Deskripsi Hubungan Sosial Pada Pasangan yang Menikah Tanpa Adat

95

4.6. Deskripsi Hubungan Sosial Pada Pasangan yang Menikah Tanpa Adat

Dari data yang diperoleh dan melalui identifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti memperoleh gambaran bahwa para pasangan yang melakukan pernikahan tanpa adat ini, dalam kehidupan sosialnya memiliki keterasingan tersendiri terutama dalam acara paradatan Batak itu sendiri. Tetapi dalam lingkungan kehidupan sehari – harinya, hubungan sosialnya dengan masyarakat berjalan sewajarnya. Setiap pertentangan dan penolakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap aturan tertentu, akan senantiasa mendapatkan sanksi. Setiap ada aksi pasti ada reaksi. Hal ini jugalah yang dialami oleh keluarga pasangan – pasangan yang menikah tanpa adat. Dalam kenyataan hidupnya sebagai masyarakat Batak terkadang ada ejekan – ejekan kecil yang mengatakan bahwa mereka “hurang maradat” kurang adat, sebagian pasangan ada yang kehilangan komunikasi dengan keluarganya atau putus tali darah. Dari hasil penelitian yang di temukan penulis, kebanyakan dari pasangan – pasangan Batak yang menikah tanpa adat ini menjelaskan bahwa mereka menjalani hidupnya normal selayaknya pasangan yang menikah dengan adat, letak perbedaannya lebih kepada penempatan diri bila berada dalam lingkungan adat itu sendiri. Ketika pasangan – pasangan yang menikah tanpa adat ini berada dalam satu kegiatan upacara adat, mereka mungkin tidak memiliki partisipasi dan posisi yang jelas dalam acara adat tersebut. Atau lebih hanya kepada pengikut adat semata tetapi tidak memiliki hak yang penuh dalam adat itu sendiri. Dalam hubungan sosialnya, para pasangan ini tidak memiliki perbedaan dengan pasangan – pasangan yang menikah dengan adat. Mereka bebas mengikuti Universitas Sumatera Utara 96 seperti arisan – arisan marga di lingkungannya maupun STM serikat tolong - menolong yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Para pasangan ini hanya memiliki kesulitan dalam ruang lingkup keluarga dari pihak si istri saja, karena tidak adanya pembayaran adat. Istilah dalam adat Batak belum mendapat berkat dari pihak hula – hulanya. Hal yang paling mengganggu dalam hubungan pernikahan para pasangan tanpa adat ini adalah manakala anak mereka kelak akan menikah, dan akan melaksanakan upacara pernikahan adat Batak, maka pasangan ini harus terlebih dahulu melakukan atau membayar adat pernikahannya. Jika hal itu tidak dilakukan maka si anak tersebut pun tidak bisa menikah dengan adat. Orangtuanya harus terlebih dahulu melakukan acara adat, maka si anak bisa melakukan pernikahan yang ideal secara adat Batak Toba. Kehidupan para pasangan yang menikah tanpa adat, dari data yang didapat oleh penulis semua dalam taraf yang wajar dan normal adanya. Hanya saja mereka lebih sering dipojokkan dengan kata – kata agar menggelar acara adat atau kata – kata yang lain. Dan dalam tahap ini, para pasangan ini mengaku kepada penulis masih dalam tahap yang aman dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 97

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 84 129

Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

10 115 91

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Perceraian Dan Akibat Hukumnya Pada Masyarakat Batak Toba Yang Beragama Kristen Protestan (Studi: Di Desa Martoba (Bius Tolping), Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

7 112 157

Panaek Gondang Dalam Upacara Adat Perkawinan Pada Masyarakat Mandailing Di Kecamatan Medan Tembung

6 116 61

Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)

8 58 115

BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK PERANTAUAN BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA DI

3 13 17

STUDI TENTANG PERKAWINAN SEMARGA DALAM KOMUNITAS PERANTAU BATAK TOBA DI SURAKARTA (KAJIAN HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA).

0 0 1

BAB I - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

1 2 10

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA B. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat Batak Toba - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Me

0 0 24