K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
80
merupakan tahapan memperkuat struktur industri perbankan. Untuk mendukung tahap II tersebut, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya penguatan struktur
industri perbankan syariah. Upaya tersebut antara lain adalah bagi bank-bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah UUS, dan nilai asetnya telah
mencapai sedikitnya 50 dari total nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU No 212008, maka bank konvensional tersebut wajib melakukan
pemisahan UUS tersebut menjadi bank umum syariah. Upaya lain untuk mendorong percepatan adalah dengan melonggarkan
beberapa aturan seperti penyederhanaan syarat pembukaan kantor cabang bank syariah atau office channeling. Selain itu beberapa kebijakan yang mengatur
instrumen syariah untuk mendorong kemajuan industri syariah juga telah ditetapkan seperti munculnya UU Surat Berharga Syariah Negara. Dengan UU tersebut membuat
pemerintah dapat segera menerbitkan sukuk surat utang syariah. Dengan adanya sukuk, instrumen syariah akan semakin berkembang, sehingga kendala untuk
penempatan dana perbankan syariah sedikit teratasi. Sementara itu, kebijakan penurunan SBI yang direspon dengan turunnya suku bunga perbankan juga
mendorong bagi hasil dari perbankan syariah menjadi lebih kompetitif.
3.10. Kredit UMKM
Jumlah penyaluran kredit kepada UMKM di Jawa Tengah terus meningkat. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan
sebesar 11,82 dibandingkan triwulan II-2008 sehingga menjadi Rp63,33 triliun. Peningkatan kredit UMKM tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap meningkatnya kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 79,34 dari total kredit perbankan bank umum dan BPR di Jawa Tengah Grafik
3.12. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp30,33 triliun atau 47,90 merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp29,33 triliun 46,31 dan Rp3,67 triliun 5,79
merupakan kredit konsumsi dan investasi Grafik 3.13.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
81
10 20
30 40
50 60
70 80
90
I II
III IV
I II
2008 2009
R p
T ri
li u
n
Total Kredit Kredit UMKM
5 10
15 20
25 30
35
I II
III IV
I II
2008 2009
R p
T ri
li u
n
K. Modal Kerja K. Investasi
K. Konsumsi
Sumber : LBU, Bank Indonesia Data Mei’09 Sumber : LBU, Bank Indonesia Data Mei’09
Jasa Sosial Masy
1 Pengangkutan
1 Jasa Dunia
Usaha 5
PHR 35
Industri 7
Listrik, Gas, Air
Konstruksi 1
Pertambangan Pertanian
3 Lainnya
47
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit
Grafik 3.25 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.26 Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi
Triwulan II-2009
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
82
5 10
15 20
25 30
I II
III IV
I II
2008 2009
10 20
30 40
50 60
70
Mikro Kecil
Menengah Total Kredit UMKM
Penyaluran kredit UMKM di Jawa Tengah didominasi oleh sektor PHR, sektor industri, sektor Jasa dunia usaha, dan sektor lainnya kredit konsumtif. Pada triwulan
II-2009, porsi terbesar kredit UMKM disalurkan pada sektor lainnya kredit konsumtif tercatat sebesar Rp30,00 triliun atau 47,34 dari total kredit UMKM. Sementara itu
kredit UMKM untuk sektor PHR, sektor industri, dan sektor jasa dunia usaha masing- masing sebesar Rp22,08 triliun 34,87, Rp4,26 triliun 6,74 dan Rp2,87 triliun
4,55.
Kredit Skala Mikro mendominasi penyaluran kredit UMKM Jawa Tengah. Meskipun pertumbuhannya melambat, pangsa kredit untuk skala mikro
masih mendominasi pemberian kredit kepada UMKM di Jawa Tengah. Pada triwulan II-2009 ini pangsa kredit skala mikro sebesar 42,70 terhadap total UMKM, relatif
sama dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang memiliki andil sebesar 42,96. Sedangkan skala usaha kecil dan menengah masing-masing sebesar Rp20,89 triliun
33.00 dan Rp15,38 triliun 24,29. Sementara itu rasio kredit bermasalah atau NPLs UMKM perbankan di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 relatif kecil, yaitu
sebesar 3,15. Untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi dan dalam
rangka meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM, pemerintah mencanangkan suatu program penyaluran kredit yang dinamakan KUR Kredit Usaha
Rakyat. Dalam menyalurkan KUR, pemerintah bekerja sama dengan enam bank yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, Bukopin, dan BSM sejak tanggal 9 Oktober 2007. Peran
Bank Indonesia dalam hal ini adalah melakukan pengawasan dan pembinaan
Grafik 3.27. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
83
terhadap bank pelaksana KUR. Perkembangan KUR di Jawa Tengah dapat dilihat dalam boks.
Daerah Jawa Tengah merupakan daerah yang sangat concern terhadap pengembangan sektor riil dan UMKM. Hal ini terlihat dari program kerja Gubernur
Jawa Tengah terpilih untuk periode 2008 – 2015 yang mengusung semangat “Bali Ndeso, Mbangun Deso”. Selaras dengan program pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
KBI Semarang telah menginisiasi pengembangan Desa Pedurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus menjadi klaster bordir dan konveksi. Dalam hal ini KBI Semarang
bekerja sama dengan Pemda Kudus, BPD Jawa Tengah, Balai Pengembangan Produktifitas Tenaga Kerja BPPTK Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah serta
GTZ dalam Program pengembangan Desa Produktif Klaster Diamond Bordir dan Konveksi selengkapnya lihat Boks.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
84
BOKS PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT KUR DI JAWA TENGAH
I . PENDAHULUAN
Dasar Hukum pemberian Kredit Usaha Rakyat KUR adalah Nota Kesepahaman Bersama MOU yang ditandatangani 6 enam Departemen Teknis, 2
dua Perusahaan Penjaminan, dan 6 enam bank pada tanggal 9 Oktober 2007, yang ditambah dengan beberapa klausul dalam Addendum I MoU tanggal 14 Mei
2008. Tujuan pemberian Kredit Usaha Rakyat ini yaitu: Pertama, mengemban misi
untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, dengan memperhatikan maksud dan tujuan diterbitkannya Inpres No 62007 tentang
Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Kedua, dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM dan
Koperasi dalam rangka penanggulangan pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.
Dalam rangka mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan menyelaraskan kebijakan program penjaminan, Pemerintah membentuk Komite Kebijakan dengan
Ketua Tim Pelaksana adalah Deputi I Menko Perekonomian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Komite Kebijakan berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Untuk
mendukung pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia selaku otoritas yang
bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bank pelaksana KUR, antara lain melalui Sistem Informasi Debitur SID. SID untuk membantu
menurunkan risiko KUR yang bermasalah dengan memberikan informasi mengenai karakteristik debitur dan kinerja kreditnya.
II. PERKEMBANGAN KUR DI JAWA TENGAH II.1. Realisasi KUR
Realisasi KUR terus mengalami peningkatan, meskipun pertumbuhannya mengalami perlambatan. Hingga akhir Juni 2009, secara nasional telah terealisasi
KUR sebesar Rp14,88 triliun yang disalurkan kepada 2.025.087 debitur, sehingga rerata kredit per debitur sebesar Rp4,91 juta. Adapun di Jawa Tengah, telah
terealisasi KUR sebanyak Rp 2,1 triliun yang disalurkan kepada 430.437 debitur. Jawa Tengah merupakan provinsi dengan penyaluran KUR terbesar ke-2 setelah
Jawa Timur, dengan persentase realisasi kredit sebesar 14.
K
AJIAN
E
KONOMI
R
EGIONAL
P
ROVINSI
J
AWA
T
ENGAH
T
RIWULAN
II-2009
85
II.2. Permasalahan KUR