31
5. Kebutuhan Anak Terhadap Pendidikan Akidah-Akhlak
Akhlak adalah unsur terpenting dalam pendidikan Islam.Bahkan Rasulullah SAW diutus oleh Sang Pencipta untuk membenahi akhlak akhlak manusia. “Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak” HR. Ahmad dan yang lain. Kaitannya dengan pendidikan akhlak, menumbuhkan akhlak mulia haruslah menjadi kompetensi
dalam proses pendidikan akhlak setiap anak bangsa karena memiliki akhlak mulia adalah bagian dari fitrah setiap manusia. Potensi yang menjadi bawaan lahir setiap
manusia yang dilahirkan. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah“.
29
Kondisi moral atau akhlak generasi muda yang rusak.Hal ini ditandai dengan maraknya seksbebas dikalangan remaja generasi muda, peredaran narkoba di
kalangan remaja, tawuran pelajar, peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya.
30
Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai- nilai spiritual ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai penyelewengan
dan kerusakan, misalnya melakukan perampasan hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan.
Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang kesemuanya berfungsi untuk membina
kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.
31
Selain itu, individu manusia harus hidup dalam lingkungan makna-makna dan nilai-nilai kehidupan yang dibangunya sendiri, di samping yang diperolehnya dari
kitab suci seperti al-Qur’an, tetapi tidak memahami apa yang dibacanya sangat memungkinkan perilakunya bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Situasi ini
menuntut individu untuk dapat mampu mengembangkan kemampuan rasionalnya
29
Yudha Kurniaw an, Tri Puji Hindarsih, Charact er Building “ M embangun Karakt er M enjadi Pemimpin”
, Jakart a Selat an: SAIpublishing, 2011, h. 9.
30
Dharm a kesum a Dkk,Pendidikan karakt er kajian t eori dan prakt ek di sekolah, Bandung: PT Rem aja Rosdakarya offset 2012, h.2.
31
M ahjuddin, Akhlak Tasawuf, Jakart a: Kalam M ulia, 2009, h.43.
32
yang bermakna adalah manakala akal pikiran manusia ini dijadikan sebagai alat untuk mencari kehidupan yang lebih baik berdasarkan logika dan rasionalitas yang dilandasi
prinsip ketuhanan.
32
Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertaubat, bersabar,
bersyukur, bertawakkal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu, sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasehat bagi
orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk. Ini terbukti bahwa akhlak buruk dapat dididik menjadi baik.
33
Imam Ghazali mengatakan: “Seandainya akhlak tidak bisa diubah, maka pasti tidak ada manfaatnya memberikan pesan-pesan,
nasehat-nasehat dan didikan.”
34
Pendidikan akhlak merupakan tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan seseorang. Secara normatif, pendidikan akhlak sudah
ada dalam Al-Qur’an dan Hadits, tinggal kita merumuskannya secara operasional, sehingga dapat diterapkan pada peserta didik, baik yang menyangkut perkembangan
anak manusia, maupun tempat dilaksanakannya pendidikan itu, diserahkan kepada manusia untuk merumuskan perencanaan dan pelaksanaannya.
Menghadapi keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya. Tentu saja, normanya tetap
berdasarkan ajaran agama, sedangkan teknik pendidikan dan penanggulangannya, harus disesuaikan dengan bentuk penyimpangan keburukan akhlak yang
dihadapinya. Misalnya, penanggulangan kenakalan remaja berupa pengguanaan obat bius narkotika, harus bekerja sama antara pihak penegak hukum, psikiater dan ahli
agama dengan menggunakan metode yang tepat guna. Maka dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini, harus diatasi pula dengan cara teknik masa kini.
35
32
Dharm a kesum a., Dkk, Pendidikan karakt er kajian t eori dan prakt ek di sekolah, Bandung;PT Rem aja Rosdakarya offset 2012, h. 127.
33
M ahjuddin, Akhlak Tasaw uf, Jakart a: Kalam M ulia, 2009, h. 46.
34
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Sem arang: Usaha Keluarga, t .t.,, h. 54.
35
M ahjuddin, Akhlak Tasaw uf, Jakart a: Kalam M ulia, 2009, h.47-48.
33
6. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Akidah-Akhlak