Pdt. S. Gurning, S.Th. Pendeta Jemaat HKBP

54 menghargai keberadaan adat itu sendiri, mereka berpendapat adat Batak itu terlalu rumit dan butuh banyak biaya dan sebagainya, padahal yang sebenarnya adalah bukan karena itu. Beliau memaparkan bahwa pemuda Batak sekarang ini sudah semakin menipis moralnya, adat itu tidak diakui saat ini, karena pergaulan bebas, yang semuanya ingin bebas tanpa ada kontrol sosial. Masyarakat ingin lebih merdeka tanpa ada keterikatan dengan apapun termasuk keterikatan masyarakat dengan adatnya. Pernikahan terjadi tanpa adat bila ditelisik lebih lanjut kebenarannya adalah karena semakin maraknya istilah MBA, beliau menjelaskan. Beliau mengatakan hal yang harus dilakukan sebagai seorang generasi penerus Batak adalah dengan pengenalan – pengenalan dan pendekatan – pendekatan serta memberikan contoh tentang bagaimana fungsi adat itu berperan dalam kehidupan sehari – hari, seperti apa adat dalam mengikat masyarakat yang sebenarnya. Demikian hal yang bisa dilakukan untuk keluarga yang melakukan pernikahan tanpa adat agar mereka lebih memiliki pertimbangan – pertimbangan yang lebih mapan dalam memulai kehidupan rumahtangganya kelak.

C. Tokoh Agama

1. Pdt. S. Gurning, S.Th. Pendeta Jemaat HKBP

Beliau menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Theologia dari Sekolah Tinggi Theologia STT Nommensen di Pematang Siantar pada tahun 1987 dan ditahbiskan menjadi pendeta dua tahun kemudian. Beliau berdomisili di Sumbul, sudah hamper 10 tahun beliau bertugas di Kecamatan Sumbul. Pandangan beliau tentang Adat Batak Toba, adat Batak harus diketahui dulu dari latar belakangnya. Latar belakang adat Batak Toba harus dibedakan Universitas Sumatera Utara 55 dalam dua bagian, yakni kepercayaan dan sosial budaya. Adat Batak yang berlatar sosial budaya misalnya, anak menghormati orangtua, tolong menolong sesama manusia. Adat batak yang seperti ini merupakan perbuatan baik yang sesuai dengan ajaran Alkitab. Orang Batak yang beragama Kristen sudah banyak menyeleksi adatnya. Mereka berupaya yang menghilangkan unsur animisme dari adatnya dan memperbaharui adatnya hingga sesuai dengan ajaran Alkitab. Contohnya, orang Batak dahulu manortor menari dengan menggunakan gondang sabangunan dengan tujuan menyembah arwah, setelah mereka menjadi Kristen, manortor ini merupakan ungkapan seni dan bahkan manortor sudah digunakan untuk memuliakan Tuhan. Beliau menjelaskan antara adat Batak Toba dengan ajaran Kristen memiliki hubungan yakni, dasar setiap tindakan ataupun aktivitas adalah kasih kepada Tuhan dan sesama manusia, berpegang teguh untuk mentaati yang telah disepakati, menuntut orang bertingkah laku hormat, sopan dan baik sehingga dapat mencegah perbuatan yang jahat. Adat Batak Toba dengan ajaran Alkitab memiliki banyak kesamaan, Alkitab mengajarkan kepada setiap anak untuk menolong orangtua, menghormati orangtua, dan menghargai hak serta wewenang orangtua yang diberikan oleh adat kepada mereka. Menurut beliau, adat Batak dapat dipergunakan sebagai sarana efektif dalam menyebarkan berita injil. Salah satu kesuksesan Nommensen dalam penginjilan adalah karena keberaniannya dalam mengambil alih adat dan mengizinkan adat Batak di dalam kehidupan umat Kristen Batak. Berbicara tentang pertentangan antara ajaran Kristen dengan adat Batak Toba, beliau menjelaskan bahwa itu terletak pada si pelaku adat dan si penganut Universitas Sumatera Utara 56 ajaran Kristen yang banyak salah mengartikan kebenarannya. Pertentangan antara kedua hal ini akan banyak sekali bila adat Batak itu selalu ditinjau dari segi animismenya, sebelum masuknya ajaran Kristen ke tanah Batak. Menurut beliau adat itu telah banyak mengalami pergeseran sesuai dengan ajaran agama Kristen. Pemberkatan pernikahan tanpa adat pada saat sekarang ini sudah semakin banyak ditemukan, masyarakat Batak lebih banyak memilih hanya pemberkatan gereja tanpa harus memasukkan acara adat. Beliau menjelaskan hal ini disebabkan berdasarkan keterangan dari berbagai pihak keluarga yang pernah beliau jumpai lebih kepada penghindaran konflik dan alasan materi. Orang Batak mengakui bahwa dalam setiap acara adat banyak hal yang harus diperhatikan, dan banyak syarat yang harus dijalani. Salah satu syarat dalam adat Batak itu terlewatkan akan memunculkan konflik yang akan rumit dalam penyelesaiannya, contohnya dalam adat Batak ada yang namanya parjambaran hak – hak yang harus diterima oleh pihak tertentu, bila dalam pembagiannya dan penyerahannya tidak tepat maka akan terjadi ketegangan yang berkepanjangan dalam kekeluargaan. Beliau menjelaskan dan mengakui dalam beberapa hal dalam paradaton orang Batak, beliau kurang sepakat. Beliau berpendapat pernikahan itu tidak dinilai seberapa jauh ia menjalankan paradaton, tetapi lebih kepada sah atau tidaknya pernikahan itu secara agama. Beliau berpendapat tidak ada masalah bagi seseorang yang melakukan pernikahan tanpa adat, yang terpenting sejauh mana mau bertanggung jawab menjaga kesucian pernikahannya. Tidak semua dari acara Adat Batak Toba itu bertentangan dengan ajaran agama Kristen, walaupun kemungkinan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, namun tidak berarti orang Batak Toba otomatis langsung Universitas Sumatera Utara 57 meninggalkan adatnya. Menurut beliau jika orang batak memiliki visi dan misi terhadap sukunya, maka mereka harus dapat menerima orang Batak Toba bersama dengan adat – istiadatnya. Jika mereka ingin mendapat kesempatan memberitakan injil, maka mereka sebaiknya berada dalam lingkungannya. Tugas pokok orang Batak Toba Kristen lebih kepada pemberitaan injil dan menuntun mereka pada keselamatan jiwa yang abadi.

2. Pdt. P. Pasaribu, S.Th Pendeta GBI

Dokumen yang terkait

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 84 129

Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

10 115 91

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Perceraian Dan Akibat Hukumnya Pada Masyarakat Batak Toba Yang Beragama Kristen Protestan (Studi: Di Desa Martoba (Bius Tolping), Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)

7 112 157

Panaek Gondang Dalam Upacara Adat Perkawinan Pada Masyarakat Mandailing Di Kecamatan Medan Tembung

6 116 61

Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Adat Batak Toba Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)

8 58 115

BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK PERANTAUAN BENTUK PERKAWINAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA DI

3 13 17

STUDI TENTANG PERKAWINAN SEMARGA DALAM KOMUNITAS PERANTAU BATAK TOBA DI SURAKARTA (KAJIAN HUKUM PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA).

0 0 1

BAB I - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

1 2 10

BAB III PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA B. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat Batak Toba - Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Me

0 0 24