dilaboratorium, replicable dapat diulang, measurable dapat diukur, dan adanya kemungkinan kesalahan yang diketahui melalui rumus-rumus
dan perhitungan statistic. Kedua, ditinjau dari kerangka berpikir yang menghasilkan teori.
30
Dalil-dalil yang melahirkan ide-ide keilmuan Scientific Ideas al- Qur’an dan sunnah adalah rujukan ilmu-ilmu Islam. Al-Qur’an adalah
himpunan wahyu yang merupakan dalil ilmu-ilmu. Dalil disini mengandung arti petunjuk adanya ilmu-ilmu, bukan ilmu itu sendiri. Oleh
karena itu, sejarah menunjukan adanya fakta bahwa al-Qur’an mendorong umatnya untuk menciptakan ide-ide sains yang menjadi dasar bagi
perkembangan ilmu dikemudian hari.
31
c. Signifikansi Pembelajaran Sains dengan Agama bernuansa IMTAQ
Pembelajaran sains bernuansa IMTAQ dapat diberikan secara eksplisit maupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa IMTAQ secara
eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadits yang relevan untuk melegitimasinya. Adapun pembelajaran sains bernuansa IMTAQ secara implisit adalah menggali
sistem nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya dikaitkan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk dianalogikan
dalam kehidupan manusia. Pemberian nuansa secara implicit dalam setiap pembelajaran sains tersebut adalah sangat diberikan kepada kelas yang
bersifat heterogen, yaitu siswa-siswa di dalam kelas itu menganut Agama yang berbeda-beda sehingga penganut Agama lainnya tidak merasa
tersinggung. Tetapi untuk sekolah-sekolah yang sifatnya homogen, seperti madrasah-madrasah sudah semestinya pemberian nuansanya secara
eksplisit, seehingga menambah keyakinan dan keimanan terhadap ajaran
30
Kusmana, Ibid., h. 93
31
Kusmana, Ibid., h.47
agamanya, serta lebih meyakini kebenaran ilmu yang dipelajarinya. Bertambahnya pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap system
nilai dan moral dari materi pelajaran sains, serta akhirnya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang
senantiasa ingat adanya Allah, dalam kehidupannya akan terjaga dari perbuatan nista atau terhindar dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah,
karena ia meyakini bahwa siksa Allah adalah sangat pedih.Dengan demikian pembelajaran sains bernuansa IMTAQ diharapkan dapat
menghasilkan generasi yang memiliki wawasan IPTEK dan menghayati akan nilai-nilai dan moral yang didukung oleh setiap bahan ajarnya.
32
d. Konsep Zat dan Wujud
Bentuk zat ada yang padat, cair, dan juga gas. Ini merupakan tiga keadaan atau fase zat. Bahwa suatu zat mampu berubah bentuk atau wujud
tetapi zatnya tetap sama. Zat kayu akan tetap kayu walaupun bentuknya berubah-ubah. Misalkan batang dari pohon digunakan untuk membangun
rumah dan membuat perabotan meja atau kursi. Begitu juga dengan wujud es, air, dan uap air yang memiliki bentuk yang berbeda tetapi merupakan
zat yang sama. Cara termudah dan umum dilakukan untuk membedakan fase-fase zat ialah dengan memperhatikan bentuk dan volume zat.
33
Padat: partikel zat padat sangat rapat sehingga tidak dapat bergerak
dengan bebas. Setiap partikel tersusun teratur dan tetap pada posisinya karena diikat kuat oleh gaya tarik-menarik antar partikel. Susunan ini
menyebabkan partikel tidak dapat berpindah, tatpi memiliki energi untuk bergerak. Jadi, partikel zat padat hanya dapat bergetar dan berputar
ditempatnya. Inilah alasan mengapa zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap.
32
DR. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd., Manajemen Alam; Sumber Pendidikan Nilai, Bandung: Mughni Sejahtera, 2005, h. 28
33
Kamajaya, Tedy Wibowo, Inspirasi Sains Pelajaran IPA Terpadu untuk SMP…,Jakarta: Ganeca Exact, 2007, h. 80-83.
Cair: Partikel zat cair juga rapat tetapi tidak serapat partikel zat
padat sehingga dapat bergetar dan bergerak lebih bebas. Walaupun demikian, partiel zat cair tidak mudah meninggalkan kelompoknya karena
gaya tarik-menarik antar partikel yang mengikat. Hal ini menyebabkan zat cair mempunyai volume tetap tetapi tidak mempunyai posisi yang tetap
sehingga dapat dikatakan zat cair mengalir
Gas: Partikel zat gas terbesar luas dan tidak tersusun. Partikel-
partikelnya bergerak bebas ke semua arah dengan cepat karena gaya tarik- menarik antar partikel zat sangat lemah. Partikel-partikel tidak lagi
bersentuhan kecuali pada saat bertumbukan. Selain itu, partikel juga bertumbukan dengan dinding wadah yang ditempatinya. Kondisi inilah
yang menyebabkan gas dapat memberikan tekanan. Partikel zat gas tidak
mempunyai bentuk dan volume yang tetap. Nilai religius :
Menurut Suroso Adi Yudianto, ”nilai religius suatu
bahan ajar IPA adalah kandungan nilai yang dapat meningkatkan keyakinan terhadap Allah SWT. Keteraturan, keseimbangan, peristiwa
sebab akibat, dan sebagainya merupakan aspek yang dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala hal yang terjadi pasti ada yang menciptakan dan
mengaturnya Suroso Adi Y., 1998: 14.”
34
Perkara gaib yang paling agung dan paling jauh dari jangkauan pengetahuan manusia adalah tentang hakikat zat Tuhan Yang Maha Suci,
yang Mahaluhur mengatasi semua makhluk, yang tersifati dengan segala kesempurnaan dan suci dari setiap kekurangan.
35
lembaga-lembaga Al-Qur’an mengajak akal untuk mengakui kekurangan dirinya dalam menegtahui hakikat zat Allah SWT, yaitu
dengan mengetahui wujud-Nya, keesaan-Nya, dan kekhasan pribadi-Nya dengan kesempurnaan yang paling luhur. Juga dengan mengetahui
keindahan pengaturan-Nya terhadap jagat raya ini dan kebersifatan-Nya dengan sifat ilmu, hikmah, berkehendak, kuasa, mulia, kasih saying, dan
seterusnya dari sifat-sifat kesempurnaanyang layak bagi zat-Nya.
34
Suroso Adi Yudianto,., op.cit, h. 306-307
35
Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani, 1996, h. 201,304
Untuk mengetahui dalil-dalil secara rinci tentang sifat wujud Allah SWT. Firman-Nya,
⌧ ⌧
☺
“apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi?....” ath-Thur: 35-36
Karena, adanya akibat pasti ada penyebabnya. Segala gerak pasti ada penggeraknya dan setiap ciptaan pasti ada penciptanya. Ini fitrah hukum
alam yang tidak mungkin dispungkiri kecuali oleh para pendusta. Kalau mereka tidak tercipta dari sesuatu, mungkinkah mereka menciptakan dari
mereka sendiri? Tentu tidak, karena sesuatu tidak akan menciptakan dirinya sendiri, juga karena makhluk sebelum kejadiannya adalah ‘adam’
tidak ada’, sedang ketiadaan ‘adam mustahil bisa menjadikan sesuatu menjadi ada.
Wujud Sang Pencipta merupakan hakikat yang baku dan beriman kepada-Nya merupakan fitrah dalam jiwa yang bersih. Dari sini dapat
dikatakan bahwa perasaan pertama yang muncul dalam diri manusia ketika ia mengamati dirinya dan alam sekitarnya adalah tentang adanya sebuah
kekuatan besar yang mengendalikan, memelihara, mengatur alam dan kehidupan, serta bertindak sekehendak sekehendak dirinya. Kepercayaan
dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu sudah cukup jika perasaan fitrahnya sesuai dengan hal-hal yang dicapai oleh peneliti melalui
metodologi yang benar. Jika penelitian tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu dan fanatisme, akan menagantarkan penelitianya mencapai hasil yang
sesuai dengan perasaan fitrahnya, dan tentu akan mengantarkannya
beriman kepada Allah serta beriman kepada semua yang ditetapkan oleh Islam, agama yang benar.
36
Dari penjelasan di atas, penulis menganalisa bahwa konsep zat dan wujudnya dapat diintegrasikan dengan nilai keagamaan yang dihubungkan
dengan nilai-nilai ilahiyah melalui ayat-ayat qauniyyah. Dengan harapan siswa lebih paham akan konsep materi tersebut, dan dapat meningkatkan
keyakinan dank ke-Esaan Allah SWT tauhid pada diri siswa.
B. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi,
20 sekolah dan lembaga lembaga ayat-ayat
37
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat US Departement of Education, 2001. Dalam konteks ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menghidari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapainya.
36
Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur’an …., Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2004, h. 7
37
http:ipotes.wordpress.com20080513pendekatan-kontekstual- atau-contextual-teaching-and-learning-ctl