1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda yaitu arahnya lebih
condong kesumber globalisasi dari barat. Dimana keterbukaan, kebebasan, gaya hidup, sosial, nilai-nilai mampu merubah kepribadian dan prilaku manusia,
terutama untuk kaum remaja yang masih butuh bimbingan yang kontinue dan pendidikan yang luas. Dalam kehidupan, prilaku seseorang merupakan tolok ukur
terhadap nilai seseorang sehingga tinggi rendahnya derajat seseorang sangat tergantung dari prilakunya.
Tingkah laku sebagai barometer, sedangkan tingkah laku yang baik seseorang akan selamat dunia akhiratnya. Banyak disebutkan dalam Al-Qur’an
maupun Hadits Nabi SAW. Di antara ayat Al-Qur’an yang dapat dipakai sebagai landasan prilaku yang baik antara lain surat Al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. QS. Al- Ahzab [33] : 21.
1
Jelaslah bahwa Rasulullah sebagai cerminan tingkah laku yang baik untuk setiap manusia yang ada di penjuru dunia.
Akhlak merupakan hal yang penting dalam Islam, seakan-akan tidak ada ajaran agama kecuali akhlak. Oleh karena itu akhlak menjadi pondasi hidup
1
RHA. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakart a: PT. Int er masa, 1985, h. 670.
2
manusia, dari tatacara berpikir, berbicara, berprilaku seorang manusia, karena semua manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah sempurna.
Pentingnya akhlak tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi penting juga untuk masyarakat umat manusia seluruhnya. Hidup tidak akan bermakna
tanpa akhlak yang mulia, jadi akhlak yang mulia adalah dasar pokok untuk menjaga bangsa, negara, rakyat, dan masyarakat. Karena bahaya krisis akhlak
bagi kita semua jauh lebih besar dari pada kehancuran apapun di dunia ini baik pada hal-hal yang dapat dihitung, dirasa dan diraba.
Pendidikan akhlak merupakan tindakan yang terpenting dan harus dipersiapkan untuk masa depan seseorang. Orang tua mempunyai kewajiban
untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya yang dapat membahagiakan di alam kehidupan dunia dan akhirat.
2
Dalam keluarga pendidikan akhlakul karimah sangat penting bagi orang tua untuk anak-anaknya,
sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”.QS. Luqman [31] : 14.
3
Ayat tersebut menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan utama pendidikan keluarga dalam Islam adalah pendidikan Akhlak, yaitu dengan jalan
melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam prilaku keseharian maupun dalam bertutur kata,
2
Khalik Al-M usaw i, Bagaimana M embangun Kepribadian Anda, Jakart a: Lent era, 1999, h. 21.
3
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2006, h. 581.
3
karena pengalaman-pengalaman sensorial yang dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajaran sehingga anak memperoleh bekal yang maksimal bagi
hidupnya kelak.
4
Keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam membentuk akhlak yang mulia serta ikut menentukan keberhasilanya, begitu juga
dengan beberapa faktor lain seperti: 1 faktor lingkungan, karena lingkungan merupakan guru ketiga yang bisa mempengaruhi perkembangan anak. 2 Faktor
pergaulan sehari-hari, dengan banyaknya seseorang yang tidak peduli dengan norma-norma yang digariskan dalam daerah tersebut, maka dia akan dicemooh
dan dikucilkan masyarakat, baik hal berpakaian, berprilaku atau kebiasaan- kebiasaan lain, sebab manusia akan dihargai orang lain bukan karena kekayaan
harta dan keturunannya melainkan karena baiknya akhlak dan prilakunya. 3 Faktor globalisasi yang berlangsung pada masa sekarang, 4 strategi dan teknik
mendidik akhlak itu sendiri di sekolah. 5 kualitas dan prilaku guru yang menjadi panutan muridnya.
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan
akhlak terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan,
pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.
5
Maka dari itu, berbagai cara diupayakan oleh para orang tua dalam mendidik dan membina akhlak anak-anaknya. Para orang tua yang
merasa tidak cukup anak-anaknya dibina di rumah, berlomba-lomba memasukkannya ke berbagai sekolah maupun pondok pesantren. Dengan
demikian tugas terpenting bagi seorang guru atau pendidik terhadap anak adalah senantiasa menasehati dan membina akhlak mereka, serta membimbing agar
tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4
Anit a Yus, M odel Pendidikan Anak Usia Dini, Jakart a: Pr enada M edia Group, 2011, Cet .ke-2, h. 2
5
Zakiah Daradjat , Ilmu Jiw a Agama, Jakart a: Bulan Bint ang, 2010, Cet . Ke-17, h. 66.
4
Seorang guru hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendidik akhlak peserta didik, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap
kemudahan seorang guru dalam menerapkan akhlakul karimah pada diri peserta didik. Dan pastinya menentukan keberhasilan pembentukkan akhlak mulia
tersebut. Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang siswa adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperoleh informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-
betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep- konsep akademis, karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh
pendidik guru hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan
mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat atau saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi
jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL.
Contextual Teaching and Learning CTL adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima
tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan
diterapkan dalam tugas pekerjaan. Model CTL ini disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
6
6
ht t p: blog.umy.ac.id igoput ra 2012 01 16 met ode-pembelajaran-ct l-cont ext ual- t eaching-and-learni ng . Diakses pada 5 Desem ber 2013 pk.21.00.
5
Ada beberapa alasan mengapa metode kontekstual menurut Depdiknas 2003 menjadi pilihan yaitu: 1 Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi
oleh pemandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah strategi
belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafalkan fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka
sendiri, 2 Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar metode kontekstual,
siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
7
Demikian halnya di MTS Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang, kota Bogor yang memilih menggunakan model CTL, guru
membina akhlak peserta didik dengan menggunakan metode tersebut, sehingga peserta didik dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis akan
mengadakan penelitian dan pembahasan skripsi yang berjudul “Efektifitas Metode CTL Contextual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Di Sekolah Mts Mathla’ul Anwar Cemplang Sukamaju Cibungbulang Bogor”.
B. Identifikasi Masalah