindikasikan aktivitas perekonomian yang triwulan sebelumnya sempat melambat telah mulai memasuki masa pemulihan.
Grafik 3.1.. Kompisisi aset terbesar bank umum masih disumbang oleh bank pemerintah
yaitu sebesar 55,94. Sedangkan bank swasta nasional dan swasta asing masing- masing memiliki pangsa aset sebesar 41,35 dan 2,71.
Total Aset
20 40
60 80
100 120
II III
IV I
II III
IV I
II 2007
2008 2009
Total Aset
Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia
3.1.1 Penghimpunan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga DPK yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah
tumbuh positif. Secara tahunan, posisi DPK yang berhasil dihimpun bank umum di
Jawa Tengah pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 17,32 sehingga menjadi Rp86,47 triliun. Secara triwulanan, DPK mengalami peningkatan
pertumbuhan walaupun relatif kecil yaitu sebesar 2,39 lebih rendah dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan I-2009 yang tumbuh sebesar 4,68. Melambatnya
pertumbuhan DPK pada triwulan II ini diperkirakan disebabkan oleh penurunan suku bunga simpanan oleh perbankan sehingga menurunkan minat masyarakat untuk
menyimpan dananya di bank. Hal ini tercermin dari menurunnya pertumbuhan simpanan deposito dan giro pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sementara, tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 4,19 qtq yaitu dari Rp36,77 triliun menjadi Rp38,31 triliun, Deposito mengalami
peningkatan sebesar 0,46 qtq yaitu dari Rp33,64 triliun menjadi Rp33,80 triliun. Sementara, simpanan Giro mengalami pertumbuhan sebesar 2,30 qtq dari
Rp14,03 triliun menjadi Rp14,35 triliun.
Grafik 3.1. Perkembangan Asset Bank Umum
Grafik 3.2. Perkembangan Asset Bank Umum Menurut Kelompok Bank
10 20
30 40
50 60
70
II III
IV I
II III
IV I
II 2007
2008 2009
Pemerintah Swasta Asing
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
62
Komposisi DPK terbesar bank umum di Jawa Tengah masih ditempati simpanan tabungan, selanjutnya simpanan deposito, dan simpanan giro
Grafik 3.3.. Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp38,31 triliun
44,31, diikuti simpanan deposito dan simpanan giro masing-masing sebesar Rp33,80 triliun 39,09 dan Rp14,35 triliun 16,60. Simpanan tabungan masih
mendominasi komposisi DPK, namun komposisi DPK Jawa Tengah ini diperkirakan akan mengalami perubahan pada triwulan-triwulan mendatang karena tren
pertumbuhan simpanan deposito secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pada triwulan I-2009 dan triwulan II-2009 simpanan deposito tumbuh
masing-masing sebesar 27.19 yoy dan 33,82. Terlebih lagi, prosentase share simpanan deposito dalam DPK sudah hampir menyamai prosentase share simpanan
tabungan. Pergeseran preferensi masyarakat dari simpanan tabungan ke simpanan deposito diduga karena yield dan suku bunga yang diberikan simpanan deposito
lebih tinggi daripada simpanan tabungan. Dilihat dari kepemilikannya, nasabah perorangan mempunyai peranan yang
dominan terhadap DPK. Pada posisi Juni 2009, DPK yang dimiliki nasabah perorangan tercatat sebesar Rp65,52 triliun atau memiliki porsi 75,77, diikuti nasabah
perusahaan swasta sebesar Rp7,22 triliun atau 8,36, dan nasabah Pemerintah Daerah sebesar Rp6,42 triliun atau 7,43. lihat Grafik 3.6.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
II III
IV I
II III
IV I
II 2007
2008 2009
T ri
li u
n R
p
Giro Tabungan Deposito 5
10 15
20 25
30 35
40 45
50
II III
IV I
II III
IV I
II 2007
2008 2009
R p
T ri
li u
n
Bank Pemerintah Bank Swasta
Bank Asing
Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut
Kelompok Bank
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
63
- 1
2 3
4 5
6 7
8 9
I II
III IV
I II
III IV
I II
2007 2008
2009
Giro Tabungan
Deposito 1 bulan
Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : LBU, Bank Indonesia
3.1.2 Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah pada triwulan II-
2009 tumbuh cukup baik. Secara tahunan pertumbuhan kredit pada triwulan II-
2009 mencapai 15,60, melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2008 yang sebesar 27,48. Pertumbuhan kredit pada triwulan II-
2009 merata di semua jenis penggunaan kredit. Kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 16,74, 15,62, dan 13,82
Grafik 3.7. Secara triwulanan, kredit pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 3,43,
meningkat jika dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,26. Membaiknya kinerja pertumbuhan kredit tersebut mengindikasikan
bahwa pada triwulan II-2009 telah mulai terjadi proses recovery kondisi perekonomian dari krisis finansial global yang melanda sejak triwulan IV-2008. Bank
Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan BI rate menjadi 6,75 pada Juni 2009, dan industri perbankan sudah mulai merespon kebijakan BI dengan
menurunkan suku bunga kreditnya walaupun masih dalam prosentase yang relatif kecil. Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Kredit Perbankan SKP yang menyatakan
bahwa realisasi kredit triwulan II-2009 mengalami peningkatan walaupun masih dibawah target penyaluran kredit industri perbankan Jawa Tengah. Hasil survei kredit
perbankan SKP juga mengindikasikan bahwa walaupun secara umum kondisi perekonomian Jawa tengah sudah mulai pulih dari krisis keuangan global, tetapi
kalangan perbankan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit untuk meminimalkan potensi terjadinya NPLs. Penurunan suku bunga kredit juga
diduga menjadi salah satu pendorong naiknya permintaan kredit pada triwulan ini. Sesuai hasil Survei Kredit Perbankan triwulan II-2009, ekspektasi kalangan
perbankan terhadap kinerja penyaluran kredit pada triwulan III-2009 mendatang
Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan