65
prasyarat pemberian mahar dari pihak laki-laki http:www.gongmagazine.
orgenindex.php? option=com_contenttask=viewid=48Itemid=94 .
Dalam masyarakat Batak Toba, prosesi adat perkawinan secara lengkap bukanlah hanya yang dilaksanakan di gedung-gedung atau wisma-wisma adat
seperti yang sering kita lihat, itu hanya bagian penutup dalam proses adat perkawinan orang Batak. Namun sebenarnya prosesi adat itu sangat panjang dan
bertingkat yang dibagi berdasarkan pembagian berikut : 1.
Martandang berkunjung 2.
Manjalo Tando bertukar cincin
3.
Marhusip
4.
Marhata Sinamot
5.
Paulak Une Waluyo, 1993 : 36
Berikut pemaparan prosesi adat-adat tersebut di atas yang di mulai dari awal hingga ke akhir prosesi adat.
1. Martandang
Ada umpama Batak yang menyatakan Balga anak parsohotan, magodang boru pamulion asa marhasohotan ini berarti agar setiap anak laki-laki dan anak
perempuan yang telah dewasa agar memikirkan untuk membentuk rumahtangga. Pencarian pasangan atau jodoh ini dilakukan dalam berbagai bentuk. Ada dengan
perjodohan biasanya dengan pihak keluarga istri yang disebut sebagai perkawinan ideal dan juga dengan usaha si anak untuk menemukan jodohnya sendiri dengan
usahanya sendiri. Bilamana perkenalan itu dilanjutkan dengan tahap pacaran, dn pasangan kekasih ini sudah saling mencintai dan berkeinginan untuk melanjutkan
hubungan ke jenjang perkawinan, maka dimulailah dengan masa perkenalan orangtua. Jawaban ini tidak akan langsung diberikan pada saat martandang itu,
selanjutnya orangtua si perempuan juga akan mengutus utusannya ke rumah
Universitas Sumatera Utara
66 orangtua si laki-laki untuk tujuan menyampaikan jawaban dari pihak keluarga si
perempuan kepada pihak keluarga si laki-laki. Pada tahap perkenalan orangtua, peristiwa ini disebut untuk kalangan
orang Batak Toba dengan istilah domu-domu, yaitu diutusnya utusan dari orang tua laki-laki ke rumah orangtua perempuan untuk tujuan menyampaikan hasrat
untuk meminang anak gadis mereka.
2. Manjalo Tando
Dalam tahap ini, bilamana jawaban yang diterima pihak laki-laki dari pihak perempuan setuju, maka selanjutnya diadakan acara manjalo tando tukar
cincin yang tujuannya adalah mengikat hubungan antara si anak perempuan dengan si laki-laki. Pada zaman dulu benda-benda yang diberikan dapat berupa
uang, atau pisau dari pihak laki-laki, sedangkan pihak perempuan memberikan
ulos. Namun semuanya ini telah digantikan dengan cincin.
Dengan diadakannya acara manjalo tando tukar cincin, maka kedua belah pihak sudah saling terikat dan tidak boleh menjalin hubungan kasih lagi
dengan pihak manapun. Namun bilamana rencana pernikahan dibatalkan karena sesuatu hal dan lain hal, maka diadakan ganti rugi.
3. Marhusip