Manusia dan Kebudayaan Potensi Konflik Perkawinan Adat Batak Toba (Studi Deskriptif Pada Pasangan Kristen Yang Menikah Tanpa Adat di Kecamatan Sumbul-Sidikalang)

15 melakukan bunuh diri untuk menunjukkan loyalitas, pengabdian pada kelompoknya harakiri, mesatya, dan 3 anomic, tidak mampu menghadapi perubahan di masyarakat mengenai nilai dan standar hidup misalnya kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi. Masyarakat Batak Toba merupakan masyarakat yang seluruh sendi kehidupannya terikat oleh adat, manakala adat itu tidak dapat terealisasi dalam kehidupan nyata terutama dalam kehidupan perkawinannya, maka tidak menutup adanya kemungkinan keputusasaan yang menyebabkan konflik dalam dirinya sehingga memungkinkan untuk bertindak egoistic, yakni melakukan tindakan bunuh diri karena dikucilkan dari adat ataupun kelompok masyarakat.

2.2. Manusia dan Kebudayaan

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1 penganut kebudayaan, 2 pembawa kebudayaan, 3 manipulator kebudayaan, dan 4 pencipta kebudayaan. Universitas Sumatera Utara 16 Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Menurut Lothar schreider kata ‘biasa’ atau ‘kebiasaan’ ini mempunyai arti sebagai berikut: 1. Sebagai sediakala, sebagai yang sudah-sudah, yang tidak menyalahi adat yang dahulu, tidak aneh, tidak menarik perhatian 2. Sudah lazim, sudah tersebar luas 3. Berulang-ulang, telah dialami orang, dan oleh sebab itu lazim, sudah menjadi adat schreider, 1999 : 18 Berarti adat adalah segala sesuatu yang telah ada, telah diterima, dilaksanakan oleh semua orang dalam waktu yang cukup lama dan sudah menjadi kebiasaan. Misalnya akan sangat sulit bagi kita menemukan orang Cina yang makan mie pakai garpu, sama sulitnya mencari orang barat yang tidak suka membaca. Demikian halnya dengan masyarakat Batak Toba, juga tidak pernah berhasil dijelaskan siapa peletak dasar adat Batak Toba. Menurut silsilah tarombo Batak, bahwa manusia pertama di bumi ini tanah Batak tentunya adalah si Raja Batak yang diciptakan oleh Debata Mulajadi na Bolon bersama dengan seorang perempuan di puncak bukit Pusuk Buhit, kemudian si Raja Batak Universitas Sumatera Utara 17 memiliki keturunan yang masih dapat ditelusuri yaitu Guru Tetabulan dan Raja Isombaon. Dari mereka inilah kemudian berkembang dan terbentuklah komunitas masyarakat Batak Toba yang pertama. Dari komunitas Batak yang pertama inilah mulai diletakkan dasar budaya Batak. Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku http:massofa.wordpress.com20080120ilmu-budaya-dasar-bag-1 .

2.3. Kebudayaan dan Agama

Dokumen yang terkait

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 84 129

Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

10 115 91

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Perceraian Dan Akibat Hukumnya Pada Masyarakat Batak Toba Yang Beragama Kristen Protestan (Studi: Di Desa Martoba (Bius Tolping), Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

7 112 157

Panaek Gondang Dalam Upacara Adat Perkawinan Pada Masyarakat Mandailing Di Kecamatan Medan Tembung

6 116 61

Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)

8 58 115

BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK PERANTAUAN BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA DI

3 13 17

STUDI TENTANG PERKAWINAN SEMARGA DALAM KOMUNITAS PERANTAU BATAK TOBA DI SURAKARTA (KAJIAN HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA).

0 0 1

BAB I - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

1 2 10

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA B. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat Batak Toba - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Me

0 0 24