Kebencanaan ANALISA PSR PRESSURE-STATE-RESPONSE

IKPLHD Kabupaten Bojonegoro 2016 II - 33 Pada awal tahun 2017, sisa luas lahan TPA Banjarsari yang dapat dipakai menampung sampah yaitu 6.000 M 2 dari total luas lahan 4,8 Ha. Dengan jumlah sampah yang masuk tiap harinya dan sisa luas lahan maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sedang melaksanakan pengembangan luas lahan TPA, yang sampai dengan saat ini masih proses pembebasan lahan. Pengembangan luas lahan TPA tersebut direncanakan sebesar 1 Ha, sehingga daya tampung TPA secara teori diperkirakan akan mampu menampung sampah sampai dua tahun. Jumlah sampah yang ditampung di TPA Banjarsari meningkat setiap tahunnya, yaitu tahun 2014 rata-rata 200 M 3 hari dan tahun 2015 rata-rata 218 M 3 hari. Jumah sampah yang dihasilkan masyarakat Bojonegoro akan terus meningkat, berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk Bojonegoro setiap tahunnya.

2.4 ANALISA PSR PRESSURE-STATE-RESPONSE

Analisa model P-S-R merupakan analisa status lingkungan hidup yang dikembangkan oleh UNEP. Analisa model PSR Pressure-State- Response adalah hubungan sebab akibat kausalitas antara penyebab permasalahan, kondisi lingkungan hidup, dan upaya mengatasinya.

2.4.1 Kebencanaan

1 Bencana Banjir a Pressure Adanya pembalakan liar illegal logging oleh masyarakat; Adanya peningkatan jumlah bangunan sehingga mengurangi area peresapan air hujan dan ruang terbuka hijau; Adanya bangunan liar disepanjang aliran sungai; Adanya pembuangan sampah pada badan air; Adanya peningkatan luas lahan kritis di daerah ruang terbuka hijau. b State IKPLHD Kabupaten Bojonegoro 2016 II - 34 Banyaknya lahan hutan yang gundul sehingga tidak mampu untuk menyerap air hujan; Topografikemiringan cukup tinggi sehingga aliran air hujan run off cukup tinggi; Kondisi sungai yang mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat proses sedimentasi dan sampah yang menumpuk; Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Bojonegoro adalah jenis alluvial lempung sehingga sulit untuk meresapkan air karena permeabilitas dan porositas jenis tanah alluvial relatif rendah; c Respon Penanaman kembali reboisasi hutan yang gundul; Membuat peraturan untuk melarang mendirikan bangunan di area sempadan sungai atau saluran air; Membuat program sumur resapan dan lubang resapan biopori; Membuat program pembangunan 1.000 embung yang berfungsi untuk menampung air hujan; Gerakan panen air hujan melalui Instruksi Bupati Nomor 4 Tahun 2015; Pembangunan jalan transportasi dengan menggunakan paving supaya air hujan dapat meresap ke dalam tanah; Normalisasi sungai dengan pembersihan sampah ataupun dari sedimen; Membuat SOP tindakan bencana pada saat terjadi banjir bandang. 2 Tanah Longsor a Pressure Berkurangnya vegetasitumbuhan akibat seringnya terjadi illegal logging; IKPLHD Kabupaten Bojonegoro 2016 II - 35 Kurangnya infrastruktur untuk penanganan tanah longsor; Adanya penambangan liar termasuk penambangan pasir di sungai dan penambangan tanah urug; Topografikemiringan cukup tinggi sehingga memudahkan terjadinya longsor. b State Tanah berbentuk lereng yang terjal lebih dari 45 derajat, yang banyak terdapat di wilayah bagian selatan Kabupaten Bojonegoro; Meningkatnya intensitas hujan dan periode ulang hujan pada saat musim penghujan; Meluapnya aliran anak sungai pada saat musim penghujan; Terkikisnya tebing Bengawan Solo yang terjadi di Kecamatan Kota Bojonegoro, Kali Mengkuris dan Kali Apuringas di Kecamatan Kanor. c Respon Penanaman pohon untuk daerah yang rawan longsor; Menghentikan penambangan liar termasuk penambangan pasir di sungai dan penambangan tanah urug dan melakukan pengawasan; Membangun infrastruktur yang berfungsi sebagai penahan longsor di daerah rawan longsor; Membuat SOP tindakan bencana pada saat longsor terjadi. 3 Kekeringan a Pressure Jumlah penduduk semakin meningkat sehingga jumlah kebutuhan air juga semakin meningkat sedangkan pasokan umumnya berasal dari air hujan yang kapasitasnya hampir sama setiap tahun; IKPLHD Kabupaten Bojonegoro 2016 II - 36 Berkurangnya vegetasitumbuhan akibat seringnya terjadi illegal logging; Masih adanya lahan kritis yang menyebabkan daerah resapan air berkurang; Tingginya nilai run-off sehingga air limpasan hujan lebih banyak masuk ke saluran drainase dan sedikit yang terserap dalam tanah. b State Musim kemarau lebih panjang daripada musim penghujan; Untuk daerah-daerah tertentu masih banyak yang belum memiliki tandonpenyimpan air hujan; Minimnya jaringan distribusi air bersih dari PDAM daerah; Kurangnya bangunan sumur resapan dan biopori di daerah rawan kekeringan. c Respon Program 1.000 embung yang berfungsi untuk menampung air hujan pada saat musim penghujan dan sebagai cadangan air untuk musim kemarau; Program pembangunan sumur resapan yang berfungsi untuk memasukkan air hujan ke dalam tanah sehingga pada saat musim kemarau sumur-sumur penduduk tidak kekeringan; Program pembangunan jalan dengan menggunakan paving yang bertujuan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah; Membuat PAH Penampungan Air Hujan untuk daerah rawan kekeringan; Pembuatan lubang resapan biopori LRB yang berfungsi seperti sumur resapan namun dengan kapasitas yang lebih kecil. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro telah memberikan bantauan alat untuk pembuatan LRB kepada masyarakat Bojonegoro yang membutuhkan; IKPLHD Kabupaten Bojonegoro 2016 II - 37 Membuat regulasi yang mewajibkan setiap warga Kabupaten Bojonegoro yang mau membangun bangunan harus memiliki sumur resapan danatau biopori.

2.4.2 Kerusakan Lingkungan